2 | I can't became her

31.3K 2.7K 74
                                    

"Angkat tatakan piring cangkir apabila kau mau meminum tehnya. Ingat?" Miranda menjelaskan untuk kali kedua dengan nada yang agak jengkel namun tegas.

Runeta mengangguk. "Aku mengerti."

"Bagus." Miranda mengangguk, sesuai dengan permintaan Angelina kemarin maka pagi ini ia mengajari Runeta hal paling dasar yakni, tata cara minum teh di hadapan Raja.

"Sekarang praktekan." Titahnya.

Runeta segera meraih gelas namun lagi-lagi ia lupa dengan tatakan piring yang berada di bawahnya dan membuat Miranda menghela nafas kesal.

"Lupakan itu. Sekarang ambil pisau dan garpunya. Ah, bukan seperti itu. Jangan ambil terburu-buru seolah kau sedang merampok. Ambilah perlahan-lahan, sudah kuajari kan?"

Runeta meringis pelan tanpa suara, wajar apabila Miranda marah. Bahkan saat ini ia tidak bisa melakukan peran Runeta dengan benar. Alih-alih dapat mempelajari segalanya hanya dengan sekali penjelasan seperti yang tertulis pada buku, Runeta yang ini justru membuat pengajarnya naik pitam sampai wajahnya merah semua begitu.

"Maafkan aku." Cicit Runeta merasa tak enak hati, tetapi hal itu justru membuat Miranda mendengus kesal.

"Nona, kau seorang bangsawan sekarang. Apapun latar belakangmu, sekarang kau seorang bangsawan. Kau memiliki kasta yang lebih tinggi dariku dan seorang bangsawan tidak pernah meminta maaf pada seseorang yang lebih rendah. Kau mengerti?" Miranda mengusap wajahnya kasar lalu membuang muka ke arah lain. "Ah, apa aku harus ajari seluruh dunia padamu?"

"Tetapi, meminta maaf tidak akan membuat seseorang yang melakukannya menjadi rendah." Sahut Runeta mengutip dari salah satu quotes yang sering dibacanya di kehidupan sebelumnya. "Justru seseorang yang meminta maaf duluan adalah dia yang berjiwa besar bak ksatria."

"Kalau begitu ambil pedang dan bertarung sana!" Cebik Miranda sebal. "Tak usah membahas itu, sekarang dengar baik-baik ucapanku. Apabila kau tak hafal atau mendadak tidak tahu cara meminum teh atau memakan jamuan, tidak usah minum atau makan. Katakan kau sedang diet, mengerti?"

"Mengerti." Jawab Runeta menganggukkan kepalanya, mungkin lebih baik ia mengiyakan saja agar Miranda tidak stres berat menghadapinya.

"Baguslah." Merasa tugasnya sudah mau selesai, Miranda beralih membawa Runeta ke sebuah ruangan untuk di dandani karena seperti yang Angelina katakan hari ini dia akan membawa Runeta untuk diperkenalkan pada Raja.

"Bicaralah dengan suara lembut." Ujar Miranda memberi nasehat. "Jangan menatap langsung pada lawan jenis, itu bisa dianggap tidak sopan."

Sambil memoles make up di permukaan wajah Runeta, Miranda kembali berkomentar. "Meski dari kalangan miskin, entah dari mana, kau tidak terlalu jelek kok."
"Seharusnya Pangeran Mahkota tidak memiliki masalah fisik tentangmu."

Tambahnya lalu memberi sentuhan akhir dengan menepikan anak rambut Runeta ke belakang telinga.

"Selesai." Ujarnya puas dengan hasil kedua tangannya.

Runeta menoleh ke arah cermin yang ada di sampingnya, memandangi secara jelas seperti apa bentuk wajahnya yang sudah pasti berbeda dari wajahnya di kehidupan dahulu. Pun usianya saat ini masih menginjak 15 tahun. Tetapi, setidaknya Runeta lebih tahu segala hal yang akan terjadi di tempat ini karena sudah membacanya.

Ketika memperhatikan raut wajahnya sendiri, Runeta menyadari kalau dirinya tidak masuk dalam standar kecantikan wanita bangsawan Carden. Rambutnya berwarna hitam pekat, bola mata kecokelatan tua cenderung terlihat seperti warna hitam, bibir tipis, wajah terlalu tirus (mungkin efek miskin jadi ia kurang makan), dan memiliki hidung runcing.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang