37. Missing 💔

11.7K 1.5K 481
                                    

"Kemarilah," Bisik Eugene seraya meraih tangan Runeta untuk digenggam saat kereta kuda yang diutus untuk menjemput Raja dari Carden berhenti tepat di depan teras istana Silus.

"Tampilkan wajah tersenyum, jangan tegang sama sekali." Interupsi Eugene masih dengan bisikan yang sama lalu dirinya maju mendekat ke arah tirai kereta kuda mengingat dirinya yang diminta secara langsung untuk menyambut kedatangan Cassian.

Namun begitu menyibak tirai, alih-alih Cassian... Eugene bahkan tidak melihat seekor semut pun di dalam kereta sampai-sampai ekspresi wajahnya terlihat bodoh. Perpaduan antara heran dan linglung di satu waktu bersamaan.

*Loh kok ilang goblog?' (batin Eugene kira-kira berkata begitu semisal dia datang dari dunia yang sama dengan Runeta)

Ikut melihat kekosongan di dalam kereta, Runeta memandang bingung ke arah Eugene lalu ke arah kusir yang baru turun dari tempat duduknya di bagian depan lalu meminta maaf dan memberitahu mengenai Cassian yang tiba-tiba tidak melanjutkan perjalanan setelah sempat terlihat kecelakaan kecil.

"Kecelakaan kecil?" Alis Eugene terangkat satu. "Kecelakaan kecil macam apa?" Ia bertanya menuntut penjelasan.

"Begini, Tuan, saat melewati jalan di tepi tebing ada seseorang yang terlindas oleh kereta kuda tetapi kondisinya memang sudah buruk dari sebelum terlindas lalu Raja Carden bicara dengan orang itu dan tiba-tiba meminta kami kembali ke Silus tanpa dirinya." Jelas sang kusir kuda.

"Dia tidak jadi datang kemari, itu artinya?" Sekali lagi Eugene bertanya untuk memastikan dan pria kusir kuda itu mengangguk.

"Tolong beritahukan hal ini pada Yang Mulia Raja." Pinta Eugene pada prajurit lain yang berada di dekatnya lalu ia beralih bertatap-tatapan dengan Runeta.

"Rencana kita gagal?" Gadis itu bertanya dengan suara pelan.

Eugene enggan menjawab, ia menyugar rambut abunya beberapa kali lalu menghela nafas sebelum akhirnya mengakui. "Ya, sepertinya gagal total sebelum dimulai."

"Lalu sekarang apa?"

"Entahlah, kurasa kita hanya perlu menikmati pestanya." Sahut Eugene mau tidak mau. "Ini bukan salahmu, bukan salah dari salah satu diantara kita. Berubah pikiran di detik terakhir adalah sifat bocah."

"Artinya seluruh kesepakatan kita batal, kan?" Runeta bertanya sebelum Eugene mengajaknya kembali masuk ke istana.

Pria itu menahan langkah dan menoleh padanya. "Kita lihat nanti setelah acara ini selesai. Kita akan bahas lagi setelah itu."

"Aku merasa tak nyaman berada diantara banyak orang." Ungkap Runeta jujur. "Kalau tidak karena rencanamu, aku tidak bersedia berada diantara orang-orang ini. Orang-orang yang tidak kukenal terasa menakutkan karena aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentangku."

"Lalu ingat apa yang dilakukan oleh orang kau kau kenal?" Eugene membalikan kalimat dengan menyeret Cassian ke dalam topik. "Dia menghancurkanmu. Menghancurkan teman-temanmu."

"Kurasa aku tidak ingin melanjutkan balas dendam ini," perlahan Runeta melepaskan pegangan Eugene dari lengannya. "Aku pernah dengar peribahasa mengenai mata jika di balas mata maka dunia akan buta."

"Biar saja dunia buta bahkan tanpa dirimu aku bisa menghabisinya asal kau tahu." Desis Eugene tersulut emosi karena Runeta mendadak ragu lagi padahal mereka masih bisa menyusun rencana baru atau semacamnya.

"Aku..." Lidah Runeta mendadak terasa kelu, matanya panas, dan dadanya sesak saat ia berusaha mengungkap isi hatinya. "Aku takut, Eugene. Aku hanya ingin pergi jauh dari sini dan hidup tenang, aku sangat takut setiap kali mendengar namanya kau sebut. Aku tidak seberani itu untuk mengumpulkan semua rasa sakit menjadi kebencian. Aku berusaha, aku sudah berusaha, tetapi aku... aku selalu ketakutan jauh di dalam sana. Aku selalu takut. Aku--"

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang