(S3) Chapter 43

73 13 0
                                    

"Teresa, aku belum mengucapkan terima kasih padamu atas yang sebelumnya." Cassy mengalihkan pandangannya pada gadis di sebelahnya. "Terima kasih telah membantuku menyelamatkan Newt. Berkatmu yang menyadari bahwa akulah obatnya membuat Newt selamat."

"Sama-sama. Aku juga senang bisa membantu," jawabnya.

Semuanya mulai menikmati makan malamnya dengan ditemani api unggun yang menyala terang dan membuat suasana menjadi hangat. Canda dan tawa terdengar sangat jelas di tempat itu. Namun, waktu yang terus berjalan membuat mereka harus masuk ke kamar dan tidur.

"Cassy dan Eric akan menginap, tapi di mana mereka akan tidur?" tanya Frypan.

"Cassy akan tidur bersamaku," jawab Brenda dengan cepat.

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Eric.

"Tidurlah di kamarku. Lagi pula malam ini aku yang bertugas menjaga wilayah," jawab Minho.

"Baiklah, masalah kamar sudah selesai. Jadi, cepat kembali ke kamar masing-masing dan istirahatlah," ucap Vince.

"Minho, aku minta tolong untuk mengantar Cassy lebih dulu ke kamarku," pinta Brenda.

"Kau mau ke mana?" tanya Cassy.

"Ada sesuatu yang harus kulakukan sebentar. Aku akan menyusul secepatnya." Brenda melenggang pergi dari sana.

"Sepertinya gadis itu sengaja," gumam Eric.

"Jangan menuduh Brenda sembarangan!" sungut Cassy.

"Ayo, Cassy. Biar aku akan ke kamar Brenda." Minho menggenggam tangan gadis itu dan membawanya pergi dari sana.

Padahal cuacanya sedang sangat dingin, tapi entah mengapa di sekitar dua manusia berbeda gender itu malah terasa panas. Bahkan wajah keduanya sedikit memerah akibat panasnya sekitar.

"Aku benar-benar berharap kamu bisa tidur denganku malam ini," celetuk Minho.

Mendengar ucapan yang terdengar ambigu itu membuat wajah Cassy semakin memerah.

"Kenapa wajahmu merah sekali? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Minho.

"Tidak, aku tak memikirkan apapun," jawab Cassy dengan cepat.

Minho yang tak percaya masih memandang wajah gadis itu. "Benarkah? Lalu mengapa wajahmu sangat merah?"

"Ini karena hawanya sangat panas," sahut Cassy sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya.

"Di sini sangat dingin saat malam. Jadi, tidak mungkin kalau kau merasa kepanasan," balas Minho.

Gadis itu yang tak bisa menjawab lagi langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain. Dia benar-benar malu karena ketahuan memikirkan yang aneh-aneh.

"Aku hanya ingin tidur denganmu dan berbagi cerita. Tidak lebih," jelas Minho.

"Eric akan membunuh kita jika melakukan itu," jawab Cassy disertai kekehan.

Mendengarnya membuat Minho ikut tertawa. "Dia hanya akan membunuhku karena mengajak adik perempuannya tidur bersama."

Terlalu asik bercanda membuat keduanya tak sadar kalau ternyata sudah sampai.

"Rasanya cepat sekali sampai ke kamar Brenda. Padahal jaraknya cukup jauh dari tempat kita makan tadi," ujar Minho.

"Benarkah? Yah mungkin karena kita terlalu fokus mengobrol," sahut Cassy.

"Cepatlah masuk. Angin malam tak baik untuk kesehatanmu," suruh Minho.

Cassy menganggukkan kepalanya dan melangkah masuk, tapi sebuah tangan tiba-tiba saja menariknya dan terasa sangat jelas ada sesuatu yang hangat menempel di bibirnya.

Minho menciumku?! Batinnya terkejut.

Seharusnya Cassy menolak dan berusaha melepaskan diri, tapi tubuhnya tak bergerak sesuai isi otaknya. Dia malah diam sambil menikmati bibir pria itu.

"Bibirmu masih saja manis," kata Minho dengan suara seksinya.

Tersadar kalau hal yang dilakukannya ini salah membuat Cassy segera menjauh dan menatap pria itu dengan tajam. "Bagaimana jika Eric melihat kita?!"

"Biarkan saja," jawabnya dengan santai.

"Omong-omong, kenapa ciumanmu semakin lihai?" Cassy yang merasa curiga mulai memicingkan matanya dan menatap pria tersebut. "Siapa yang kau ajak berciuman selama aku tak ada?"

"Kamu penasaran?" tanya Minho dengan senyum jahilnya.

Dengan cepat gadis itu menganggukkan kepalanya.

"Apa yang akan kamu berikan kalau ingin aku memberitahumu?" tanya Minho.

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Cassy balik.

"Kenapa bertanya? Pikirkanlah sendiri apa yang bisa membuatku memberitahumu," balasnya.

Gadis itu mencoba memikirkan sesuatu. "A kiss?"

Minho tersentak mendengar jawaban itu. Tak pernah dirinya berpikir kalau gadis itu akan memikirkan hal itu sebagai jawabannya. Tetapi, yang namanya kesempatan tak boleh disia-siakan. "Cobalah. Kalau ciumanmu bisa memuaskanku, maka akan aku beritahu."

Ayolah, tidak perlu malu. Lagi pula kau sudah melakukannya beberapa kali. Batin Cassy menyemangati diri sendiri.

Gadis itu melangkah maju secara perlahan. Dia menggerakkan tangannya untuk dikalungkan ke leher pria itu dan didekatinya wajah pria itu. Dengan sangat hati-hati, bibirnya mulai menyentuh bibir Minho.

Dengan segala upaya, dia berusaha untuk memuaskannya dengan ciumannya. Oksigen yang semakin menipis membuatnya merasa harus melepaskan diri, tapi tangan kekar yang tiba-tiba saja melingkar di pinggangnya membuatnya tak bisa kabur. Bahkan tangan lainnya sudah menekan tengkuknya hingga ciuman itu semakin dalam.

"Your lips make me addicted," bisik Minho.

"Are you crazy?! I almost died!" protes Cassy.

"Kamu tak akan mati hanya karena ciuman," balas Minho disertai kekehan.

Cassy memutar bola matanya malas. "Apakah kau puas?"

"Sangat puas." Minho mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu.  "Aku tak pernah berciuman dengan siapapun selain dirimu."

"Bohong," ucap Cassy dengan tatapan tak percaya.

"Terserah mau percaya atau tidak. Yang penting aku sudah memberitahu kebenarannya," balas Minho.

"Loh? Kenapa kau masih di sini, Minho?" tanya Brenda yang baru saja tiba.

"Aku hanya menemaninya sampai kau datang," jawabnya.

Gadis itu memicingkan matanya menatap keduanya. "Kalian tak melakukan sesuatu di depan kamarku, kan?"

Minho hanya mengangkat kedua bahunya dan melenggang pergi dari sana.

Tak mendapatkan jawaban dari pria itu membuat Brenda yakin kalau keduanya sempat melakukan sesuatu di depan kamarnya. Dia pun menatap gadis di sebelahnya dan bertanya, "Apa yang telah kalian lakukan tadi?"

"Ti-tidak ada," jawab Cassy.

"Kalau tidak ada, kenapa kamu menjawabnya dengan terbata-bata seperti itu?" tanya Brenda yang semakin curiga.

"Sudahlah, ayo kita masuk. Aku mengantuk." Cassy menarik tangan gadis itu dan masuk ke kamar.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang