Beberapa bulan kemudian...
Dua orang berbeda usia sudah bersiap di dalam mobilnya untuk menanti kedatangan kendaraan yang membawa para tahanan Wicked.
"Kami sudah di posisi, Newt," lapor Thomas lewat walkie talkie di tangannya.
"Kami juga sudah siap," jawabnya.
Tak lama, kereta yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba.
"Kejar mereka, Vince," suruh Thomas.
Pria paruh baya itu menancap gas sampai ke kecepatan maksimal untuk mengejar kendaraan bermuatan besar tersebut. Saat mereka sudah lebih dekat, Thomas melempar sebuah tali yang terdapat kail di ujungnya ke gerbong paling belakang untuk menjadi jembatannya.
"Talinya sudah siap. Kita harus berpindah sekarang." Thomas lebih dulu berpindah ke gerbong kereta tersebut dengan bantuan tali yang baru saja ia kaitkan. "Ayo, Vince. Giliranmu."
Pria tua itu melakukan hal yang sama untuk berpindah dan tibalah keduanya di gerbong kereta.
"Sekarang kita harus memutuskan gerbong keretanya," kata Thomas memberi instruksi.
Keduanya berlari ke gerbong ketiga dari depan dan mulai memutuskan sambungannya dari sana. Membutuhkan waktu yang cukup lama sampai mereka berhasil memutuskannya.
"Sekarang kita cari gerbong yang berisi Minho!" Thomas mulai menggedor-gedor satu persatu gerbongnya sambil meneriakkan nama teman yang dicarinya.
Mendengar suara temannya itu di gerbong kelima, Thomas segera mengeluarkan walkie talkie-nya dan melaporkannya. "Kami menemukannya. Cepatlah!"
Dari kejauhan terlihat Newt dan Frypan yang mulai mendekat dengan banyaknya peralatan di belakang mereka.
"Minho ada di gerbong ini," ucap Thomas.
Kedua orang itu segera mengeluarkan peralatannya dan melakukan aksinya.
Di sisi lainnya, ada dua orang gadis yang juga sedang melancarkan aksinya.
"Harriet, aku akan pergi ke kiri."
"Kalau begitu aku akan pergi ke kanan."
Mereka saling pergi ke arah yang berlawanan dan mengepung sang pengemudi pesawatnya lalu menghajarnya hingga pingsan.
"Aku tak menyangka kalau kau mahir bela diri," celetuk Harriet.
"Wicked pernah melatihku menjadi seorang petarung, tapi latihannya dihentikan karena aku harus fokus menjadi peneliti," ungkap Cassy.
Kedua gadis itu mengambil tempat masing-masing dan menunggu arahan dari yang lainnya.
"Bagaimana dengan hasil penelitiannya?" tanya Harriet mencoba mencairkan suasana.
"Sangat buruk. Kami tak pernah benar-benar menemukan darah yang kuat melawan virus itu," jawab Cassy.
"Kau tahu? Aku tak pernah berharap kalau obatnya akan ditemukan," ujar Harriet.
"Kenapa? Apakah kau tak mau itu terjadi?" tanya Cassy.
"Tentu saja aku mau obatnya ketemu, tapi aku hanya tak pernah berharap." Harriet menatap lurus ke depannya. "Berharap pada sesuatu yang tak pasti itu sangat menyakitkan dan aku tak mau menyakiti diriku sendiri."
Cassy menganggukkan kepalanya pertanda kalau dirinya paham maksud dari perkataan tersebut.
"Para gadis, ini saatnya kalian beraksi," ucap seseorang dari walkie talkie.
Kedua gadis itu langsung meluncurkan pesawatnya ke lokasi dan membawa gerbong yang telah dipisahkan dari yang lainnya.
Sesampainya di markas, mereka bergegas membuka gerbong tersebut. Satu persatu para tahanan mulai keluar dan menunjukkan dirinya. Aris, Sonya, Jack, dan beberapa orang yang familiar wajahnya sudah terlihat, tapi tidak dengan satu orang. Bahkan hingga semuanya sudah keluar, orang yang ditunggu-tunggu masih tak muncul juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...