Keesokkan harinya...
Seperti biasa, mereka akan makan setelah menyelesaikan pemeriksaan yang cukup lama.
"Aku harus memeriksa apa yang terjadi di dalam ruangan itu," gumam Thomas sambil memperhatikan dua penjaga yang tengah berdiri di depan pintu.
"Kita sudah membicarakan soal ini semalam. Jangan bertindak gegabah!" peringat Newt.
Namun, Thomas adalah Thomas yang tak akan mendengar perintah dari siapapun. Dengan langkah penuh keyakinan, pria itu berjalan ke arah para penjaga dan membuat sedikit keributan yang menyebabkan Thomas berserta teman-temannya ditarik paksa kembali ke kamar.
"Apa yang telah kau lakukan, Thomas?!" kesal Minho.
"Kau pikir mereka akan membiarkan kita keluar dengan melakukan keributan semacam tadi?" tanya Newt.
"Tentu saja tidak." Thomas mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Ini yang akan membawaku ke sana."
"Kau mendapatkan kartunya?" tanya seseorang dari arah ventilasi.
"Iya, aku mendapatkannya." Thomas bersiap masuk ke ventilasi. "Tolong lindungi aku, teman-teman. Aku akan kembali secepatnya."
Pria itu merangkak menyusuri ventilasi bersama Aris hingga sampai di tempat ruangan mencurigakan itu berada. Mereka turun dari sana secara perlahan setelah memastikan keadaan telah aman.
"Cepat buka pintunya," suruh Aris.
Dengan kartu yang berhasil direbut dari penjaga, Thomas mulai membuka pintunya dan bergegas masuk. Ditelusurinya ruangan tersebut dan ditelitinya setiap tabung yang mereka lewati.
"Apa-apaan ini? Kenapa orang yang dipanggil setiap harinya berada di dalam tabung ini?" Aris menatap tak percaya ke arah tabung besar itu. "Apakah mereka masih hidup?"
Di sisi lainnya, Thomas tengah fokus memperhatikan makhluk-makhluk kecil yang sepertinya adalah bayi griever. Dia benar-benar tak habis pikir kalau makhluk sekecil itu akan menjadi sangat menyeramkan dan menjijikan saat sudah besar.
Saat dua orang itu sedang fokus dengan hal-hal lainnya, tiba-tiba saja pintu terbuka dan menampilkan seorang pria berjas hitam yang berjalan dengan terburu-buru.
"Sembunyi!"
Thomas dan Aris segera bersembunyi di balik pilar besar dan menahan nafas ketika orang itu melewati mereka.
"Wanita itu benar-benar tak sabaran," gerutu seseorang yang tak lain adalah Janson.
Kemudian layar besar muncul dan menyala. Memperlihatkan seorang wanita yang Thomas ketahui sudah mati.
Bukankah itu wanita yang aku lihat di komputer labirin?! Tanyanya dalam hati.
Thomas mencoba mendekat untuk menguping pembicaraan keduanya
"Berapa lama lagi kau akan membuatku menunggu, Janson?" tanya wanita di sebrang sana.
"Saya sedang mengusahakan semaksimal mungkin," jawabnya.
"Katakan saja kalau kau tak mampu melakukan tugas yang kuberikan. Biar aku menyerahkannya pada orang lain," ucap wanita itu.
"Jangan. Setelah ini saya akan melakukannya," balas Janson dengan cepat.
"Lakukan secepatnya, Janson. Para dewan mulai mengamuk dan mencurigai kita yang tak pernah ada perkembangan lagi semenjak Cassy memilih berhenti," kata wanita itu yang masih fokus pada dokumen-dokumen yang dipegangnya.
"Apa yang akan Anda lakukan jika menemukan Cassy, Dokter?" tanya Janson.
"Aku akan menghapus ingatannya agar dia bisa kembali bekerja bersama Wicked." Wanita itu meletakkan dokumen di tangannya dan menatap Janson. "Saat kau melakukannya, aku tak ingin mereka merasakan sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...