38. Happiness

12.1K 1.2K 391
                                    

"Siapa itu?" Runeta bertanya pada Eugene yang terus melihat ke arah bawah sambil menghisap cerutu di mulut.

"Bangsawan, semacam keluarga golongan konglomerat yang biasanya gemar membantu fasilitas umum." Jawab Eugene usai menghembuskan asap cerutunya ke arah samping agar tak mengenai Runeta.

"Kau lihat gadis yang memakai gaun biru muda itu?"

Pandangan Runeta segera beralih dan menjadi lebih fokus untuk menemukan gadis yang dimaksud. "Aku melihatnya."

"Kau ingat gadis yang pernah kutaksir saat usia pubertas?"

"Gadis dari keluarga kaya yang meludahimu?"

"Ya, dia." Eugene menghisap kembali cerutunya lalu memindai gadis bergaun biru muda itu dengan tatap tajam dari mata elangnya.

"Cantik." Komentar Runeta pelan.

"Sekarang dia merasa bersalah seumur hidup." Celetuk Eugene sukses membawa kembali pandangan Runeta padanya.

"Kenapa begitu?"

"Saat tahu aku menjadi Duke Silus, dia dan keluarganya datang di acara penobatan resmiku lalu secara pribadi dia ingin bicara. Dia ingin meminta maaf, tetapi aku menolaknya. Dia meminta maaf bukan karena menyesal, tetapi karena melihat posisiku jauh lebih tinggi darinya sekarang dan takut semisal aku mencoba untuk sedikit saja menyentil keluarganya."

"Kau sendiri bisa balas dendam, tapi tidak kau lakukan."

"Aku tidak terluka." Sahut Eugene cepat. "Aku sadar posisiku pantas mendapat lemparan liur. Siapa aku yang mendadak datang dan menyatakan perasaan pada putri seorang bangsawan." Pria itu terkekeh setelahnya.

"Tetapi, jangan khawatir... jika kau ingin berhenti... kau bisa berhenti. Kau benar, aku seharusnya tidak memaksakan apapun terhadapmu termasuk ingin mencari keuntungan dari penderitaanmu." Ujar Eugene menyesali ambisinya sendiri yang secara tak langsung menambah luka batin bagi Runeta yang masih tertekan  mengingat semua hal buruk telah dilaluinya dalam jangka waktu terbilang singkat.

Runeta tidak langsung menjawab, ia memilih untuk terus memperhatikan gadis bergaun biru muda sampai akhirnya gadis itu menghilang saat memasuki bangunan istana.

"Kau tidak menyambutnya?"

"Biarkan saja."

"Wajahmu terlihat ingin menyambutnya, tuh." Goda Runeta seraya mengulas senyum miring kecil di bibir sedangkan Eugene hanya diam, lebih memilih untuk menghisap cerutunya.

Merasa agak jengkel karena tak ditanggapi, Runeta menyikut pelan tangan Eugene. "Bilang saja kau terlalu malu untuk mengatakannya sekarang. Bukankah dia akan menerimamu tanpa bertanya jika kau melamarnya?"

"Kelihatannya kau yang jauh lebih tertarik padanya, Runa. Karena disakiti oleh mantan suamimu, kini kau ingin mencari istri?" Kekeh Eugene bergurau, senang melihat ekspresi speechless di wajah Runeta.

"Enak saja!" Bantah Runeta cepat.

"Seperti katamu, kita akan membahasnya lagi nanti. Untuk sekarang... kurasa aku ingin makan sesuatu." Ujar Runeta mengalihkan topik.

"Kau baru saja mengajakku makan bersama, pumpkin?"

"Wajahku mirip labu?" Protes Runeta seraya menunjuk mukanya sendiri.

"Aku akan memberimu makan terus menerus sampai wajahmu mirip dengan labu." Celetuk Eugene menjawab lalu mengajak Runeta untuk ikut bersamanya mencari makanan karena mereka berdua pun sama-sama merasa bosan terus berada di dalam kamar meski sebagian besar kegiatan pesta memang baru akan dimulai menjelang malam.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang