30. Eugene Llyoid

11.8K 1.4K 393
                                    

"T-tuan... apa... apa tidak masalah membawa gadis ini bersama dengan ki-kita?"

Lelaki yang ditanyai menyunggingkan senyum tipis samar, diatas pangkuannya terdapat Runeta dalam keadaan tak sadarkan diri. Gadis itu berada di kereta bersama dengan orang-orang asing. Tepatnya, lelaki asing bermata biru pudar dengan rambut abu-abu yang memanjang sebatas leher dan di selipkan di belakang telinga.

"Rea..." Suara pria itu berat, tetapi nada bicaranya lembut. "Belajarlah bicara tak terbata-bata lebih dahulu, baru bertanya mengenai apa yang kulakukan."

"M-maa-maaf-kan s-s-a-ya! T-tuan Duke..." Gadis bernama Rea dalam balutan pakaian pelayan khas berwarna hitam putih itu menunduk saat mulutnya malah berbicara semakin terbata.

Lelaki itu menghela nafas lalu menatap gadis yang berada di pangkuannya. "Odie belum makan dua minggu, dia akan senang saat kuberi daging manusia. Siapa tahu gadis ini mati di perjalanan. Kita tidak boleh menyia-nyiakan daging gratis."

Setelah mengatakan itu, Eugene Llyoid, Duke dari Benua Silus di wilayah Utara melempar pandangannya keluar kereta melalui pintu yang terbuka. Menyaksikan rimbunan pepohonan yang bertumpuk diluar sana.

"Kurasa orang-orang benar tentang Carden, melewatinya saja membuat seluruh bulu ditubuhku berdiri. Menurutmu bagaimana, Louis?"

Louis, pria yang merupakan asisten pribadi Eugene itu mengangguk sependapat. "Sangat mengerikan, Tuan. Para warga mengejar gadis ini seperti... seperti gerombolan singa lapar mengejar seekor rusa."

"Malang sekali. Kudengar Alexandre juga sudah mati dan pemerintahan dilanjutkan oleh putranya." Ujar Eugene menyahut seraya menopang dagunya dengan satu tangan sementara sikunya bertumpu pada bagian timbul di bawah jendela kereta.

"Berapa lama lagi kita akan sampai dirumah, Louis?"

"Emmh... tiga jam lagi, Tuan. Kereta kuda sudah menunggu kita di stasiun."

Eugene mengangguk samar, pandangannya jatuh lagi ke arah gadis di pangkuannya. Mengira gadis itu sedang melewati nafas-nafas terakhirnya namun, Eugene salah.

"Uhuk! Ugh... Huekk!"

Runeta terbatuk dan memuntahkan darah tepat ke samping wajah Eugene, hal itu mendadak dilakukannya dan tak dapat dikendalikan sehingga saat sadar dirinya baru memuntahi orang... Runeta mencoba bangkit tetapi tubuhnya sakit dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Melihat hal itu, Rea membulatkan mata terkejut sama halnya dengan Louis. Dalam sekejap keduanya saling menoleh dan berpandangan seolah tengah bertukar pikiran melalui tatapan usai menyaksikan Sang Tuan dimuntahi begitu saja.

"M-maafkan aku," Dengan cepat Runeta meminta maaf sebab dirinya sama sekali tidak ada maksud untuk kurang ajar. "Aku..."

"Rea, tolong berikan kain bersih padaku." Eugene bicara pada Rea sambil mengulurkan satu tangannya sedang tangannya yang lain tengah memegangi Runeta di bagian pinggang, melingkar di sekitar sana.

Rea mengangguk, dia membuka tas kain yang ada di bahu kirinya lalu mengeluarkan kain bersih berwarna putih dari dalam dan langsung memberikannya ke tangan Eugene.

Menerima kain itu, Eugene mengelapnya ke mulut Runeta baru setelahnya dia mengenal leher dan pipinya yang terkena muntahan darah dari gadis itu.

"Terimakasih," Runeta mengucapkannya karena baru ingat saat dirinya akan menggapai besi di pintu kereta, kesadarannya keburu hilang tetapi lalu sebuah tangan menariknya dan membawanya masuk ke dalam. "Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu."

"Tidak perlu membalas, kau sudah tidak berguna lagi." Sahut Eugene tanpa melihat ke arah Runeta, saat ini pandangannya tertuju keluar jendela dengan wajah tanpa ekspresi.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang