"Kavita..." Cassian tersenyum hangat seraya menyelipkan jemari panjangnya diantara sela-sela rambut Kavita, perempuan yang paling dikasihinya. "Perang sudah berakhir, Carden sudah aman."
Carden yang disebut merupakan wilayah tempat lelaki itu memerintah. Kerajaan Carden, satu-satunya wilayah paling gelap yang dipimpin oleh seorang Tiran tak tahu belas kasih. Setiap harinya kurang lebih ada sepuluh kejahatan yang terjadi di satu wilayah kerajaan tersebut. Namun alih-alih menghakimi pelaku, Cassian Lorais justru membiarkan hal tersebut terjadi dan malah menikmatinya.
Perampokan, pembunuhan, bahkan pemerkosaan massal kerap terjadi di Carden. Itulah mengapa kerajaan ini disebut-sebut sebagai kerajaan paling gelap di wilayah timur. Selain karena tak sembarangan orang bisa masuk ke wilayahnya, kalau sudah masuk mau menangis sampai keluar darah pun tidak akan bisa keluar lagi. Kalau pun bisa paling-paling tinggal nama.
Menyaksikan maraknya kejahatan di legalkan di Carden, beberapa kerajaan timur lainnya mendadak membangun kerjasama dan menyerang Carden demi membebaskan masyarakat yang mereka sebut-sebut tidak seharusnya merasakan tindak kejahatan setiap harinya dan tinggal di wilayah gelap tersebut.
Alhasil terjadilah perang besar yang menewaskan para pemimpin kerajaan-kerajaan itu, orang-orang yang berniat menghancurkan Carden. Mereka justru berakhir hancur di tangan sang pemimpin Carden, Cassian Lorais.
Meski kejam dan otoriter, Cassian tidak menarik dirinya dari perasaan membahagiakan yang orang-orang sebut sebagai cinta.
Hidupnya sempurna.
Cassian memiliki pujaan hati bernama Kavita Rowance dan berniat menikahinya setelah perang berakhir. Itu artinya sekarang. Waktunya sudah tiba bagi mereka untuk menikah, mengingat sudah lama sekali sejak Cassian menghabisi Sang istri demi bisa bersama Kavita.
"Kurasa kita harus mengadakan pernikahan besok." Ucap Cassian lagi.
Pria berumur 30 tahun itu terkekeh pelan, menunggu balasan dari perempuan yang duduk tepat diatas pangkuannya. Perempuan yang tengah dibelainya dengan lembut.
"Bagaimana menurutmu?"
"Besok?" Suara lembut Kavita menyapa indera pendengaran Cassian, sukses membuat pria itu mengulas senyum lebih lebar dari sebelumnya. "Ide bagus, tetapi sebelum itu cicipilah minuman anggur buatanku. Aku ingin kau menjadi orang pertama yang merasakan wine ciptaanku."
"Kelihatannya kau bersungguh-sungguh ingin terjun dalam bisnis minuman, hm?"
"Tentu saja." Kavita menyahut seraya mendekatkan sebuah gelas tinggi ke bibir Cassian dan meminumkan minuman anggur yang berada di dalam gelas.
"Nah, jangan berhenti..." Saat Cassian akan menarik diri, Kavita terus mendorong gelas dengan lembut. "Habiskan semua atau aku akan mengira rasanya tidak enak~"
Tersenyum di sela-sela kegiatannya meneguk anggur buatan Kavita, tiba-tiba saja hawa panas menyebar disekitar tenggorokan Cassian. Mulanya ia berpikir itu karena pengaruh alkohol dari anggur, tetapi kelamaan dibiarkan rasa panas itu semakin naik dan membakar sampai Cassian merasakan ada sesuatu yang hendak mengalir keluar dari dalam mulutnya.
Ya, darah. Darah keluar dari mulut Cassian dalam jumlah banyak. Meluber sampai ke rahang pria itu dan masih terus mengalir ke leher hingga menodai pakaian yang dikenakannya sementara Kavita terlihat menarik gelas dan tersenyum.
"Katamu kau suka anggur buatanku, Yang Mulia?" Suara itu sangat dikenal oleh Cassian, ia yang sekarat menyempatkan diri untuk menoleh dan menemukan Leon Keld atau kakak sepupunya sendiri terlibat dalam hal ini.
"Aku jadi merasa sangat amat tersanjung, lho..." Leon berjalan mendekati Kavita dan merangkul pinggang gadis itu lalu melumat bibirnya singkat. "Perkenalkan, ini istriku. Sayang, kau melakukannya dengan sempurna."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant Betrayed
FantasySang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dalam keadaan tak fokus saat berdiri si tepi jalan, seseorang menubruk punggungku hingga aku terdorong...