18 | Our Revenge

14.7K 1.4K 114
                                    

"Kau melihatnya sendirikan?" Kavita bicara dengan wanita itu setelah mereka berada diluar dan cukup jauh dari bangunan istana. "Prajurit yang ada sangat sedikit sekali. Setelah kembali dari perang sebagian besar yang terluka parah diberhentikan. Bahkan tak ada yang menjaga pintu samping tadi sampai-sampai kau bisa menerobos masuk."

Margareth mengangguk, setelah melihat dan menyaksikan sendiri situasi di dalam istana kini ia percaya akan laporan Kavita. Mereka dan anggota kelompok lain yang berjumlah kurang lebih 380 orang tidak akan mati sia-sia jika menyelinap ke dalam.

"Baiklah, aku percaya. Rhesh dan yang lainnya sudah ada di dekat sini, kami tinggal menunggu hari gelap. Bisa jelaskan ulang rencananya?"

"Beberapa rekanku akan memegangi beberapa orang penting seperti Angelina, misalnya. Ada tambahan teman-temannya, mereka semua perempuan dan kurasa mudah diatasi. Alexandre sedang berkabung atas kematian Christa, dia tidak dalam keadaan fokus." Jelas Kavita rinci.

"Lalu Sang Pangeran?" Satu alis Margareth terangkat saat bertanya, menandakan keinginantahuannya sangat besar mengenai Cassian.

"Aku ragu, tetapi aku yakin kalian bisa mengatasinya. Rhesh tidak akan menyerang seorang diri, kita genap 400 orang dengan teman-temanku."

"Teman-temanmu? Kurasa kau membuat kamuflase yang baik disini,, gadis pintar." Kekeh Margareth puas akan hasil kerja Kavita yang membuat segala rencana mereka jadi lebih mulus dari sebelumnya.

"Setiap malam selalu ada sup yang dibagikan, itu diantar ke kamar setiap anggota keluarga kerajaan. Kami juga memakan sisanya jika masih ada di dapur, tetapi kali ini kami tidak akan memakan sisanya." Ucap Kavita.

Segera Margareth menebak rencana picik gadis itu. "Kau akan mencampur racun ke dalamnya?"

Kavita menggeleng. "Bukan racun, aku menambahkan bubuk ganja. Mereka akan mulai tersenyum seperti orang gila dan tak dapat membedakan mana kenyataan mana halusinasi."

"Kau kejam juga." Ujar Margareth dengan nada terkesan.

Alih-alih menanggapi pujian Margareth, Kavita tetap fokus pada rencana mereka. "Minta Rhesh dan yang lainnya menyelinap mulai pukul tujuh malam."

"Ckckck..." Tawa kecil mengudara setelah Margareth berdecak tiga kali, tatapannya kagum tetapi juga dipenuhi rasa iri. "Kau sangat ingin duduk diatas tahta, ya?"

"Aku ingin keadilan ditegakkan bagi seluruh masyarakat." Tegas Kavita menjawab.

Margareth tersenyum lebar, dicoleknya dagu Kavita genit. "Sangat manis... Sayang sekali, seharusnya kau berjodoh dengan Pangeran Mahkota setidaknya..."

Saat Margareth berkata demikian, untuk sesaat Kavita tertegun. Selama kurang dari dua detik, sebelum kembali pada kesadarannya secara penuh.

"Tetapi, aku pun sangat ingin menikah dengannya." Timpal Margareth terkekeh lalu menepuk-nepuk bahu Kavita sebelum pamit. "Baiklah, aku pergi dulu. Sampai bertemu nanti malam. Dahhh~ gadis nakal!"

Menatap kepergian Margareth dengan tajam, Kavita bergegas masuk kembali ke dalam istana guna mempersiapkan diri bersama teman-temannya.

Tinggal beberapa jam lagi, mereka bersikap senormal mungkin. Menghabiskan jam demi jam menuntaskan tugas mereka sebelum akhirnya berkumpul di dapur untuk memasak makan malam.

Beberapa pelayan terlihat memotong sayuran, beberapa lagi mengulek bumbu, dan beberapa lainnya termasuk Kavita tengah merebus air untuk supnya.

"Tuangkan susunya." Pinta Kavita pada rekan sesama pelayannya yang memegang ember berisi susu segar.

Segera setelah diperintah oleh Kavita, Asa menuangkan kaldu dari ember ke dalam panci berukuran besar secara perlahan-lahan sementara Kavita dan seorang pelayan lainnya bertugas mengaduk-aduk.

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang