27. Insanity

13.5K 1.4K 438
                                    

Tok! Tok! Tok!

Suara paku yang dipantek ke peti mati terdengar nyaring. Daripada memakamkan Leon di makam keluarga yang masih berada dalam area istana, Cassian meminta para prajuritnya mengebumikan jasad Leon di tempat pemakaman umum dengan dirinyalah yang akan mengalah untuk datang dan menyaksikan secara langsung bila benar anak selir dari ayahnya itu sudah mati.

Kavita, Ruben, dan Yuan juga ada disana. Menyaksikan bagaimana peti itu di turunkan ke dalam liang galian lalu ditutup kembali oleh tanah yang dibuat menggembung.

"Semoga tenang disana." Ucap Kavita seraya meletakkan buket bunga krisan di dekat nisan bertuliskan nama Leon beserta nama ayahnya dibagian belakang.

"Si kembar itu tidak ke sini?"

Pertanyaan Cassian mendadak membuat Kavita lengah, dia menoleh pada Cassian dan menjawab. "Ouh, Damon dan Bal mengunjungi ibu mereka di desa sejak semalam."

"Oh..." Cassian mengangguk.

Yuan melangkah lebih dekat ke sisinya sambil tersenyum manis. "Yang Mulia, langitnya mulai mendung. Saya rasa sebaiknya kita segera kembali." Ucapnya seraya menggerakkan satu tangannya pelan-pelan hendak meraih tangan Cassian namun belum sampai menyentuh barang seujung kuku tiba-tiba Yuan mendapati sebuah pisau tajam bergerak cepat memotong bagian ujung jari telunjuknya.

"KYAKHHHHHHHHH!" pekiknya, panik dan kesakitan bercampur menjadi satu setelah melihat ujung dari jarinya yang terpotong mendarat diatas rerumputan dan darah mengalir deras dari sisa jari telunjuknya.

Ruben melotot kaget, dia segera menghampiri Yuan dan membalutkan kain sapu tangan miliknya menutupi tangan perempuan itu dengan wajah syok sementara Kavita hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir sebab hal itu terjadi sepenuhnya karena salah Yuan.

"Yang Mulia, pemakaman sudah selesai." Seorang prajurit yang terlibat dalam kegiatan mengubur peti mati Leon mendekat dan melaporkan hal tersebut pada Cassian.

Mereka ada di pemakaman umum sekarang. Cassian mengedarkan pandangannya sejauh mungkin lalu menyipit saat melihat gundukan tanah yang lain daripada lainnya sebab tak memiliki nisan.

"Itu makam yang diperuntukkan bagi orang tak dikenal, Yang Mulia." Pria penjaga makam langsung menjelaskan sebelum bertanya.

"Sekitar tiga bulan lalu seseorang dimakamkan disana." Tambahnya.

"Siapa?" Cassian melirik ke arah pria tersebut untuk mendapat jawaban lebih pasti.

Namun pria itu pun tidak tahu. "Saya tidak tahu, Yang Mulia. Jasadnya cukup mengerikan dan dikubur tanpa peti, sepertinya jasad itu merupakan korban pembunuhan." Jawabnya.

"Ah, begitu..." Kavita yang menanggapi sambil mengangguk lalu berkata pada Cassian. "Perampokan dan pembunuhan sudah biasa terjadi di tempat ini. Ada banyak makam lain yang seperti itu. Sebaiknya kita kembali sebelum hujan?"

Alih-alih setuju, Cassian justru memerintahkan kepada para prajuritnya yang masih memegang sekop penggali tanah.

"Bongkar makam itu sekarang."

Pria penjaga makam terkejut, kedua matanya membulat. "T-tapi... Yang Mulia, bukankah itu tidak sopan terhadap jasad--"

"Untuk apa sopan kepada orang yang sudah mati?" Potongnya dengan nada ditekan pada setiap kata yang keluar dari mulutnya.

"Tunggu apa lagi?" Tanyanya pada prajurit yang tak kunjung melakukan pembongkaran makam. "Gali sekarang juga!"

"Baik, Yang Mulia." Seru mereka kompak lalu cepat-cepat melaksanakan perintah tak berakhlak dari Cassian.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang