(S3) Chapter 45

62 10 0
                                    

Sehari sebelum Cassy pulang, dia memutuskan untuk kembali menemui Leo. Namun, kali ini hanya Minho yang menemaninya karena yang lain sedang sibuk membangun sesuatu.

Awalnya Vince tidak mengizinkannya karena tak ada yang bisa ikut menemani kecuali Minho, tapi tentu saja Cassy adalah Cassy di mana dia akan mendapatkan hal yang diinginkannya. Dengan segala cara yang dilakukan oleh Cassy, akhirnya Vince terbujuk juga dan mengizinkannya dengan catatan tak boleh pulang terlalu malam.

Entah apa yang dilakukan oleh gadis itu yang pasti Minho dibuat penasaran olehnya. Pasalnya tak ada yang pernah berhasil membujuk sang pemimpin Safe Heaven walaupun sudah berusaha keras.

Tanpa membutuhkan waktu yang lama, keduanya tiba di suatu rumah yang baru saja mereka kunjungi beberapa hari lalu. Namun, hal aneh terlihat dengan jelas saat mereka sampai di depan rumah tersebut. Sepi, hening, persis seperti rumah tak berpenghuni.

Cassy mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran negatif dari otaknya dan mulai mengetuk pintu, tapi tak ada satupun orang yang keluar dan menyambut mereka seperti sebelumnya. Dengan perasaan bergemuruh, tangannya bergerak membuka handle pintu yang ternyata tak terkunci. Hal tersebut sukses membuat pikiran buruk semakin memenuhi otaknya.

"Tenanglah, Cassy. Siapa tahu mereka lupa mengunci pintunya," ujar Minho.

Keduanya pun melangkah masuk dan memanggil nama sang pemilik rumah, tapi tak ada yang menyahut. Mereka memutuskan untuk menelusuri rumah tersebut dan memeriksa setiap ruangan yang ada.

Di ruangan terakhirlah akhirnya mereka dikejutkan oleh pemandangan yang tak menyenangkan. Di sana tergeletak beberapa remaja dengan luka di sekujur tubuhnya. Cassy dan Minho segera menghampiri mereka untuk melihat kondisinya lebih dekat.

"Minho, kita harus membawanya ke rumah sakit!" ujar Cassy.

"Iya!" jawabnya.

Dua orang itu bekerja sama memindahkan para remaja yang terluka ke dalam mobil. Beruntung hari ini hanya mereka yang pergi hingga mobilnya bisa mengangkut para remaja itu sekaligus.

Minho bergegas melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat yang sempat dilihatnya beberapa hari lalu. Di sana mereka langsung memanggil perawat dan para remaja itu segera ditangani oleh tim medis.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan mereka?" Cassy mengacak rambutnya frustasi melihat kondisi anak di hadapannya yang terluka paling parah.

"Kita akan mengetahuinya setelah Leo bangun," sahut Minho sembari mengelus kepala kekasihnya.

Tak lama terdengar suara lenguhan membuat kedua orang itu segera menoleh ke arah sumber suara.

"Di mana aku?" tanya Leo sambil meneliti sekelilingnya.

"Astaga, akhirnya kamu sadar." Cassy segera memeluk laki-laki itu yang masih kebingungan dengan situasi saat ini.

"Kamu ada di rumah sakit," jawab Minho.

Leo yang telah mengingat semuanya langsung merubah mimik wajahnya menjadi khawatir. "Di mana teman-temanku?! Apakah mereka terluka?"

"Mereka juga terluka, tapi tak separah dirimu. Jadi, mereka ditempatkan di ruangan lain," jelas Minho.

"Leo, sebenarnya apa yang telah terjadi? Kenapa kalian tak sadarkan diri dengan luka yang banyak?" tanya Cassy tak sabar.

Bukannya menjawab, remaja laki-laki itu malah tertunduk dan isak tangis mulai terdengar.

"Hei, kau menangis?" tanya Minho.

"Maaf, Cassy. Aku...aku bukannya bermaksud memberitahunya, tapi dia terus memaksa dan melukai teman-temanku," ujarnya.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang