(S3) Chapter 33

53 5 0
                                    

Sudah berbulan-bulan berlalu setelah semua orang sampai di tempat yang diberi nama 'Safe Heaven'. Di sana mereka hidup dengan tenang, aman, dan damai. Semua orang merasa bahagia di sana, tapi tidak dengan satu orang.

Orang yang selalu menghabiskan lebih banyak waktu di kamar daripada di luar ruangan. Orang yang selalu membatasi diri dengan lingkungan sekitarnya. Orang yang selalu memilih menyendiri walaupun banyak yang ingin mengajaknya berbincang-bincang.
Orang tersebut tak lain adalah Minho.

Seseorang yang dulunya terkenal sebagai pria tampan dengan tubuh atletisnya serta kekuatan yang tak tertandingi. Namun sejak kepergian sang kekasih, pria itu berubah sangat jauh. Tubuh yang tak lagi kekar, kekuatan yang tak sekuat dulu, dan semangat yang kian menghilang.

Melihat kondisinya yang terus memburuk membuat semua orang berbondong-bondong mengubahnya kembali seperti dulu. Mereka tak mau sampai kehilangan pejuang yang berbakat, tapi sayangnya tak ada satupun yang berhasil.

Alhasil Vince mengadakan suatu pertemuan rahasia yang hanya dihadiri beberapa orang saja. Hal tersebut ia lakukan untuk mendiskusikan sesuatu terkait kondisi anak-anaknya.

"Kondisi Minho semakin memburuk. Dia semakin sering mengurung diri di kamar daripada berinteraksi dengan orang lain," ucap Vince.

"Bahkan tubuhnya sudah tak sebugar dulu dan wajahnya juga semakin hari semakin lesu. Dia benar-benar seperti mayat hidup," timpal Frypan.

"Bukankah itu hal yang wajar? Siapapun akan seperti itu setelah kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya," sahut Brenda.

"Masalahnya ini sudah berbulan-bulan sejak kejadian itu. Kalau Minho terus seperti ini, kesehatannya bisa terancam," ujar Thomas.

"Aku setuju. Kita tak bisa membiarkan Minho terus terpuruk karena hal tersebut bisa mempengaruhi kesehatannya," sambar Gally.

Newt menganggukkan kepalanya. "Kalau kita terus membiarkannya, bukankah sama saja menyia-nyiakan perjuangan Cassy?"

"Tapi, bagaimana kita mengembalikan semangatnya, sedangkan dia tak bisa ditemui sama sekali?" tanya Jorge.

Vince menatap ke arah tiga orang pemuda di sana. "Thomas, Newt, Frypan, kalian cobalah mengajaknya bicara terus. Ajak dia keluar dari zonanya secara perlahan."

"Itu...sepertinya akan sulit," tutur Thomas.

Pria berambut cokelat panjang itu mengernyitkan keningnya.

"Terakhir kali berbicara dengannya, kami berakhir bertengkar," sambung Frypan.

Vince menghela nafasnya panjang ketika mendengar laporan yang kurang bagus dari orang-orang yang justru dia harapkan.

"Aku akan mencoba berbicara lagi dengannya," tutur Newt.

"Tolong berbicaralah dengan lembut padanya, Nak," ujar Vince.

Pria berambut pirang itu mengangguk dan melenggang pergi dari sana.

Aku harap Minho bisa diajak berbicara kali ini. Batinnya.

Melihat seseorang yang ada di pikirannya, pria itu langsung melangkahkan kakinya ke sana dan duduk di sebelahnya tanpa permisi.

"Minho."

Tak ada sahutan apapun dari pria itu.

Newt mencoba menenangkan dirinya dan berbicara lagi. "Aku tahu kau bersedih karena kepergiannya, tapi...ini sudah berbulan-bulan."

"Lalu?" tanya Minho yang akhirnya bersuara.

"Kami semua mengkhawatirkan kondisimu yang terus memburuk setiap harinya." Newt mengalihkan pandangannya ke arah pria di sebelahnya. "Minho, aku rasa dia juga tak akan senang jika melihatmu seperti ini "

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang