P R O L O G

69.2K 3.1K 208
                                    

"Kavita..." Cassian tersenyum hangat seraya menyelipkan jemari panjangnya diantara sela-sela rambut Kavita, perempuan yang paling dikasihinya. "Perang sudah berakhir, Carden sudah aman." 

Carden yang disebut merupakan wilayah tempat lelaki itu memerintah. Kerajaan Carden, satu-satunya wilayah paling gelap yang dipimpin oleh seorang Tiran tak tahu belas kasih. Setiap harinya kurang lebih ada sepuluh kejahatan yang terjadi di satu wilayah kerajaan tersebut. Namun alih-alih menghakimi pelaku, Cassian Lorais justru membiarkan hal tersebut terjadi dan malah menikmatinya.

Perampokan, pembunuhan, bahkan pemerkosaan massal kerap terjadi di Carden. Itulah mengapa kerajaan ini disebut-sebut sebagai kerajaan paling gelap di wilayah timur. Selain karena tak sembarangan orang bisa masuk ke wilayahnya, kalau sudah masuk mau menangis sampai keluar darah pun tidak akan bisa keluar lagi. Kalau pun bisa paling-paling tinggal nama. 

Menyaksikan maraknya kejahatan di legalkan di Carden, beberapa kerajaan timur lainnya mendadak membangun kerjasama dan menyerang Carden demi membebaskan masyarakat yang mereka sebut-sebut tidak seharusnya merasakan tindak kejahatan setiap harinya dan tinggal di wilayah gelap tersebut.

Alhasil terjadilah perang besar yang menewaskan para pemimpin kerajaan-kerajaan itu, orang-orang yang berniat menghancurkan Carden. Mereka justru berakhir hancur di tangan sang pemimpin Carden, Cassian Lorais. 

Meski kejam dan otoriter, Cassian tidak menarik dirinya dari perasaan membahagiakan yang orang-orang sebut sebagai cinta.

Hidupnya sempurna. 

Cassian memiliki pujaan hati bernama Kavita Rowance dan berniat menikahinya setelah perang berakhir. Itu artinya sekarang. Waktunya sudah tiba bagi mereka untuk menikah, mengingat sudah lama sekali sejak Cassian menghabisi Sang istri demi bisa bersama Kavita.

"Kurasa kita harus mengadakan pernikahan besok." Ucap Cassian lagi.

Pria berumur 30 tahun itu terkekeh pelan, menunggu balasan dari perempuan yang duduk tepat diatas pangkuannya. Perempuan yang tengah dibelainya dengan lembut. 

"Bagaimana menurutmu?" 

"Besok?" Suara lembut Kavita menyapa indera pendengaran Cassian, sukses membuat pria itu mengulas senyum lebih lebar dari sebelumnya. "Ide bagus, tetapi sebelum itu cicipilah minuman anggur buatanku. Aku ingin kau menjadi orang pertama yang merasakan wine ciptaanku." 

"Kelihatannya kau bersungguh-sungguh ingin terjun dalam bisnis minuman, hm?"

"Tentu saja." Kavita menyahut seraya mendekatkan sebuah gelas tinggi ke bibir Cassian dan meminumkan minuman anggur yang berada di dalam gelas.

"Nah, jangan berhenti..." Saat Cassian akan menarik diri, Kavita terus mendorong gelas dengan lembut. "Habiskan semua atau aku akan mengira rasanya tidak enak~" 

Tersenyum di sela-sela kegiatannya meneguk anggur buatan Kavita, tiba-tiba saja hawa panas menyebar disekitar tenggorokan Cassian. Mulanya ia berpikir itu karena pengaruh alkohol dari anggur, tetapi kelamaan dibiarkan rasa panas itu semakin naik dan membakar sampai Cassian merasakan ada sesuatu yang hendak mengalir keluar dari dalam mulutnya.

Ya, darah. Darah keluar dari mulut Cassian dalam jumlah banyak. Meluber sampai ke rahang pria itu dan masih terus mengalir ke leher hingga menodai pakaian yang dikenakannya sementara Kavita terlihat menarik gelas dan tersenyum.

"Katamu kau suka anggur buatanku, Yang Mulia?" Suara itu sangat dikenal oleh Cassian, ia yang sekarat menyempatkan diri untuk menoleh dan menemukan Leon Keld atau kakak sepupunya sendiri terlibat dalam hal ini. 

"Aku jadi merasa sangat amat tersanjung, lho..." Leon berjalan mendekati Kavita dan merangkul pinggang gadis itu lalu melumat bibirnya singkat. "Perkenalkan, ini istriku. Sayang, kau melakukannya dengan sempurna."

"A-a-pa?" Cassian kesulitan bicara, ia terus tersedak oleh darah yang keluar tanpa henti dari mulutnya. 

Sambil membelai rambut panjang Kavita, Leon sedikit menjelaskan. "Aku mengirim Kavita padamu untuk menggoda dan membuatmu jatuh hati lalu nanti disaat yang tepat, aku dan Kavita bersama-sama akan menjadi maut bagimu."

Usai mendengar penjelasan itu, pandangan mata Cassian memburam. Sebelum benar-benar hilang sadar untuk selamanya, Cassian meneguk darahnya dengan susah payah lalu berkata. "Kavita... aku mencintaimu... aku mencintaimu lebih dari siapapun di dunia ini, me-me-ngapa?" 

Kavita tidak menjawab, dia memalingkan wajahnya. Berusaha menunjukkan rasa cinta yang sebenarnya nyata terhadap Cassian namun posisinya yang membuat Kavita tidak bisa secara bebas mengatakan hal yang sama mengingat Leon adalah suaminya dan Kavita sudah berjanji untuk patuh juga setia pada pria itu seumur hidup. 

"Aku juga..." Balas Kavita dalam hati. "Aku... juga mencintaimu, Cassian. Maafkan aku, maaf..." 

Meski begitu setetes air mata jatuh di pipi Kavita saat Cassian benar-benar menutup kedua mata. Menyadari hal itu, Leon mengusapnya dengan ibu jari sambil tersenyum sesaat sebelum mencekik leher Kavita secara tiba-tiba.

"Kau pikir aku juga butuh dirimu?" Tanyanya tersenyum picik. "Aku berubah pikiran, lebih baik kau menyusul kekasihmu itu." 

" Ughh...."

Cekikan Leon mengencang, tak butuh waktu lama bagi Kavita untuk kehabisan nafas terlebih dirinya sampai diangkat ke udara dan tak bisa menapakkan kaki pada lantai. Alhasil tak lama perempuan itu menghelakan nafas terakhirnya dengan susah payah dan mati.

Leon menyeringai, dilemparnya tubuh Kavita teronggok ke lantai sementara dirinya tertawa sepuas-puasnya mengingat kekosongan tahta telah terjadi dan kini telah datang masa baginya untuk menjadi pemimpin Carden yang baru.

***

"Leon b*ngsat!" Ditutupnya novel itu dengan kesal sampai-sampai nyaris dilemparnya ke tong sampah yang baru saja ia lewati namun tak jadi.

Sayang, belinya pakai uang.

Menyadari orang-orang disekitar menatapnya aneh karena memaki di tempat umum, gadis itu tersenyum canggung lalu beranjak pergi.

"Cinta terhalang Leon. Leon memang bagi sekali." Umpatannya berlanjut di dalam hati agar tak menjadi pusat perhatian.

Gadis itu kemudian menghela nafas berharap emosinya mereda seraya berdiri tepat di samping rambu pejalan kaki yang masih berwarna merah. Menunggu warnanya berubah hijau sampai tiba-tiba seseorang menubruk punggungnya dengan amat kencang dan gadis itu terdorong ke jalan bebarengan dengan datangnya sebuah mobil yang melaju kencang saat si gadis akan memungut novelnya yang jatuh tak jauh di kakinya.

Alhasil kecelakaan tak dapat terelakkan dan orang-orang berteriak histeris di satu waktu yang bersamaan. Gadis itu terlempar ke udara dan terguling beberapa kali, mendarat dalam keadaan kepala bocor dan salah satu tulang di kaki kirinya patah sampai menonjol keluar. 

"Nak, kau baik-baik saja?"

"Ambulans! Cepat hubungi ambulans!"

"Pengemudinya kabur! Foto kendaraannya, cepat!" 

"Nak, sabar ya... ambulans akan segera datang." 

"Nak, bisakah kau tetap sadar?"

"Nak..."

"Nak..."

"Nak..."

Dengan cepat orang-orang mengerumuninya, salah satunya adalah orang yang menubruk punggungnya beberapa saat lalu. Gadis itu meneguk ludah bercampur darah saat bersitatap dengan si pelaku yang tak lain merupakan teman dekatnya sendiri dan mendapati senyuman tipis terulas disana.

"Kiara? Tega sekali." Kata-kata terakhirnya yang di ucap dalam hati sebelum ia hilang sadar untuk selamanya.

"Dia sudah meninggal." Ucap seorang lelaki yang baru saja memeriksa denyut nadi si gadis yang mengalami kecelakaan namun tak menemukan apapun. "Cepat hubungi polisi!" 

***

Welcome  back sayancu, ketemu lagi di lapak baru akuu~ salam kenal bagi yang baru bnget gabung dan kenal aku. Kalian bisa panggil aku mamah/mom/mamah mertua karena semua karakter disini kuanggap seperti anakku sendiri dan kalian menantu onlenku😋💋💅 seee u next~

Instagram : kindlykei (berhubung fitur pesan udah ga ada, apabila ada kendala bisa langsung tanya ke ig aku atau tulis di papan pesan profilku ywawww) *cpk

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang