35. The Invite 🚫🚩

12.1K 1K 318
                                    

"Selamat datang di Silus, Tuan Duke dan Nyonya Duchess. Saya Felicia ditugaskan untuk mengantarkan anda sekalian menuju kamar tamu yang telah disediakan khusus. Boleh?"

Eugene mengangguk. "Silakan, tolong antar kami." Mempersilakan kepada pelayan wanita bernama Felicia untuk membimbing jalan mereka menuju kamar tamu.

Tepat disisi kiri Eugene terdapat Runeta, gadis itu mengedarkan pandangannya ke berbagai arah dan mendapati kemegahan Silus dimana-mana.

Bangunan istana Silus sangat berkilau dan berwarna tak seperti Carden yang cenderung suram dan monoton.
Setiap kali memandang ke satu sisi, mata Runeta dimanjakan oleh berbagai asitektur dari berbagai macam jenis permata cantik didominasi oleh warna-warna terang namun berkesan elegan.

"Jadi, bagaimana kesan pertamamu mengenai tempat ini?" Bisik Eugene bertanya tepat di samping telinga Runeta dalam perjalanan mereka menuju kamar tamu khusus.

"Indah." Runeta tidak pandai dalam mendeskripsikan suasana dari suatu tempat, "Aku menyukainya."

Bersama dengan mereka, beberapa tamu juga datang tetapi langsung diambil alih oleh pelayan-pelayan yang ditugaskan untuk mengantar mereka ke kamar tamu sehingga para tamu tidak diangguri selama dua hari sebelum pesta.

"Terlihat mewah." Komentar gadis itu saat tatapannya jatuh pada vas besar dari bahan permata yang dipahat.

"Kita akan tinggal disini selama beberapa Minggu setelah pesta, itu etika dari Kerajaan Silus. Mereka tidak akan membiarkan tamu pulang kecuali  tamu mendadak punya kondisi mendesak." Jelas Eugene pelan.

"Lewat sebelah sini, Tuan dan Nyonya." Felicia berbelok ke sebelah kiri di ujung lorong bercabang tiga lalu berjalan ke kamar paling ujung yang mana merupakan kamar paling besar di lorong.

"Kita sampai."Ujar Felicia berdiri tepat di depan pintu berwarna emas.
Eugene mengerti lalu berterimakasih dan menitah. "Terima kasih, kau bisa pergi."

"Penjahit akan datang malam ini untuk mengukur kalian. Raja Silus ingin semua tamunya dibuatkan gaun dan jas yang serasi sesuai dengan tema pesta kali ini." Felicia memberitahu sebelum akhirnya membungkuk lalu pamit pergi.

Mendengar kata 'penjahit' disebut, Runeta de javu. Teringat saat dulu waktu pengukuran gaun pengantin, Cassian membantunya mengukur bagian dada karena ia risih apabila diukur oleh penjahit lawan jenis yang jauh lebih tua.

Menyadari Runeta mendadak diam, Eugene langsung bertanya. "Ada apa? Kau teringat mantan suamimu bahkan sebelum kalian bertemu lagi?"

"Aku--"

"Dia menjahitkan pakaian untukmu?"

"Tidak, dia--"

"Kau teringat saat dia merobek pakaianmu di kasur?"

"Kapan kau akan berhenti bicara vulgar?" Tegur Runeta dengan nada jengkel.

"Maka berhentilah melamun tiba-tiba, Runa. Kau terlihat seperti belum bisa melepaskannya."

"Aku hanya teringat--"

"Semakin banyak yang kau ingat semakin buruk, kau akan terjebak pada kenangan di masalalu saat sikapnya masih baik padamu. Kau akan dengan mudah memaafkannya hanya jika dia kembali menunjukkan sisi itu padamu." Ujar Eugene menasehati, bukan tanpa alasan, ia takut saja kalau Runeta mendadak berubah haluan dan menyerangnya sebab gadis itu saja sampai sekarang belum bisa sepenuhnya percaya padanya.

"Aku tahu..." Runeta menghela nafas kasar sembari menyugar rambutnya lalu masuk ke dalam kamar terlebih dahulu disusul oleh Eugene.

"Aku tidak memiliki perasaan apapun padanya." Runeta menampik tudingan yang Eugene layangkan melalui pandangan lalu mendekat ke arah balkon sekedar untuk menghirup udara segar.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang