14 | Sunglasses

22.9K 1.8K 179
                                    

Panas matahari menyengat kulit sukses membuat Runeta bangun, itu pun dalam kondisi kesiangan. Alhasil ia segera bangkit dan melompat turun dari kasur akan tetapi yang didapat justru rasa ngilu di area sensitif.

"Yuan..." Runeta mengusap wajahnya kasar sambil menggumamkan nama pelayan pribadinya sesaat sebelum mulai berteriak.

"YUANNN!"

Klak!

Perempuan yang namanya baru saja dipanggil nyaring segera masuk dengan tergesa-gesa dan membungkuk hormat pada Runeta, tak lupa menebar senyum manisnya guna mencerahkan pagi itu.

"Saya disini. Selamat pagi, Nona. Anda sudah bangun?"

Sambil memijat pelipisnya, Runeta bertanya. "Kenapa tidak datang lebih pagi?"

"Tadi Yang Mulia meminta saya untuk tidak membangunkan Anda." Yuan menjawab jujur, tadi ia akan masuk seperti biasa namun sesaat sebelum tangannya menyentuh pintu kamar tiba-tiba pintu itu terbuka duluan dan muncul Cassian dari baliknya yang lalu meminta pada Yuan untuk masuk setelah Runeta bangun nanti.

"Dia bilang begitu?" Runeta nampak terkejut terlihat dari alisnya yang terangkat tinggi lalu menukik tajam.

"Ya, Yang Mulia bilang begitu kepada saya. Bagaimana mungkin saya tidak mematuhi perintahnya demi kenyamanan anda?" Yuan kembali merespon dengan nada khawatir sesaat sebelum mengubahnya jadi sedikit menggoda. "Lagipula anda terlihat sangat kelelahan setelah 'menari' semalaman."

"He? Dari mana kau belajar kata-kata kiasan semacam itu?" Runeta mengang lebar, tak berekspektasi Yuan akan mengatakan hal itu.

"Saya mempelajarinya sedikit agar terdengar lebih sopan hehe..." Yuan sendiri mengakui ada makna lain dibalik kata menari yang diucapkannya, kata yang mengarah pada sesuatu yang tidak perlu dijelaskan detail apa itu.

"Kau ini..." Runeta berpura-pura kesal sambil melotot lalu meraih satu bantal dan melemparnya ke arah Yuan, namun ditangkap langsung oleh perempuan itu.

"Anda harus belajar melempar lebih gesit daripada ini, Yang Mulia." Kekeh Yuan lalu beranjak menuju balkon dan membuka-buka seluruh tirai guna membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam selagi Runeta mengumpulkan sisa-sisa nyawa.

"Yuan, tidurlah denganku mulai malam ini." Perintah tiba-tiba dari Runeta jelas mengejutkan Yuan.

"Eh? Mengapa begitu?"

"Tidak apa-apa." Jawab Runeta enggan.

Tak ingin menjelaskan lebih lanjut karena merasa itu bukan hal penting untuk diketahui oleh orang lain, Runeta perlahan berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan seluruh tubuhnya sambil mengingat agenda sarapan bersama yang sudah terlewat.

Ya, setidaknya dia tetap harus muncul di hadapan anggota keluarga lain hari ini sembari memberi alasan apabila ditanya mengapa tidak datang untuk sarapan.

Jadi, setelah mandi dan berpakaian rapih serta memoles sedikit riasan di wajahnya, Runeta bergegas keluar meninggalkan kamar. Meski langkahnya sesekali mirip langkah bebek, tetapi tak butuh waktu lama baginya untuk beradaptasi dengan rasa nyeri dan kembali berjalan seperti biasa.

"Ey, apa itu Tuan Putri baru kita?"

Seorang gadis berceletuk saat melihat kehadiran Runeta di aula utama. Rupanya tempat itu tengah ramai diisi oleh beberapa gadis dan wanita berumur yang belum pernah Runeta lihat atau kenal sebelumnya.

"Menantuku..." Angelina yang ada diantara mereka langsung menghampiri Runeta dan merangkulnya mendekat. "Beri salam pada mereka. Mereka adalah keluargaku sebelum aku tinggal di istana ini."

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang