31. Silus Agreement

12.8K 1.7K 521
                                    

"Tuan Duke, Perdana Menteri ada di ruanganmu." Harlon baru memberitahu begitu Eugene turun dari kudanya.

"Dia di dalam?"

Harlon mengangguk. "Sejak pagi, dia tahu kepulanganmu siang ini."

"Baiklah, mari temui si tua bangka bau tanah itu." Ucap Eugene seraya meraih cerutu yang disodorkan padanya dari atas sebuah mangkuk kaca bening lalu menghisapnya dan berjalan cepat masuk ke dalam bangunan luas bertingkat dua di hadapannya.

Bukan rahasia umum lagi bahwa gelarnya sebagai Duke di Silus akan segera berakhir. Eugene dititipkan jabatan ini sepuluh tahun terakhir, meski tahu tak akan selamanya menempati jabatan Duke tetap saja Eugene merasa belum siap kehilangannya terlebih saat keponakan Raja Silus tahu-tahu sudah menyelesaikan akademi.

Dan kedatangan Perdana Menteri Silus, Darrence, sudah pasti untuk mengingatkan hal tersebut.

"Menunggu lama?" Sapa Eugene memasuki ruang kerja pribadinya, dilihatnya Darrence dengan pakaian formal yang langsung memusatkan seluruh pandangan mata ke arahnya.

"Tidak juga, Tuan Duke." Darrence menghela nafas lalu kembali duduk saat Eugene mengambil tempat duduk tepat di hadapannya, mereka dipisahkan oleh sebuah meja.

"Bagaimana kabar--"

"Langsung saja ke inti." Potong Eugene menekankan kalimat, sedikit tidak sopan tetapi ia bukan tipikal orang yang suka basa-basi.

Darrence berdehem sejenak lalu mengangguk. "Yang Mulia memintaku datang untuk memberitahu bahwa di pesta antar kerajaan dua bulan lagi, beliau akan memperkenalkan keponakannya ke publik lalu setelahnya memindahkan jabatan Duke darimu ke keponakannya."

Eugene meniup asap cerutu keluar dari sela bibir lalu bertanya. "Ada lagi?"

"Hanya itu." Darrence menjawab. "Kau kelihatan sangat siap."

"Haruskah aku menangis dan berguling di kakimu?"

"Itu agak kasar untuk di ucapkan oleh seorang Duke."

Dahi Eugene berkerut sejenak, matanya menyipit lalu tiba-tiba dia berlutut dan meraih kaki Darrence sambil berkata. "Baiklah, biar kucium kakimu."

Jelas saja tindakan itu membuat Darrence terkejut dan berdiri serta memundurkan langkahnya, menjauh dari gapaian tangan Eugene yang kini terdengar terkekeh.

"Tuan Duke," Panggil Darrence dengan nada memperingatkan.

Eugene mengapit cerutu di bibirnya lalu bangkit berdiri dengan bantuan ke dua tangan. Menepuk-nepuk tangannya yang terasa sedikit berdebu lalu menarik cerutunya keluar dan meniupkan asapnya ke wajah Darrence.

Pria itu berdecak jengkel dan segera mengipasi udara bercampur asap rokok di sekitar wajahnya dengan tangan.

"Kau sama sekali tidak berubah, kau masih sangat kurang ajar!" Omelnya.

"Oh, Paman ayolah, ini rumahmu juga. Kau tidak perlu terlalu formal padaku, bukankah aku juga keponakanmu? Bukan hanya Raja yang memiliki keponakan disini." Kekeh Eugene lalu merentangkan kedua tangan dan memeluk Darrence.

Hal serupa dilakukan oleh pria lanjut usia itu. Darrence merentangkan tangan dan membalas pelukan keponakannya mengingat sudah lama sekali mereka tidak seperti ini karena jarang bertemu bahkan Eugene baru pulang dari perjalanan bisnis di tempat yang jauh.

"Kau suka liburanmu?" Cibir Darrence saat pelukan mereka berakhir.

Eugene mengendikkan bahu, menghisap cerutunya lalu meniup asapnya ke wajah Darrence lagi agar pria itu kesal."Oh yeah, seperti kutukan. Tempat yang menjijikkan, jelek, dan tempat tidur rasanya seperti tumpukan pedang. Itu perjalanan bisnis terakhirku sebagai  Tuan Duke."

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang