16 | Romancious🚫

22.6K 1.4K 117
                                    

"Maaf, tapi Aku tidak mengerti maksudmu." Ucap Runeta merespon semua ucapan Cassian.

"Kau selalu menjawab tidak mengerti dan menjadi penggoda di malam hari, apa salahku? Mengapa kau bersikap seolah kita tidak saling mengenal di siang hari?"

"Yang Mulia, mengapa kau berteriak padaku di tempat umum?" Memilih jawaban netral, Runeta balik mempertanyakan perilaku Cassian yang mendadak tantrum.

Cassian memejamkan mata sesaat sembari menghela nafas halus sebelum membukanya lagi dan menatap Runeta dengan sepasang manik hitam berkilaunya.

"Aku bertanya, mengapa kau bersikap seperti ini?" Tanya Cassian lebih tenang dari sebelumnya.

"Sikapku memang begini, kurasa kau telah salah paham atas beberapa hal yang kau simpulkan sendiri Yang Mulia." Jawab Runeta.

Sayangnya bukan itu jawaban yang ingin Cassian dengar. Dari gerak-gerik Runeta yang sempat tertangkap panik dan resah saja sudah jelas membuktikan kalau jawaban yang diberikan gadis itu hanya alasan berlandaskan ketidakjujuran.

"Kau bersikap seperti dirimu hanya saat kita sedang melakukan--"

"J-jangan memperjelasnya!" Seru Runeta bergerak cepat membungkam mulut Cassian dengan menggunakan tangan kanan sambil tersenyum canggung.

"Begini..." Hampir bingung memilih kata, Runeta pada akhirnya sebisa mungkin berusaha memberi penjelasan mengenai sikapnya yang dianggap berbeda-beda.

"Saat melakukannya semua beban hilang dari kepalaku karena aku menghilangkan semua itu seperti fyuhh~ Terbang begitu saja. Sedangkan setelah tidak melakukannya, maksudku di keesokan harinya semua beban itu seperti zzztt~ Masuk lagi ke dalam kepalaku. Jadi, aku terus menerus berpikir dan itu berpengaruh besar atas sikapku. Itu saja." Ucapnya panjang lebar dan disimak dengan seksama oleh Cassian yang berada dalam jarak dekat dengannya.

"Apa kau mengerti?" Runeta bertanya diakhir guna memastikan kalau Cassian paham akan rentetan penjelasannya meski wajah pria itu menunjukkan sebaliknya.

"Beban apa yang maksud? Beritahu padaku." Selain bertanya, Cassian juga menitah dalam kalimat berikutnya dan memberi penekanan disana sehingga Runeta menjadi gundah untuk menjawab.

"Aku takut pada depan, pada segala hal yang akan terjadi saat itu. Aku tidak tahu harus percaya kepada siapa karena di dunia ini tak ada hukumnya sebuah ucapan bisa dipegang. Dengan siapa aku dekat dan dengan siapa aku menjaga jarak, semua itu semata-mata untuk melindungi diriku dari kekecewaan yang tak dapat diprediksi." Jeda sesaat Runeta gunakan untuk mengambil nafas lalu membuangnya, mencoba tetap tenang disetiap kalimat serta menjaga ekspresi wajahnya agar tidak terlihat sedih.

"Semua hal itu membebaniku, Yang Mulia. Dan aku mengakui kalau otakku..." Runeta menunjuk sisi kepalanya sendiri dan memutar jarinya ditempat. "Buruk, kotor, apapun sebutannya. Tetapi, aku berusaha menjaga jarak darimu untuk semua yang kukatakan tadi. Kuakui kau benar dan aku melakukannya demi kebaikan diriku sendiri. Semakin sedikit mengenal orang, semakin sedikit kecewaan."

"Aku pernah mengecewakanmu?"

"Tidak, belum." Runeta memejamkan mata saat Cassian menatapnya dengan sepasang mata indah yang selalu menuntut jawaban jujur darinya, mata yang seakan memiliki hipnotisnya tersendiri. "Aku sudah bilang tak ada yang bisa melihat masa depan jadi, jauhi saja aku. Masa depanku sudah tidak ada. Maksudku, kau tidak akan menemukan masa depan dalam diriku."

"Karena rahim?" Cassian menebak tepat sasaran meski ada alasan yang lebih besar dibandingkan itu, tetapi Runeta juga memilih hal itu sebagai alasan lain yang bisa ia publikasikan terhadap sang suami.

"Kau tahu--"

"Aku tidak membahasnya secara langsung karena aku tahu itu akan menyinggungmu." Potong Cassian cepat namun tak ada sedikitpun pria itu menaikkan intonasi suaranya.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang