"Kalian semua gila! Ini namanya pembunuhan berantai!"
"Tenanglah, Nak. Kami melakukan ini juga terpaksa."
"Terpaksa? Kenapa aku malah melihat kalian bersenang-senang dengan ini semua?"
"Kenapa tiba-tiba kamu jadi seperti ini, Cassy?"
"Because I'm not a little kid anymore who doesn't understand all this!"
"Jadi, kamu ingin berhenti melakukannya?"
"Iya dan kalian juga harus menghentikannya!"
"Maaf, Cassy."
Suara yang mengganggu terdengar begitu keras hingga membuat seseorang yang berada di dalam sana terbangun. Orang itu meneliti ke sekitarnya yang hanya ada tumpukan kotak berisi bahan makanan. Dia mencoba bangun, tapi terjatuh begitu saja. Rasa sakit di kepalanya membuat dia kesulitan untuk berdiri.
"Tolong...siapapun..."
Dia mencoba berteriak, tapi tak bisa. Suaranya tertahan, tenggorokannya terasa kering sekaligus sakit, dan tubuhnya bergetar hebat karena ketidaknyamanan yang dirasa. Alhasil dia hanya menunggu dalam diam sampai benda yang bergerak ini membawanya entah ke mana.
Perlahan cahaya mulai terlihat dan semakin lama semakin terang. Cahaya yang begitu menyilaukan membuatnya menutup kedua matanya. Bertepatan dengan benda yang berhenti itu, terdengar suara bisik-bisik banyak orang.
"Seorang perempuan?"
"Bagaimana bisa creator gila itu mengirimkan seorang perempuan setelah sekian lamanya?!"
"Hei, seseorang harus turun ke sana untuk memeriksanya."
Terasa adanya orang yang turun dari getaran yang dihasilkannya.
"Hai, Greenie."
Mendengar sapaan lembut dari seseorang membuatnya membuka mata dan menatap pria yang kini berdiri tepat di hadapannya. Pria kurus berkulit putih dengan rambut pirangnya sedang tersenyum ramah ke arahnya.
"Newt, coba lihat kertas di sampingnya itu," suruh seseorang dari atas sana.
Pria bernama Newt itu mengambil kertas yang berada di sebelahnya dan membacanya dengan keras. "She's special."
"Apa maksudnya itu?" tanya orang di atas.
"Lebih baik bawa gadis itu naik terlebih dahulu. Kita akan pikirkan itu nanti," timpal yang lain.
Newt mengulurkan tangannya pada gadis yang dari tadi hanya diam di tempatnya. "Ayo, biar kubantu kau naik."
Namun, sang gadis tak bergerak sedikit pun untuk menerima uluran tangannya. Dia masih terduduk di sana dengan tubuh yang sedikit gemetar.
"Aku tahu kau ketakutan, tapi kita tak bisa terus di sini. Atau kau mau tetap berada di dalam sini sampai para monster menyerangmu?" lanjutnya.
Mendengar kata 'monster' membuat gadis itu langsung menerima uluran tangannya dan naik dengan bantuannya. Dia terdiam begitu saja saat sampai di atas, tapi matanya terus meneliti ke sekelilingnya.
Tempat apa ini? Mengapa ada tempat dengan hamparan rerumputan yang begitu luas? Kenapa semua yang ada di sini laki-laki? Kira-kira begitulah pertanyaan yang ada di pikirannya.
Lalu pandangannya secara tak sengaja mengarah pada sebuah dinding raksasa yang entah mengapa dirinya merasa familiar dengan itu. Ditatapnya dinding raksasa itu hingga seseorang memecah lamunannya.
"Ayo, aku akan mengantarmu ke Medjeck terlebih dahulu," ucapnya.
"Medjeck?" tanya gadis itu.
"Iya, itu adalah tempat di mana kau bisa mendapatkan pengobatan." Pria berambut pirang itu meneliti gadis di hadapannya dari atas hingga bawah. "Walaupun tak terlihat sakit, tapi untuk berjaga-jaga, kamu akan diperiksa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
RomanceCassy terbangun di sebuah tempat yang di mana hanya ada para laki-laki di sana. Tak mau terus berada di dalam sana, ia bersama yang lainnya berjuang untuk keluar dari tempat tak diketahui itu, tapi ternyata banyak hal yang tidak mereka ketahui selam...