1 | A land without happiness

38.3K 2.8K 82
                                    

"Uhh... kumohon..." Seorang wanita setengah telanjang karena sebagian pakaiannya telah dirobek mengemis sambil memeluk kaki seorang pria. "Aku saja, aku saja. Jangan putriku, kumohon. Aku saja!"

"Kau pikir aku tertarik dengan wanita tua?" Si pria bicara mencibir. "Kulihat putrimu tidak terlalu muda, aku suka. Cocok untuk digilir. Teman-temanku segera datang, tunggulah. Mereka lebih suka wanita tua jadi sudah pasti kau tidak akan menganggur."

Setelah mengatakan itu si pria keluar dari rumah meninggalkan wanita itu sendiri. Dengan cepat ia memanfaatkan waktu yang tersisa untuk berlari menuju kamar putrinya yang baru menginjak usia 15 tahun dan memintanya pergi melalui pintu belakang.

"Ru, kau bisa dengar ibu kan?"

Gadis remaja bernama Runeta itu mengerjap pelan, bingung dan terheran pasalnya dia merasa seperti tiba-tiba saja ada ditempat ini.

"Ibu?" Tanyanya ragu dengan suara pelan, menandakan kalau saat ini situasinya sangat membingungkan bagi dirinya yang hanya ingat momen terakhir saat dirinya baru saja mengalami kematian usai tertabrak mobil.

"Runeta, dengar ibu!" Perintah itu diucap sang wanita dengan nada sedikit menyentak untuk menyadarkan putrinya dari lamunan. "Cepat pergi dari sini. Jangan kembali apapun yang terjadi. Jangan pernah menoleh. Pergi Runeta, pergi!"

"Jika ada seseorang yang menanyakan namamu, katakan namamu hanya Runeta. Kau bukan Runeta Waltz. Kau yatim piatu dan tersesat. Itu saja, ya?"

"Ibu..." Runeta mengerjap, "kau... apa yang terjadi padamu dan aku..." ia menunduk, menatap sepasang tangannya yang lebih kecil dari tangannya dulu.

"Apa ini... Carden?" Tanyanya ragu.

"Ini Carden." Wanita tersebut menjawab, "ini tanah terkutuk, tetapi ibu bersumpah tidak akan membiarkan orang-orang itu sampai menyentuhmu. Pergilah, Runeta. Pergi sekarang!"

Menunjuk ke arah pintu belakang, Runeta melihat ke arah wanita itu melihat. Meski ragu dan takut, Runeta tidak memiliki pilihan untuk berdebat. Alhasil ia mulai menjinjing gaunnya dan berlari menuju pintu yang dimaksud.

Sekilas Runeta melihat ke arah cermin dan mendapati dirinya berada di tubuh yang berbeda. Tubuh seorang gadis berumur 15 tahun.

Tanpa perlu bertanya-tanya lagi, Runeta segera berlari keluar melalui pintu belakang yang tak terkunci sementara wanita yang mengaku sebagai ibunya kembali ke ruang depan untuk menghadang beberapa orang yang datang termasuk pria tadi yang mengincar Runeta untuk diset*ubuhi.

"Ini gila..." Runeta bergumam di tengah pelarian, ia mengikuti jalan setapak yang sepi entah mengarah kemana tetapi sama sekali tak ada niat baginya untuk berhenti berlari mengingat ini adalah Carden.

"Aku masuk ke dalam novel. Mengapa harus novel yang ini!?" Mempertanyakan hal tersebut di dalam hati, Runeta tak sadar ada tanah miring di hadapannya alhasil ia jatuh terguling-guling ke bawah dan ditemukan oleh seorang prajurit yang kebetulan tengah memeriksa tempat sekitar.

"Yang Mulia!" Seru prajurit tersebut usai melihat tubuh Runeta. "Saya menemukan seorang gadis, sepertinya baru terguling dari tanah atas." Ujarnya berpendapat.

"Siapa?" Wanita yang dipanggil dengan sebutan hormat 'Yang Mulia' itu menoleh seraya mengibaskan kipas di dekat wajahnya.

"Sepertinya dari kasta bawah, Yang Mulia. Masyarakat biasa, dilihat dari pakaiannya yang terlalu sederhana." Jawab si prajurit.

"Kebetulan sekali," wanita itu terkekeh pelan. "Aku sedang membutuhkan pelayan yang patuh. Bawa dia, kita kembali ke istana sekarang."

Prajurit tersebut mengangguk. "Baik, Yang Mulia." Dan bergegas menggendong Runeta yang tak sadarkan diri, dibawa masuk menuju kereta kuda yang terparkir tak jauh dari sana sesuai dengan permintaan wanita tersebut.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang