(S2) Chapter 22

100 13 0
                                    

Dengan mengandalkan senter sebagai penerangan, dua orang gadis terus berjalan menyusuri gorong-gorong untuk menghindari kejaran para penjaga Wicked.

"Kenapa kau diam saja, Gadis Kecil?" tanya Brenda membuka percakapan.

"Aku mengkhawatirkan mereka," jawabnya dengan suara rendah.

Mendengarnya membuat tawa Brenda pecah begitu saja. "Siapa yang harusnya mengkhawatirkan siapa? Dirimulah yang harusnya dikhawatirkan oleh mereka."

Cassy memutar bola matanya jengah. "Aku bisa menjaga diriku sendiri."

"Begitu juga dengan mereka. Apalagi mereka adalah pria," balas Brenda.

"Omong-omong, ke mana kita akan pergi?" tanya Cassy mengganti topik.

"Ke tempat Marcus. Jorge pasti membawa teman-temanmu ke sana," jawab Brenda.

"Hei, kenapa tiba-tiba kalian membantu kami?" Cassy sudah sangat penasaran dengan hal tersebut dari tadi, tapi baru sempat menanyakannya sekarang.

"Entahlah. Itu ide Jorge," jawabnya singkat.

Mereka berjalan dalam diam di terowongan bawah tanah itu.

"Kenapa kalian bisa sampai di sini dan kenapa orang-orang itu mengejar kalian layaknya barang berharga?" tanya Brenda memecah keheningan.

"Kami kabur dari markas Wicked karena mereka ingin menjadikan kami sebagai objek penelitian," jawab Cassy.

"Objek penelitian? Maksudmu tentang projek penemuan obat flare yang entah kapan berhasilnya itu?" tanya Brenda memperjelas.

Cassy mengangguk membenarkan ucapannya.

"Aku memang sangat menginginkan obatnya segera ditemukan, tapi sepertinya orang-orang sialan itu telah menghabisi banyak nyawa hanya untuk menemukan obatnya," tutur Brenda.

"Yah...dan aku salah satu dari orang-orang sialan itu," sahut Cassy.

Sontak Brenda menoleh ke arah gadis di sebelahnya. "Kenapa kau berbicara seperti itu?"

"Aku membantu mereka dalam penelitian keji itu. Menyiksa banyak orang dengan dalih untuk meningkatkan imun mereka." Cassy menjeda ucapannya sejenak. "Namun semakin dewasa, aku semakin sadar kalau semua itu salah. Memang tugas kami sebagai dokter dan peneliti untuk mencari obatnya, tapi apakah pantas pekerjaan mulia itu ternodai karena telah menghilangkan banyak nyawa?"

"Jadi, itulah alasannya mengapa data dirimu mengatakan kalau kau adalah leader dari mereka semua?" tanya Brenda.

"Iya, karena aku yang mengontrol mereka selama di labirin," jawab Cassy.

"Lalu bagaimana akhirnya kamu bisa bersama mereka dan kabur dari tempat itu?" tanyanya lagi.

"Setelah aku mengetahui kalau yang kami lakukan itu salah, aku mulai memberontak karena mereka tak bisa diberitahu dengan cara baik-baik. Tetapi, hasil yang kudapat adalah dibuang ke labirin yang aku kontrol sendiri dan dihapus ingatannya oleh mereka."

Cassy menerawang pikirannya jauh ke masa lalu untuk mengingat masa-masa sulit, tapi indah di tempat yang diberi nama Glade.

"Hari itu pintu labirin tak tertutup yang menyebabkan para griever keluar. Merasa bersalah akan semuanya, aku menusukkan jarum yang terlepas dari griever ke tubuhku sendiri dan semua ingatan yang terhapus muncul begitu saja. Dengan segala upaya akhirnya kami berhasil bebas dari labirin dan dibawa ke suatu tempat yang ternyata adalah salah satu markas Wicked. Aku yang menyadarinya berusaha kabur, tapi mereka akan terus mengejar karena otakku berharga bagi mereka. Yang lain juga sama berharganya karena mereka adalah orang-orang yang berhasil keluar dari labirin."

"Ternyata hidupmu sangatlah sulit." Brenda menghela nafasnya panjang. "Aku beruntung karena di saat radiasi matahari telah selesai, Jorge menemukanku dan merawatku. Jadi, aku tak dibawa oleh orang-orang gila itu."

"Aku senang karena setidaknya ada beberapa anak yang ternyata tak tertangkap oleh Wicked. Walaupun jumlah yang tertangkap pasti lebih banyak," tutur Cassy.

"Kira-kira apa yang terjadi jika aku juga tertangkap?" tanya Brenda.

"Mungkin kau akan menjadi subjek yang diamati penuh oleh mereka," jawab Cassy.

Mendengar jawaban tersebut membuat kerutan terlihat sangat jelas di kening Brenda. Dia memandang gadis itu dengan tatapan bertanya-tanya.

"Setiap labirin pasti memiliki orang-orang yang menonjol karena karakteristik mereka yang berbeda dari anak-anak lainnya. Seperti halnya di labirinku. Thomas, Newt, dan Minho adalah orang-orang yang Wicked beri perhatian lebih karena mereka dominan." Cassy menatap gadis di sebelahnya dengan seksama. "Kau pasti menjadi orang yang dominan juga, Brenda."

Brenda yang mendengarnya malah tertawa terbahak-bahak. "Aku rasa tidak. Kau tahu? Aku bisa seperti ini karena didikan dari Jorge yang sangat keras."

"Justru di situlah. Kau bisa mengikuti didikan keras itu dengan baik hingga bertumbuh seperti sekarang," sahut Cassy.

Sontak keduanya tertawa bersama. Entah apa yang ditertawakan itu, tapi mereka tak terlihat akan berhenti sampai suatu suara terdengar.

Brenda segera mengarahkan senternya ke arah sumber suara untuk melihat apa yang ada di sana. "Ternyata hanya tikus."

Diperhatikannya hewan kecil tersebut yang terus berjalan ke sisi dinding terowongan hingga sesuatu menangkapnya dan memakannya.

"It's a cranks!"

Kedua gadis itu bergegas lari, tapi siapa sangka kalau di dalam sana terdapat banyak cranks yang siap menerkam mereka.

"Teruslah berlari!" teriak Brenda.

Mereka berlari hingga terlihat suatu cahaya yang menyilaukan di ujung sana. Cassy yang lebih dulu sampai segera menghentikan langkah kakinya yang membuat Brenda juga berhenti berlari.

"Bangunannya runtuh. Kita hanya bisa berlari sampai sini," ujar Cassy.

"Naik ke sana!" Brenda mulai memanjat reruntuhan untuk berpindah ke gedung lainnya.

Dengan susah payah, akhirnya mereka berhasil mencapai gedung lainnya, tapi para cranks masih juga mengikuti yang membuat keduanya harus terus berlari.

Bangunan yang cukup miring itu membuat Brenda terpleset dan terjatuh tepat di atas kaca. Dia mencoba berdiri secara perlahan, tapi kaca yang sangat rapuh itu mulai retak.

"Jangan bergerak! Aku akan menolongmu." Cassy turun dengan hati-hati sambil dirinya berpegangan pada bebatuan. Dia berusaha untuk bisa sedekat mungkin dengan gadis itu dan mengulurkan tangannya. "Berpegangan padaku."

Brenda meraih uluran tangan itu, tapi cranks yang tiba-tiba saja datang ikut terpeleset dan berpegangan pada kakinya. Dia berusaha menendang cranks tersebut sekuat tenaganya. "Sial, cranks ini mulai menggigit kakiku."

Cassy yang tidak kuat menahan tangannya lagi pun tak sengaja melepaskan pegangan tangannya pada bebatuan yang menyebabkan mereka terjatuh bersamaan cranks yang melepaskan kaki Brenda.

Beruntung ada besi yang menjulang hingga Cassy bisa meraihnya dan menghentikan mereka menghantam tanah. Dengan seluruh tenaga, dia berusaha mengangkat dirinya dan gadis itu ke atas.

"Wow, tenagamu kuat juga," puji Brenda dengan nafas terengah-engah.

"Tentu saja." Cassy merobek sedikit bajunya dan mengikatkannya ke kaki gadis itu. "Aku harap ini bisa menahan virusnya agar tak menyebar lebih cepat."

"Terima kasih, Gadis Kecil," ujar Brenda dengan senyum tulusnya.

"Kau harus bertahan sampai kita menemukan The Right Arm, Brenda!" tegas Cassy.

"Tentu saja," jawabnya dengan yakin.

Setelah merasa cukup beristirahat, kedua gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang