15. Pineapple

18K 1.8K 99
                                    

"Tidak ada. Dia tanya makan malam sudah siap atau belum, itu saja."

"Itu?"

"Yaa!" Runeta menganggukkan kepalanya demi menyakinkan kebohongan yang diberikannya sebagai jawaban atas pertanyaan pria yang berdiri di hadapannya dengan tampang senggol bacok.

"Begitu, ya..." Cassian merespon dengan suara yang hampir tidak terdengar oleh Runeta bersama tatapnya yang menyusuri sepanjang garis wajah perempuan itu.

"Kau tidur malam ini?"

"Aku tidur bersama Yuan."

Satu alis Cassian terangkat, mempertanyakan jawaban Runeta yang segera gadis itu jelaskan kemudian.

"Dia mengalami hari yang berat karena kehilangan anggota keluarga jadi, aku akan menemaninya sepanjang malam." Lagi-lagi kebohongan digunakan oleh Runeta untuk menghindari momen apa saja yang melibatkan dirinya dengan Cassian berdua saja.

Sementara Cassian jelas langsung sadar bahwa dirinya sedang dihindari oleh Runeta. Entah apa alasannya, tetapi... itu sedikit terasa menyebalkan? Mungkin. Ia tak pernah yakin akan apa-apa saja yang dirasakan oleh diri sendiri, namun kali ini cukup spesial. Itu menyebalkan.

"Aku membuatnya merasa lebih lega, kau tahu... seseorang yang kehilangan bisa menjadi sangat berbahaya bagi diri mereka sendiri." Tambah Runeta mencoba menyakinkan.

Merasa pembahasan sudah habis, Runeta pamit duluan. "Boleh aku ke ruang makan lebih dulu?"

Alih-alih mengajaknya pergi bersama, Runeta malah meminta izin untuk pergi duluan? Hmm... Cassian menyipitkan mata sesaat sebelum mengalihkan pandangan dari Runeta dan berjalan melewati gadis itu bersama tangannya yang sempat meraih sesuatu dengan gerakan lumayan cepat.

Tepat setelah kepergian Cassian dan Runeta menatap ke arah punggung tegap pria itu yang menjauh, bagian depan gaunnya melorot. Runeta reflek memeluk dirinya sendiri bersama dengan gaunnya yang hampir merosot melewati dada karena ikatan tali-temali yang ada di belakang punggungnya terbuka.

"Hei, tolong aku." Pintanya pada seorang pelayan yang kebetulan lewat membawa perlengkapan makan malam.

"Sebentar, Yang Mulia." Kavita meletakkan nampan bawaannya di lantai terlebih dahulu sebelum beralih menolong Runeta dengan mengikatkan ulang tali gaun yang ada di belakang punggung gadis itu.

"Sudah selesai." Katanya sambil tersenyum.

"Kavita?"

"Ya?"

Kavita menoleh dengan wajah agak terkejut sesaat sebelum menundukkan kepalanya. "Dia tahu namaku?"

"Ah... Tidak apa-apa." Ucap Runeta tersenyum kikuk. "Kau bisa pergi."

Kavita mengangguk masih dengan wajah tertunduk dia mengambil nampan bawaannya dan berlalu setelah membungkukkan badan ke arah Runeta sebagai bentuk rasa hormat.

"Gadis itu mengenalku? Kami pernah bertemu? Tidak. Seharusnya yang kenal padaku hanya kalangan pelayan saja." Sambil mengutarakan kecemasannya dalam hati, Kavita berbelok ke lorong lain karena sebenarnya dia tidak datang untuk mengantar peralatan makan tambahan ke ruang makan.

Tetapi, Kavita ingin mencari kesempatan untuk berbicara dengan Pangeran lain dari Kerajaan ini. Seseorang yang nantinya memiliki andil besar dalam hidupnya.

Melihat Leon tidak pergi ke ruang makan, Kavita berniat menemuinya sekarang. Ini waktu yang tepat baginya disaat seluruh anggota keluarga kerajaan lain tengah berkumpul dalam satu ruangan yang sama maka akan ada lebih banyak kesempatan baginya untuk membawa Leon berpihak padanya.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang