39. Clambake⛔

11.6K 1.2K 327
                                    

"Kalian menyukai pestanya?" Oktavius mengambil tempat di tengah-tengah para tamu yang malam ini berada dalak balutan gaun dan jas bagus masing-masing sebab malam ini ialah malam puncak pesta dimulai.

Setiap pria mengandeng wanita mereka masing-masing. Menempatkan diri di lantai dansa dan menarik beriringan, bersama-sama lalu saat Oktavius turun ke tengah dan bertanya secara kompak mereka semua menjawab.

"Kami sangat menyukainya."

"Oktavius, ini sangat luar biasa seperti sebelumnya bahkan jauh lebih luar biasa." Puji yang lain terpukau atas kekonsistenan Oktavius.

"Kau tidak pernah mengecewakan kami sama sekali. Semua orang menikmati pesta perdamaian ini, kami bersenang-senang, dan dijamu dengan luar biasa." Tambah lainnya

Oktavius tersenyum lalu menghampiri Eugene dan merangkulnya. "Ini juga perayaan pesta terakhir bagi Duke kami. Jadi, sudah pasti harus sangat meriah dan... oh, perkenalkan ini Duchess Runa. Duke Eugene membawa pasangannya kali ini, itu yang membuat pesta ini menjadi semakin luar biasa."

"Anda bisa saja, Yang Mulia." Eugene berpura-pura tersenyum malu tetapi leher dan telinganya sungguhan berubah menjadi merah lalu ia merapatkan rangkulan pada pinggang Runeta dan berbisik.

"Jangan menjauh dariku, Runa. Tetap disisiku." Katanya menimbulkan kesan curiga bagi Runeta itu sendiri terlebih dilihatnya ekspresi Eugene sempat berubah jadi serius.

"Ada apa?" Runeta bertanya dengan bisikan tepat di samping wajah Eugene, tetapi pria itu tidak menjawab dengan jelas.

"Tetap disisiku, itu saja." Eugene mengedarkan pandangannya ke sekeliling, melihat jam besar yang ada di aula istana sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

Sampai kemudian tiba-tiba salah satu wanita yang berdansa dengan pasangan di tengah aula mendadak dirobek pakaiannya oleh seorang pria, tetapi wanita itu tidak marah. Dia malah tertawa dan berlari memeluk si pria lalu mencium rakus bibirnya disusul oleh orang-orang yang melakukan hal serupa tidak dengan pasangan mereka masing-masing.

"Ini maksudmu..." Suara Runeta sangat pelan, cengkeramannya pada lengan Eugene mengerat.

Pria itu menoleh, menatapnya sekilas lalu tersenyum samar. "Tetaplah disisiku, kita tidak akan ikut bergabung dengan mereka. Hal ini lumrah, kau belum tahu, ya?"

Runeta menggeleng, ia sama sekali tidak berekspektasi kalau puncak dari pesta perdamaian yang Silus adakan adalah se*ks bebas dengan pasangan yang berbeda bahkan Oktavius bergabung ke tengah-tengah mereka, membiarkan bibirnya dicium manja oleh seorang wanita sedangkan bagian bawah tubuhnya dihisap oleh wanita lain yang berbeda.

Alat musik tradisional mengalun, suaranya mirip dengan biola. Penari-penari tanpa busana, hanya mengenakan perhiasan di leher, kaki, dan tangannya memasuki ruang aula sambil menari. Mengitari atau menghampiri laki-laki yang datang, tetapi belum ikut serta dalam kegiatan puncak pesta.

"Tuan--"

"Aku sedang sifilis."

Seketika penari yang menghampirinya memasang ekspresi risih dan agak kini dibalik senyuman manis palsunya lalu menjauh dari Eugene yang tadinya sempat dia ingin jadikan sebagai target untuk diajak bersenang-senang malam ini.

"Kau berbohong?" Suara Runeta sukses membuat Eugene menoleh padanya.

"Apa lagi yang bisa kulakukan?" Sahut pria itu dengan wajah polos. "Kau tidak bisa kutinggal sebentar untuk bersenang-senang."

Runeta melotot. "Dasar mata keranjang!" Serunya pada Eugene dengan suara yang agak teredam oleh alunan musik kencang.

"Kau akan berubah sangat ganas jika sedang melakukannya." Eugene mencibir lalu meraih cerutu yang tersedia tepat di meja tinggi yang ada di sampingnya dan membakarnya.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang