Waktu sarapan telah usai yang artinya Cassy akan senggang sampai waktu makan siang tiba. Dia begitu bosan hingga memutuskan untuk pergi ke ladang dan menemui seseorang di sana.
"Hai, Newt. Butuh bantuan?" Cassy berjalan menghampiri pria yang terlihat sibuk melakukan sesuatu.
"Sepertinya kau sangat senggang hingga berani meminta pekerjaan ke sini," katanya yang sudah menoleh.
"Hari ini pekerjaan di dapur tidak begitu banyak. Jadi, aku memutuskan datang ke sini karena bosan," jelas Cassy.
Senyum licik tercetak jelas di wajah tampan pria berambut pirang itu. "Kau yang memintanya sendiri. Jangan salahkan aku jika nanti dirimu kelelahan."
Kata-kata yang terdengar sangat ambigu itu berhasil membuat bulu kuduk Cassy berdiri tegak. "Astaga, Newt. Bisakah kau menggunakan kata-kata yang normal? Lalu apa-apaan tatapanmu itu?! Semua perilakumu seperti sedang ingin memakan seseorang."
"Sejujurnya aku memang ingin sekali memakammu," gumamnya dengan suara rendah.
Ucapan tak jelas itu membuat Cassy melangkah maju agar bisa lebih dekat. "Kau bicara apa? Suaramu kecil sekali hingga aku tak bisa mendengarnya dengan jelas."
"Tidak. Sudahlah, kau ke sini untuk meminta pekerjaan, kan?" Newt berjalan ke arah kotak besar dan membukanya. "Bantu aku tanam ini semua."
"Apa yang akan kita tanam ini?" tanya Cassy yang sudah berdiri di sebelah pria itu.
"Ini adalah bibit lemon. Para creator mengirimkan bibit ini bersama gadis aneh itu," jawabnya.
"Namanya Teresa," ucap Cassy.
"Whatever," balasnya tanpa minat.
"Kau harus memanggilnya dengan benar, Newt!" Cassy menatap tajam ke arah pria itu. Dirinya benar-benar tak suka mendengar teman sekamarnya dipanggil dengan panggilan itu.
Bukannya mendengarkan, Newt malah salah fokus dengan raut wajah gadis di hadapannya. Raut wajah kesal yang ditunjukkan gadis itu malah membuatnya semakin menggemaskan, bukan menakutkan.
Dia pikir, wajahnya akan terlihat seram kalau berekspresi seperti itu? Padahal tidak sama sekali. Justru dia terlihat lucu. Batinnya.
Newt terus memandangi gadis itu. Rasa ingin menjahilinya tiba-tiba saja muncul hingga tangannya secara tak sengaja tergerak untuk mengoleskan tanah ke pipi gadis itu.
"Newt!" Cassy menatap tak percaya ke arah pria itu. "Kau mengoleskan tanah ke pipiku?!'
"Habisnya kau terlalu cerewet," ujar Newt.
Cassy yang merasa tak terima pun langsung membalasnya tanpa takut. Bahkan tanah yang dia oleskan lebih banyak.
"Aku hanya sedikit menempelkan tanah ke wajahmu," protes Newt.
"I don't care," sahut Cassy.
Tentu hal tersebut tak bisa diterima oleh sang pria hingga membuatnya kembali membalas agar setimpal. Namun, begitu juga sebaliknya. Sang gadis tak terima kalau wajahnya dicoret hingga dua kali dan berakhirlah perang tanah di antara keduanya.
"Kalian terlihat asik bercanda bersama," kata seseorang yang sedari tadi memperhatikan keduanya dengan tatapan tak dapat diartikan.
Mendengar suara yang tak bersahabat membuat kedua orang itu kompak menoleh. Mereka sama-sama memasang wajah terkejut dengan seseorang yang baru saja berbicara tadi.
"Kenapa kalian terkejut seperti itu? Apakah aku mengganggu kalian bermesraan?" tanyanya dengan nada tak ramah.
Alis Cassy bertaut ketika mendengar hal konyol itu. "Kamu bicara apa? Siapa yang bermesraan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...