Mereka berjalan ke arah garasi dan masuk ke sebuah mobil yang terlihat paling mewah dari mobil lainnya.
"Wow, apakah ini Bertha?" tanya Newt tak berhenti memancarkan kekagumannya.
"Iya, ini adalah mobil yang paling disayang Marcus hingga diberi nama seperti ini," jelas Jorge.
Mobil tersebut mulai meninggalkan pekarangan dan menyusuri jalanan. Angin-angin yang terasa menyejukkan menerpa kulit mereka semua membuat siapapun yang terkena angin tersebut merasa sejuk.
Berbeda dengan yang lain, Cassy justru tak bisa menikmati perjalanannya karena seseorang yang terlihat semakin tidak baik-baik saja.
Wajah Brenda semakin memucat. Aku harap dia benar-benar bisa bertahan. Batinnya.
Cassy mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan gadis itu. "Kita akan segera menemukan The Right Arm. Kau harus bertahan."
Gadis itu hanya membalas ucapannya dengan anggukan kepala.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di suatu tempat. Mereka pun keluar dari mobil dan melihat ke sekeliling yang tak terlihat adanya tanda-tanda kehidupan.
"Kenapa di sini sepi sekali?" tanya Newt kebingungan.
"Semuanya merunduk!" teriak Thomas.
Mereka mengikuti perintah tersebut dan segera merunduk. Lalu sebuah peluru datang dan mengenai mobil mereka. Tetapi, tidak hanya sampai di situ. Peluru-peluru itu terus berdatangan tanpa henti membuat mereka harus mencari tempat persembunyian.
"Sialan, Marcus! Dia mengarahkan kita ke jebakan!" kesal Jorge.
Thomas mencoba melihat siapa yang menembak, tapi tak ada satupun orang yang terlihat oleh matanya.
"Hei, lemparkan ini dihitungan ketiga oke?" Jorge memberikan sebuah granat pada Thomas. "Aku akan memberi aba-"
"Jatuhkan itu!" Suara seseorang terdengar begitu kerasnya. Lalu secara perlahan sosok dua gadis terlihat mulai mendekat. "Aku bilang jatuhkan!"
Thomas dan Jorge meletakkan benda yang dipegangnya ke atas tanah.
"Semuanya berdiri dan angkat tangan kalian!" perintah gadis lainnya.
Mereka keluar dari tempat persembunyian dan berjalan mendekat dengan tangan yang terangkat ke atas.
"Aris?" Dua gadis yang memegang senjata itu mulai membuka penutup wajahnya dan mendekati seorang pria. "Astaga, ini benar-benar kau!"
"Harriet, Sonya?!" Pria itu yang menyadarinya langsung memeluk keduanya dengan erat.
Mereka yang melihatnya hanya memasang wajah kebingungan karena tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.
"Kedua gadis itu adalah temanku di labirin," jelas Aris yang mengetahui kebingungan teman-temannya.
Seorang gadis berkulit gelap menoleh ke belakang dan berteriak, "Mereka aman!"
Para penembak yang awalnya bersembunyi pun mulai menunjukkan batang hidungnya.
"Ayo, kami akan membawa kalian ke Vince," ajak gadis berambut pirang.
Tanpa pikir panjang, mereka mengikuti dua gadis itu dan pergi ke suatu tempat di mana ada sedikit kehidupan di sana.
"Omong-omong, aku Harriet dan gadis berambut pirang itu Sonya," ucapnya memperkenalkan diri.
Mereka membalas dengan memperkenalkan diri masing-masing juga.
"Kalian telah melalui jalan yang panjang," tutur Sonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...