"Kita tidak bisa pergi." Ujar Cassian pada Runeta, saat ini keduanya berada di kamar gadis itu.
Tepatnya, Cassian yang mendatangi Runeta untuk memberitahukan hal tersebut padanya. Bahwa mereka tidak bisa kembali ke Carden dalam kondisi seperti ini, yang ada kecurigaan akan semakin ditaruh semua orang pada mereka.
"Aku tahu." Sebenarnya tanpa perlu bilang, Runeta mengerti prosedur penyelidikan yang sedang dilaksanakan oleh Oktavius selama Eugene masih dalam penanganan khusus oleh tabib.
"Jika situasinya memburuk, aku akan mengaku kalau aku yang sengaja melakukannya." Ucap Cassian lagi, membuat Runeta yang sebelumnya termangu dalam tatap kosong beralih jadi memandang ke arahnya.
"Kau masih bertingkah seolah-olah tindakan yang akan kau ambil sekarang dapat mempengaruhi pendapatku tentangmu?" Desis gadis itu sinis.
"Aku minta maaf, Ru."
Jengkel mendengar kata maaf yang berulang, Runeta bangkit menghampiri Cassian. Berdiri tepat di hadapan pria itu lalu menampar pipinya dengan keras.
Plak!
"Aku minta maaf." Ucapnya kemudian, mencemooh. "Aku juga bisa melakukannya."
Meresapi hawa panas dan sedikit rasa sakit menjalar di pipi kanan akibat tamparan gadis itu, Cassian memilih untuk tersenyum. "Kau menjadi sangat jauh berbeda, Ru. Kau berubah."
"Kenapa? Kau kecewa?"
Cassian menggeleng. "Aku senang melihatmu menjadi lebih berani."
"Hahh... sampah!" Runeta mengusap wajahnya kasar, tidak ada lagi rasa kagum ada suka. Melihat Cassian rasanya ingin melempar pria itu ke dalam mulut anaconda.
"Jaga ucapanmu." Tegur Cassian membuat Runeta menoleh dengan dagu diangkat tinggi.
"Sialan! Persetan! Keparat denganmu, ha!?"
"Ru--"
"Aku membencimu. Aku berharap kita tidak pernah bertemu selamanya. Mengapa kau begitu diidamkan para wanita? Seseorang yang tega membunuh istrinya sendiri. Apa khususnya dirimu?"
"Aku tahu kau marah, Ru--"
"Ya!" Sentak gadis itu semakin kesal hingga seluruh wajah sampai lehernya merah padam. "Bisa diam sekarang?"
Kepala Cassian mengangguk patuh seketika. Dia merasa sedih melihat Runeta yang sekarang. Itu sangat jauh berbeda dan semua itu karena ulahnya. Runeta juga tidak pernah mau menjadi seperti sekarang, situasi dan keadaan yang pernah Cassian ciptakan untuknyalah yang mendesaknya menjadi seperti sekarang.
"Nyonya Duchess, salam saya kepada anda. Tuan Duke baru saja sadarkan diri dan meminta anda datang menemuinya." Seorang pelayan yang datang menghampiri Runeta di depan kamar memberitahu hal tersebut.
"Eugene... sadar?" Runeta bertanya sekali lagi untuk memastikan.
"Baru saja, Nyonya." Jawab si pelayan.
Runeta mengangguk lalu meminta pelayan itu membawanya ke kamar tempat Eugene di rawat dan benar saja. Ketika sampai disana, Eugene meskipun wajahnya terlihat sangat pucat terutama bibirnya... dia bisa selamat dari racun jenis mematikan.
"Runa, hei..." Sapanya begitu melihat Runeta datang memasuki kamar lalu dengan cepat Eugene menepuk sisi kosong di kasurnya, yang mana saat ini posisinya sedang duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Kau khawatir?" Satu tangan Eugene terulur menangkup pipi kanan Runeta begitu Runeta sampai dan duduk di tepi kasur.
"Bagaimana keadaanmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant Betrayed
FantasySang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dalam keadaan tak fokus saat berdiri si tepi jalan, seseorang menubruk punggungku hingga aku terdorong...