Cassy terbangun karena sinar matahari yang sangat menyengat kulitnya. Dia mencoba melihat ke luar dan ternyata posisi matahari sudah berada tepat di atas kepalanya yang berarti dirinya bangun terlambat.
Dengan tergesa-gesa, gadis itu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan langsung pergi ke dapur setelahnya.
"Aku benar-benar minta maaf." Cassy terus mengatakan hal tersebut berulang kali. Dirinya merasa sangat tak enak pada teman-temannya karena terus membolos.
"Sudah kami bilang tidak apa-apa. Lagi pula menu yang kami buat hari ini tidak terlalu sulit. Jadi, masih bisa dikerjakan oleh dua orang," jelas Frypan.
"Benar. Lagi pula kali ini aku bisa membantu Frypan sepenuhnya. Jadi, semuanya masih terkendali," timpal Winston.
"Tetap saja aku merasa tak enak karena tidak melakukan apapun." Cassy nampak berpikir sejenak. "Ah iya, aku pergi ke kebun saja. Biasanya Newt selalu membutuhkan tenaga tambahan di sana."
"Siang ini sangat terik. Kamu yakin ingin membantu di kebun?" tanya Winston.
"Yakin! Aku merasa tak enak jika tak bekerja dan juga waktu makan malam masih sangat lama. Jadi, lebih baik aku gunakan untuk membantu orang lain." Cassy berpamitan pada teman-temannya itu dan pergi ke kebun untuk menemui seseorang di sana.
"Hai, Newt," sapanya kepada pria berambut pirang yang sedang fokus mencabut rumput liar.
Yang dipanggil langsung menoleh dan menjawab sapaannya. "Hai, Cassy."
Gadis itu mulai mendekat ke arahnya. "Apakah ada yang bisa aku bantu? Aku senggang hari ini sampai waktu makan malam."
"Apakah kamu tidak lelah setelah mema—" Newt menghentikan ucapannya sejenak. "Setelah diingat-ingat, kamu tidak terlihat di dapur hari ini. Biar kutebak...kamu bangun kesiangan, kan? Merasa tak enak karena tak menjalankan tugas dengan baik membuatmu datang ke sini untuk meminta pekerjaan lainnya."
Cassy melongo mendengar tebakan dari temannya itu. "Tebakanmu benar sekali."
"Sudah kuduga." Newt yang memang membutuhkan bantuan tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Diambilnya ember yang kebetulan berada dekatnya dan diberikannya pada gadis di hadapannya. "Tolong ambilkan pupuk di hutan. Oh iya, jangan pergi terlalu jauh karena itu berbahaya!"
Cassy menganggukkan kepalanya dan menerima ember tersebut. Dia mulai berjalan ke arah hutan untuk mencari pupuk yang dibutuhkan.
Baru kali ini aku diizinkan masuk ke hutan. Kira-kira seperti apa hutannya ya? Tanyanya dalam hati.
Kakinya terus melangkah sedikit lebih dalam hingga melihat tanah yang subur. Diambilnya tanah tersebut dan dimasukkannya ke dalam ember yang dibawa tadi.
Saat sedang mengambil pupuk, sekopnya secara tak sengaja menghantam sesuatu yang keras. Rasa penasaran membuat Cassy menggalinya untuk melihat benda apa yang dihantam oleh sekopnya tadi.
Betapa terkejutnya dia saat melihat tulang yang ternyata dihantam sekopnya. Dirinya baru menyadari bahwa di sekitarnya terdapat banyak tulang-tulang yang berserakan.
Kenapa aku tak melihat tulang-tulang itu sebelumnya?! Batinnya terkejut.
Cassy hendak pergi dari sana, tapi seseorang menahan tangannya yang membuatnya reflek menoleh.
"Ini semua salahmu, Cassy!"
"Ben? Kenapa kau ada di sini? Lalu apa maksud perkataanmu itu?"
Pria yang menahan tangan Cassy itu adalah Ben, seorang pelari labirin sama seperti Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...