"Katakan di mana mereka!"
"Sudah dibilang aku tidak tahu."
Orang itu hendak melayangkan pukulannya lagi, tapi seseorang berhasil menghentikannya.
"Terima kasih sudah menghentikannya, Nak. Aku bisa benar-benar mati kalau dia terus menghajarku."
"Siapa yang berniat menghentikannya?"
Pria bertubuh atletis berjalan maju mendekati seseorang yang tengah terikat di sebuah kursi dengan wajah yang hampir babak belur."A-apa yang ingin kau lakukan?" tanyanya ketakutan.
"Aku hanya ingin bermain-main." Pria itu hendak melayangkan tinjunya, tapi perkataan seseorang yang ada di depannya membuat tangannya berhenti.
"Cobalah cari di bar. Biasanya penjaga akan mengarahkan tamu ke sana. Sungguh hanya itu yang aku tahu," katanya dengan cepat.
"Bar?! Sial, seharusnya kau mengatakannya dari tadi!" Pria itu bergegas pergi diikuti oleh teman-temannya yang lain. Ditelitinya sekitar bar yang tak kecil itu. "Bar ini sangat besar. Kita harus berpencar!"
"Aku dan Teresa akan pergi ke sebelah kiri," ucap Thomas.
"Kalau begitu aku dan Aris akan ke sebelah kanan," sahut Frypan.
"Berarti aku dan Minho akan berjalan ke depan," ujar Newt.
Mereka pun berpencar dan pergi ke arah yang sudah disebutkan tadi.
"Bar macam apa yang mengizinkan para gadis berdansa di atas meja dengan pakaian yang minim?" tanya Newt merasa bingung.
"Jangan memperhatikan yang tak penting," tegur Minho.
Mereka terus berjalan dengan mata yang tak pernah berhenti mencari.
"Itu Cassy dan Brenda!" seru Newt.
Betapa bersyukurnya mereka karena telah menemukan gadis yang dari tadi dicarinya, tapi rasa syukur itu berganti begitu saja dengan perasaan marah yang disebabkan oleh pemandangan di depannya.
"Sialan! Pria itu berani sekali menggoda Cassy!" Minho memperbesar langkah kakinya agar cepat sampai di sana.
"Cassy, Brenda!"
Dua gadis itu sontak menoleh dan berlari ke arah mereka.
"Apakah kalian baik-baik saja?" tanya Newt meneliti keduanya.
"Kami baik-baik saja sampai pria bajingan itu datang dan menyentuh Cassy—"
"Cassy? Pria bajingan itu menyentuh Cassy?" tanya Minho dengan amarah yang masih ditahannya.
"Dia tidak menyentuhku, Minho. Dia hanya tak sengaja," ujar Cassy.
"Di bagian mana bajingan itu menyentuhmu?" Minho mencoba bertanya dengan nada yang lembut. "Jangan mengatakan hal lain. Cukup jawab saja pertanyaanku tadi!"
"Dia—"
"Dari mana bajingan kecil ini muncul?" Pria yang sempat terdorong oleh Minho telah kembali dan menatap mereka. "Kalian mengganggu waktuku dengan gadis-gadis cantik ini."
"Cassy, cepat jawab! Di mana bajingan itu menyentuhmu?" desak Minho.
"Di...pahaku," jawabnya dengan suara pelan.
"Paha?!" Tanpa berpikir panjang, Minho langsung melayangkan tinjunya ke wajah pria bajingan itu hingga membuatnya tersungkur. Dia terus memukulinya tanpa ampun bahkan tak ada jeda sama sekali.
"Berhenti! Dia bisa mati," kata Cassy mencoba menghentikannya.
"Dia memang pantas mati!" Minho terus menghajar pria itu sampai seseorang menariknya dan membuatnya berhenti. "Apa?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...