Chapter 2

193 23 6
                                    

Saat malam hari tiba, pesta penyambutan pun dimulai. Seperti kata Newt, pesta itu tidaklah mewah. Hanya ada api unggun dan para glader yang berkumpul sambil menikmati makanan buatan Frypan.

"Kau terlihat murung dari tadi. Ada apa?" tanya Newt yang datang dengan segelas minuman di tangan kanannya.

"Tidak ada apa-apa," jawabnya.

Newt menghela nafasnya panjang. "Ayolah, Cassy. Kau dengar sendiri apa yang Alby katakan tadi, jangan merasa sungkan untuk mengatakan apapun."

Gadis itu menimang-nimang pikirannya. Dirinya bingung apakah harus mengatakan isi hatinya pada pria itu atau tidak, tapi akhirnya ia menceritakannya. "Itu...apakah kalian tidak berusaha mencari jalan keluar dari tempat ini? Walaupun tempat ini luas, tapi tak bisa dipungkiri rasanya cukup sesak jika terus berada di dalam sini."

"Tentu saja kami berusaha mencari jalan keluarnya. Kami juga tak mau terus berada di dalam sini tanpa mengetahui seperti apa dunia luar itu," jawab Newt.

"Kapan kalian mencarinya? Kenapa aku melihat semua orang berada di sini dan sibuk melakukan pekerjaan lain?" tanya Cassy.

"Kemampuan seseorang itu berbeda-beda. Tak semuanya kuat lari beribu-ribu kilometer di dalam labirin. Jadi, kami membagi pekerjaan sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Clint dan Jeff yang kau lihat tadi itu ahli dibidang kesehatan, itulah mengapa Alby menempatkan mereka sebagai tim medis di Glade. Lalu ada Gally, seseorang dengan bentuk alis yang aneh itu ahli dibidang pembangunan yang bertugas di pembangunan rumah-rumah kecil yang ada di sini. Ada juga Frypan dan Winston, keduanya bekerja di dapur." Newt menghentikan perkataannya dan melihat ke arah dekat api unggun. "Kau lihat orang-orang yang berada di sisi kiri api unggun itu."

Cassy mengikuti arah mata pria itu.

"Mereka adalah tim pelari yang bertugas mencari jalan keluarnya. Pria berambut hitam dengan tubuh atletis itu adalah pemimpin mereka. Namanya Minho," sambungnya.

Jadi, pria yang aku temui di dapur hari ini adalah pelari labirin. Batin Cassy.

"Bagaimana caranya menjadi tim pelari?" tanyanya lagi.

"Kau harus melewati ujian yang diberikan Minho untuk membuktikan kalau dirimu layak menjadi seorang pelari labirin," jawab Newt.

"Kenapa seseorang yang menjadi pelari harus melewati ujian darinya? Bukankah tadi kau bilang Alby yang akan menentukan pekerjaan kita?" tanya Cassy untuk kesekian kalinya.

"Pelari itu adalah hal yang berbeda, Cassy. Kau harus memiliki fisik yang kuat dan ingatan yang tajam dan semua itu hanya bisa dinilai oleh Minho yang telah bertahun-tahun berlari di dalam labirin itu." Merasa ada yang janggal, pria itu langsung menoleh dan menatap gadis di sebelahnya. "Kenapa sepertinya kau sangat tertarik dengan tim pelari? Jangan bilang kau berniat menjadi pelari?"

Siapa sangka kalau tebakannya benar. Gadis di sebelahnya itu menjawab pertanyaannya dengan anggukan kepala.

"Jangan gila, Cassy! Kau tak mungkin bisa menjadi pelari dengan tubuh lemahmu," hardik Newt.

"Jangan menilaiku sembarangan! Mungkin aku terlihat seperti gadis lemah, tapi sebenarnya aku ini sangat kuat. Lalu entah mengapa aku merasa familiar dengan ini semua terutama labirin itu. Aku merasa mengenali isi dari dinding raksasa itu dan ingin memeriksanya sendiri," ungkap Cassy.

"Cukup! Omonganmu semakin melantur. Aku akan menganggap perkataanmu ini tak pernah ada," putus Newt.

Cassy hanya bisa menghela nafasnya panjang. Yah memang ucapannya terlihat tak masuk akal bagi siapapun yang mendengarnya. Ia pun memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan daripada harus berakhir canggung seperti kejadian di dapur siang tadi.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang