Chapter 3

113 17 8
                                    

Tak terasa sudah dua minggu Cassy berada di Glade bersama para pria itu. Tak pernah ada kejadian apapun yang membuatnya tak nyaman. Semuanya menjaga Cassy dengan baik dan menghormatinya sebagai perempuan satu-satunya di Glade.

Cassy juga mulai menikmati pekerjaannya di dapur. Ternyata bekerja di dapur tak seburuk yang dipikirkan. Dia tetap bisa belajar banyak hal di sana dan yang paling penting melihat raut wajah bahagia para glader saat memakan masakannya membuat dirinya merasa senang. Akhir-akhir ini juga dia diberikan kebebasan untuk menentukan menu makanan bagi para glader hingga dirinya bisa bebas bereksperimen terhadap menu-menu yang menurutnya akan enak dimakan setelah seharian bekerja.

Hari ini pun gadis itu diberikan kebebasan lagi untuk membuat makan siang karena Frypan yang merupakan kepala dapur sedang ada urusan. Berhubung kacang di kebun sudah panen, Cassy memutuskan untuk membuat kue dari kacang-kacang itu.

"Hai, Cassy. Kau sedang apa?" tanya seseorang yang mampir ke dapur.

"Hai, Chuck. Aku ingin membuat kue," jawabnya.

"Wow, kelihatanya seru. Bolehkah aku membantu?" tanya anak kecil itu.

Dengan senang hati, Cassy mengizinkan anak laki-laki itu membantunya membuat kue. Mereka pun mulai menyiapkan bahan-bahannya dan mengolahnya bersama.

"Aromanya enak sekali." Chuck menatap kue yang ada di dalam oven dengan wajah kelaparan.

"Setelah kuenya matang, kamu boleh menjadi orang pertama yang mencobanya," ucap Cassy.

Sambil menunggu kuenya matang, kedua orang itu membicarakan banyak hal untuk menghilangkan kebosanan.

"Aku mencium aroma yang enak dari arah dapur," kata seseorang.

"Aku sedang memanggang kue. Kebetulan kuenya akan matang. Duduklah sebentar di sini, Newt," ujar Cassy.

Tentunya pria itu menerima ajakannya dengan senang hati dan ikut bergabung duduk di sana. Diperhatikannya sang gadis yang sedang memeriksa oven dengan lekat. "Kau terlihat menikmati pekerjaan di dapur, Cassy."

"Begitulah. Ternyata bekerja di dapur juga menyenangkan," jawabnya.

"Cassy, apakah kuenya belum juga matang?" tanya Chuck tak sabar.

"Ini sudah matang kok." Gadis itu mulai mengeluarkan kuenya dari dalam oven, membuat harum semerbak semakin tercium.

"Aromanya semakin semerbak. Membuatku lapar saja," celetuk Newt.

Cassy tertawa geli mendengarnya. Dia memotong kue itu dan menyajikannya di atas piring. "Silakan dicoba."

Chuck dan Newt langsung menyerbunya dan menyantapnya dengan lahap.

"Bagaimana? Apakah rasanya enak?" tanya Cassy sambil memperhatikan ekspresi keduanya.

"Ini sangat enak!" jawab keduanya dengan kompak.

Gadis itu mengembuskan nafasnya lega. Jujur saja awalnya ia merasa tak percaya diri dan takut kalau kue buatannya tidak enak, tapi syukurlah hal tersebut tak terjadi.

Ketiga orang itu menikmati kue yang baru keluar dari oven sambil berbincang-bincang dan kembali ke pekerjaan masing-masing setelah menghabiskan kuenya.

Cassy juga kembali bekerja dan mulai berkutat dengan peralatan masak untuk membuat makan siang dan kue yang tadi.

Beruntung semuanya siap tepat waktu.
Para glader yang sudah kelaparan mulai berdatangan dan mengantre dengan tertib.

"Aku melihat sesuatu yang tak biasa," ucap Minho saat melihat nampan makanannya.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang