34. Oddieeee

12.7K 1.2K 190
                                    

"Tuan Duke..." Seorang wanita menangis di hadapan Eugene, dia datang bersama suaminya yang tengah menggendong anak laki-laki mereka dalam kondisi tak sadarkan diri. "Putraku mengalami demam tinggi selama tiga hari dan pagi ini saat coba kubangunkan, dia... dia tidak mau bangun... hiks..."

"Harlon," Eugene tak langsung bicara pada wanita itu melainkan berbisik pada Harlon.

Harlon mengangguk, sebagai orang kepercayaan Eugene yang bisa dibilang sebagai tangan kanan dari pria itu. Harlon sering kali menjadi juru bicara baginya.

"Jangan khawatir, putramu akan ditangani oleh tabib pribadi Tuan Duke. Kalian kembalilah ke rumah dan..." Harlon menyentuh bahu suami dari wanita itu, memberi kode agar dia menenangkan istrinya selagi putranya ditangani disini.

"Terimakasih Tuan," pria itu berterimakasih pada Harlon lalu membungkuk pada Eugene yang berdiri di belakang Harlon. "Tuan Duke, terimakasih."

Eugene mengangguk samar lalu Harlon mengambil alih anak laki-laki yang mereka bawa ke dalam gendongannya sementara orang tua dari anak itu diantar meninggalkan kediaman Duke oleh seorang penjaga.

Setelah mereka pergi, Harlon mendekat pada Eugene dan berkata pelan. "Anak ini sudah mati, Tuan."

"Aku tahu," Lirikan Eugene jatuh pada jasad anak laki-laki dalam pelukan Harlon. "Sudah waktunya memberi Oddie makan."

Harlon mengangguk. "Mohon tunjukkan jalannya pada saya, Tuan."

"Ya, tentu."

Menyaksikan perbincangan keduanya dari jauh, Runeta bergidik ngeri tetapi, ia juga merasa penasaran dengan sosok 'Oddie' yang baru disebut oleh Eugene.

Manusia kanibalkah?

Atau hewan buas?

Diam-diam Runeta mengikuti keduanya pergi ke halaman belakang untuk pertama kali. Belum pernah sekalipun Runeta menginjakkan kaki di halaman belakang bahkan baru tahu ada sebuah paviliun besar yang tertutup oleh dinding kaca hitam.

"Ikut saja kalau ingin tahu, tak perlu bersembunyi seperti itu. Aku melihatmu." Celetuk Eugene memergoki Runeta, bahkan saat gadis itu merasa sudah sembunyi di tempat yang cukup tertutup.

Alhasil mau tak mau Runeta terpaksa menampakkan diri dan melangkah cepat menyusul Eugene. Toh, sudah kepalang ketahuan. Malah aneh jika Runeta memilih untuk tetap sembunyi atau kabur.

"Oddie itu apa?" Tanya Runeta memecah keheningan.

Eugene menjawab tanpa menoleh. "Kau akan segera tahu." Lalu menghisap cerutunya seraya mempercepat langkah berjalan masuk ke dalam paviliun disusul oleh Harlon dan Runeta paling belakang.

Dilihatnya ke sekeliling paviliun yang ditumbuhi oleh beberapa jenis pohon dan bunga, ada beberapa tanaman yang tumbuh merambat sampai ke bagian atap paviliun juga. Situasi dalam paviliun ini cukup lembab, Runeta bisa merasakan hawa dingin menyeruak lalu didengarnya suara air memercik.

Di ujung paviliun terdapat sebuah kolam cetek berukuran sedang dengan air berwarna hijau dengan goa buatan dari batu dibelakangnya.

Situasinya masih hening sampai tiba-tiba Harlon melempar jasad anak laki-laki ke dalam kolam  lalu seekor buaya bergerak cepat keluar dari dalam goa kemudian mencabik-cabik jasad anak laki-laki tersebut dengan taringnya.

Deg!

"Itu dia... Oddie..." Eugene menyeringai, menoleh sedikit ke arah Runeta yang reflek melangkah mundur. "Kesayanganku."

"Katakan pada orang tuanya bahwa anak mereka tidak selamat dan sudah di makamkan di makam para bangsawan." Ucap Eugene pada Harlon, meminta pria itu berbohong pada orang tua si anak laki-laki mengingat hanya para bangsawan saja yang boleh datang dan mengakses pemakaman yang disebutnya.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang