"Apa yang kau lakukan di atas sini, Teresa?" tanya Cassy sembari berjalan mendekat.
"Aku hanya sedang berpikir," jawabnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya lagi.
"Tentang masa lalu." Teresa menghadapkan dirinya ke gadis di sebelahnya. "Cassy, dulu aku selalu mengikutimu ke manapun. Lalu kamu juga selalu menuruti semua keinginanku."
"Benar. Ada kenangan semacam itu di masa lalu." Cassy tertawa geli saat ingatan masa lalunya tentang hal tersebut muncul di otaknya. "Dulu kamu selalu merengek meminta sesuatu yang tak bisa diberikan oleh Wicked."
"Tak pernah sekalipun kamu tak mendengar permintaanku. Bahkan hal konyol sekalipun tetap kamu turuti," lanjut Teresa.
Cassy menganggukkan kepalanya. "Kamu sangat menggemaskan saat itu sampai aku tak pernah tega untuk mengatakan tidak."
"Kamu tahu? Aku selalu menganggapmu seperti kakak perempuanku. Dulu, sekarang, dan selamanya," ungkap Teresa.
Cassy yang merasa tersentuh dengan pengakuan tersebut bergerak maju untuk memeluk gadis itu.
"Bukankah aku masih menggemaskan?" tanya Teresa di tengah-tengah pelukan mereka.
"Tentu saja. Kamu selalu menggemaskan di mataku," jawab Cassy.
Ditemani hangatnya sinar matahari sore, dua gadis itu saling berpelukan cukup lama.
"Cassy..."
"Iya, Teresa?"
"Aku ingin kita semua kembali ke Wicked."
Kalimat tersebut sukses membuat Cassy melepaskan pelukannya secara kasar. Ditatapnya gadis di hadapannya dengan tajam. "Jangan gila! Kita sudah bersusah payah keluar dari neraka itu dan sekarang kamu ingin kita kembali ke sana?!"
"Mereka baik. Ingat? Wicked is good," tutur Teresa.
"Kamu bilang Wicked baik?! Apakah orang baik membunuh manusia-manusia tak bersalah?! Apakah orang baik menguji manusia hingga merenggut nyawa?!" tanya Cassy.
"Itu—"
"Kalau orang baik yang kamu maksud adalah seperti itu, maka aku adalah orang jahat yang akan menghentikannya!" sela Cassy.
"Kamu bilang akan menuruti semua permintaanku..." lirih Teresa.
Cassy menghela nafasnya kasar. "Memang benar, tapi tidak dengan yang satu ini, Teresa!"
Isakan tangis mulai terdengar dari gadis itu. Teresa meneteskan buliran-buliran air mata yang begitu derasnya hingga membuat seseorang merasa tak tega melihatnya.
"Aku...tak bermaksud membentakmu." Cassy kembali memeluk gadis itu dan mengelus punggungnya untuk menenangkannya. "Buka matamu, Teresa. Mereka bukanlah orang baik."
"Maaf..." Kata itu terus terdengar dari mulut Teresa hingga perlahan terlihat beberapa pesawat yang mulai mendekat.
Cassy yang baru mengerti dengan situasinya langsung melepaskan pelukannya dan menatap marah ke gadis di depannya. "Kau memanggil mereka?!"
Namun, tak ada jawaban apapun dari Teresa.
Cassy bergegas lari ke bawah. Hal pertama yang dilihat olehnya adalah keadaan yang sangat kacau. Banyak prajurit Wicked yang menyerang orang-orang tak bersalah bahkan tak segan membunuhnya secara brutal. Tenda-tenda juga mulai terbakar oleh kobaran api yang membuatnya teringat seseorang.
"Brenda!"
Dalam perjalanannya, Cassy terus merapalkan doa agar gadis itu baik-baik saja dan aman di suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...