21 | Renegade

13.4K 1.4K 328
                                    

"Paman," Lukas memanggil didekat telinga Rhesh yang tengah berjongkok dan menyayat-nyayat paha Angelina dalam kondisi wanita itu sudah pingsan.

Jelas saja hal itu membuat Rhesh menoleh dan mengulas senyum samar. "Ada apa?"

"Ada hal penting." Lukas masih berbisik. "Bisa ikut denganku sebentar?"

Tanpa pikir panjang Rhesh meletakkan pisaunya dan membiarkan seseorang menggantikan kegiatannya untuk menguliti Angelina. Tak jauh dari Angelina pun sudah terdapat seorang wanita tak berbusana dalam kondisi hampir keseluruhan tubuhnya tak berkulit dan berdarah sedangkan hasil sayatan kulitnya ditumpuk di samping si pemilik.

Sedikit memandang lebih jauh terlihat beberapa jasad tanpa kulit salah satunya Alexandre. Pria itu tidak memberi perlawanan sebab sepenuhnya dalam kondisi tak sadar bahkan jika sempat sadar sepertinya Alexandre memilih untuk membiarkan dirinya dibegitukan sebab meski memiliki selir, kepergian Christa--sang istri--sangatlah memukul hati.

Bersama dengan Lukas, Rhesh menjauh dari aula. Tidak sampai keluar dari bangunan istana, melainkan pergi ke lorong yang bila dilewati terus akan membawa mereka ke taman dan cukup jauh dari mereka kalaupun ada prajurit yang melihat, prajurit-prajurit itu lebih memilih untuk tak ikut campur dan pergi setelah menundukkan kepala.

"Hal penting apa yang ingin kau bicarakan sehingga membawaku jauh dari yang lain?" Tanya Rhesh berbalik menatap Lukas.

"Sebenarnya..." Lukas yang ditanya sengaja mengulur waktu dengan tak langsung menjawab sambil dilihatnya Kavita dan Cassian berdiri tepat di belakang Rhesh.

Lalu Kavita yang memegang kantung kain segera menangkap kepala Rhesh dan Cassian melumpuhkan Rhesh dengan menusuk perut kanan lelaki itu dari arah belakang hingga tembus ke depan.

Tusukan itu tak akan langsung membuat Rhesh mati seketika. Darahnya akan terkuras habis secara perlahan melalui luka tusuk sehingga melumpuhkan sebagian besar pergerakan tubuhnya dikarenakan rasa sakit yang teramat sehingga kecil kemungkinannya jika Rhesh akan melawan atau kabur.

"Kita mendapatkannya." Kavita segera meraih lengan kanan Rhesh sementara Lukas mengapit lengan kiri guna menopang tubuh limbung Rhesh sebab pria itu kehilangan kesadaran.

"Kau yakin yang lain akan langsung berpihak pada kita?" Tanya Lukas sedikit ragu, takut kalau mendadak jadi bulan-bulanan terlebih mengingat Ruben selalu ingin memukulinya sampai babak belur karena sebal.

"Bawa saja dulu, langsung lihat saja jika kau masih ragu." Sahut Kavita dengan nada sedikit geram karena merasa Lukas terlalu penakut meski sebenarnya keberhasilan misi ini bisa dibilang 70% berkat bantuannya.

Segera setelah mengatakan itu, Kavita dan Lukas membopong Rhesh kembali ke aula tempat dimana semua anggota inti berada.

Melihat kedatangan ketiganya, semua orang langsung menatap lalu saat Kavita dan Lukas bersama-sama melepas Rhesh dari masing-masing apitan lengan mereka dan membuat tubuh pria itu jatuh terbaring dalam kondisi tak berdaya seketika orang-orang yang ada di sana berpaling ke arah lain.

Dengan cepat Kavita menjelaskan. "Kita telah berganti kepemimpinan, Pangeran Mahkota bersedia menampung hidup kita semua yang ada disini. Secara tak langsung kita berada dipihaknya sekarang dan harus mematuhinya. Kalian mengerti?"

Si kembar Bal dan Damon mengangguk lalu keduanya sama-sama kompak menyahut. "Kami mengerti!"

"Bagus." Senyum tipis Kavita nampak puas. "Kalian bisa lanjutkan semua ini hingga tuntas lalu pasang kepala-kepala mereka ditiang yang ada di depan istana."

"Ruben," beralih pada Ruben dan memanggilnya, Kavita bertanya. "Kau tahu dimana istri Pangeran Mahkota berada?"

Ruben menoleh sekilas lalu menunjuk dengan dagu ke arah pojok aula. "Di tumpukan sebelah sana, periksa saja. Pangeran yang satunya juga ada di sana. Mereka sedang menunggu giliran."

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang