Tak terasa hari sudah mulai gelap yang artinya para glader harus masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
"Cassy, sepertinya gadis itu harus tidur bersamamu untuk beberapa hari sampai Gally menyelesaikan kamarnya. Aku harap kau tidak keberatan dengan itu," ucap Newt.
"Aku tidak keberatan sama sekali, Kapten," jawabnya semangat.
"Hanya Alby yang pantas menerima panggilan itu," sahut Newt dengan senyum lembut di wajahnya.
"Kau juga pantas mendapatkan panggilan tersebut, Newt." Cassy menoleh ke gadis di sebelahnya. "Ayo, Teresa. Akan kutunjukkan kamarku padamu."
Kedua gadis itu pun berpamitan dan melenggang pergi.
"Apakah semua orang mendapatkan kamarnya masing-masing?" tanya Teresa dengan mata yang memperhatikan ke sekitar.
Cassy mengangguk. "Pria dengan alis aneh yang kau lihat tadi, bertugas membuat kamar-kamar para glader dan pembangunan lainnya."
"Padahal aku ingin tidur bersamamu saja," celetuk Teresa.
Mendengar hal tersebut membuat Cassy terkekeh. "Benarkah? Kalau begitu...apakah aku harus meminta pada Gally untuk menghentikan pembangunannya?"
Dengan sangat cepat, Teresa menganggukkan kepalanya.
Melihat respon yang begitu cepat dari gadis itu membuat senyum tercetak jelas di wajah cantik Cassy. "Baiklah, aku akan mengatakannya pada Gally nanti."
"Terima kasih." Teresa berkata sembari memeluk erat gadis itu. "Aku janji tak akan mengganggu walaupun kita memakai kamar yang sama."
Setelah berjalan beberapa meter, akhirnya mereka sampai juga di sebuah kamar yang tak lain adalah kamar milik Cassy.
"Selamat datang di kamarku," sambutnya.
"Wow, kamarmu rapi sekali," ujar Teresa.
"Terima kasih. Omong-omong, kau bisa mengganti baju. Newt telah membawakan baju-bajumu di sana." Cassy menunjuk ke arah kotak yang terletak di atas mejanya. "Kamu bisa merapikannya ke dalam lemari nanti."
"Baiklah. Kalau begitu, aku pakai kamar mandinya duluan ya," kata Teresa meminta izin.
"Silakan. Aku akan istirahat sebentar sambil menunggumu selesai mandi," jawab Cassy.
Para gadis itu melakukan kegiatannya masing-masing. Teresa yang mulai membersihkan diri dan Cassy yang beberes isi lemarinya agar sang anak baru bisa memasukkan pakaiannya dengan mudah.
Saat semua urusan sudah selesai, kedua gadis itu merebahkan diri di atas tempat tidur sambil berbincang-bincang.
"Omong-omong, aku menemukan sesuatu saat merapikan bajuku." Teresa bangun dari tidurnya dan berjalan menghampiri lemari lalu mengambil benda yang dimaksud olehnya. "Lihat. Benda ini ada di dalam kotak bajuku tadi."
Cassy mendekat dan mengambil benda tersebut. Ditelitinya suntikan berisi cairan biru itu, tapi tak ada yang aneh kecuali label bertuliskan 'Wicked'.
"Wicked is good. Tetaplah patuh, Cassy. Kita hampir berhasil."
Rasa sakit di kepalanya seketika muncul saat membaca label tersebut.
"Kau baik-baik saja?" tanya Teresa merasa khawatir saat melihat raut wajah tak baik dari gadis di hadapannya.
"Iya, aku baik-baik saja. Hanya merasa pusing sedikit." Cassy memberikan kembali suntikan itu pada sang pemilik. "Simpanlah. Siapa tahu kita membutuhkannya nanti."
Teresa menerima suntikan itu dan meletakkannya kembali ke tempat asalnya.
Mereka berdua kembali merebahkan diri di tempat tidur dan melanjutkan obrolannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...