36. Hi, Cassian

10.9K 1.3K 265
                                    

"Untuk pertama kalinya Raja dari Carden akan datang ke Silus. Kita harus memastikan penyambutan paling meriah untuk Raja dari kerajaan lain terutama Carden. Aku tak ingin ada salah satu dari kita yang membuat Raja dari Carden merasa tak puas akan pesta kita." Oktavius, Raja Silus berujar pada seluruh petinggi kerajaan lainnya yang hadir dalam pertemuan dadakan malam ini termasuk Eugene yang berada di tengah-tengah mereka.

"Yang Mulia, jangan khawatir. Selaku Perdana Menteri, saya akan memastikan seluruh penyambutan berjalan lancar besok bagi para Raja dari luar wilayah yang datang memenuhi undangan terutama Carden." Ujar Darrence menjawab.

"Aku percaya padamu, Perdana Menteri." Oktavius mengangguk pelan lalu menutup pertemuan singkat mereka. "Kalian bisa kembali ke kamar masing-masing dan beristirahat, kecuali kau... Tuan Duke, ada yang ingin kusampaikan padamu."

"Ya, Yang Mulia. Saya disini." Eugene menyahut, bergegas menyusul langkah Oktavius yang sudah lebih dulu meninggalkan ruangan di depannya.

"Kita ke ruanganku." Ajaknya.

Sesampainya di ruang pribadi Oktavius, pria itu mempersilakan Eugene untuk duduk serta menawarkan cerutu baru yang tersedia di meja lengkap dengan pembakarnya juga.

Tentu Eugene tidak akan menolak, diambilnya salah satu cerutu lalu dibakar dan dihisap sembari menunggu Oktavius membuka perbincangan mengenai topik yang tak jauh-jauh dari pencopotan gelar Duke darinya.

"Aku memanggilmu ke sini untuk berbicara secara pribadi. Tepatnya, aku ingin berterima kasih karena kau selama ini menjalankan posisimu dengan baik sebagai Duke Silus. Aku sangat menghargai itu." Ucap Oktavius. "Namun, sayang sekali... meski aku sangat menyukai kinerjamu, aku terikat oleh janji kepada keponakanku untuk mengangkatnya menjadi Duke Silus setelah pendidikannya di akademi selesai."

Eugene tersenyum tipis, pura-pura malu. "Saya... hanya menjalankan tugas saja sebagai Duke Silus dengan sebaik mungkin. Saya tidak ingin membuat orang besar seperti anda merasa kecewa apabila saya tidak memberi kinerja terbaik saja. Saya sangat senang saya mengetahui anda puas akan pekerjaan saya selama ini."

"Maaf karena dulu aku sempat meragukanmu mengingat kau merupakan anak yang dibesarkan di panti asuhan." Ujar Oktavius menyesal.

"Tidak masalah, sesuatu yang sudah berlalu tidak perlu dibahas lagi. Lagipula jika saya menjadi anda, saya juga akan ragu persis seperti yang waktu itu." Kekeh Eugene.

"Kau sangat dewasa, satu-satunya sifat yang belum dimiliki oleh keponakanku. Aku berharap suatu hari keponakanku bisa menjadi sepertimu, Eugene." Oktavius membalas seraya tersenyum kecil lalu menepuk-nepuk ringan bahu Eugene. "Kapanpun kau ingin berkunjung ke istana, datanglah. Pintuku selalu terbuka untukmu."

"Setelah jabatan saya berakhir, saya akan mencari tempat baru untuk berpetualang. Tetapi, jangan khawatir Yang Mulia. Kita mungkin akan segera bertemu di masa depan." Eugene menjawab sambil tersenyum ramah usai meniup asam cerutunya ke arah yang berlawanan dengan posisi Oktavius berada.

"Dan ambisimu..." Oktavius terkekeh geli. "Aku sangat menyukai itu dan yah, tolong bicara lebih santai padaku."

"Kudengar kau datang dengan seorang gadis yang dipanggil oleh semua orang sebagai Duchess. Kapan kalian menikah?" Pertanyaan Oktavius hampir membuat Eugene tersedak asap rokok, tetapi dia dengan baik menyembunyikan keterkejutannya dengan senyuman.

"Oh itu... kami belum benar-benar menikah, belum sempat. Aku membawanya ke acara untuk membuatnya lebih yakin kalau tak ada sedikitpun niatku untuk mempermainkannya, itu saja."

"Haha... begitu rupanya," Oktavius mengangguk-angguk. "Jangan lupa untuk mengundangku ke pernikahanmu nanti. Awas saja sampai lupa." Ucapnya dengan nada mengancam di akhir.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang