17 | Who hurt you?

17.4K 1.3K 65
                                    

"Selamat pagi, Yang Mulia." Yuan menyapa sembari membawa dirinya melenggang masuk ke dalam ruangan Runeta dan seperti biasa dengan cekatan ia langsung membuka gorden-gorden besar yang menutupi jendela serta gorden dekat balkon juga.

"Selamat pagi." Sahut Runeta seraya membawa dirinya bangkit dan meliuk-liukkan badan guna merenggangkan seluruh otot-ototnya yang terasa kaku usia berbaring semalaman.

"Saat saya akan masuk ke kamar anda semalam, saya melihat Yang Mulia mengantar anda jadi saya merasa segan dan mengurungkan niat padahal anda sudah meminta saya untuk tidur bersama anda. Saya minta maaf untuk itu, Yang Mulia." Jelas Yuan panjang lembar sebelum Runeta bertanya. Toh, ada baiknya dari pihak dirinya yang memberi penjelasan sebab terkesan seperti melanggar perintah yang sudah ditetapkan oleh majikan.

"Tidak apa-apa." Tak mau ambil pusing apalagi menyalahkan keputusan Yuan, Runeta memilih berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan diri.

Sama seperti hari-hari biasanya, Runeta tidak memiliki jadwal apapun selain dirinya memang tak memiliki guna... kira-kira apa lagi?

Ah, memang tidak berguna.

Jadi, hampir setiap hari yang Runeta lakukan setelah mandi adalah berkeliling dan sarapan bersama kalau dirinya belum terlambat.

Namun pagi ini tak ada tanda-tanda akan diadakan sarapan bersama sebab ruang makan sangat sepi, hanya ada beberapa pelayan yang sedang berberes.

Tentu saja, mereka tak menyiapkan seluruh makanan diatas meja besar karena Miranda (pelayan pribadi Angelina) tidak datang untuk memberi perintah yang artinya pagi ini memang tidak ada makan bersama.

"Anda mau berkeliling atau saya antar ke taman?" Yuan menawarkan diri seolah bisa membaca rasa bosan di wajah Runeta saat ini.

Segera gadis itu menoleh dan menatapnya dengan dahi berkerut sedikit. "Kau kembalilah ke atas dan bersihkan kamarku, aku akan berkeliling sendiri seperti biasa."

"Anda yakin tidak ingin ditemani?" Tanya Yuan memastikan sekali lagi.

"Ya." Runeta mengangguk mantap, barulah setelahnya Yuan berpamitan dan pergi meninggalkannya sendiri.

Sejauh mata memandang Runeta hanya melihat kesunyian, mungkin efek perang menimbulkan banyak sekali prajurit serta pelayan yang dibawa ke medan perang berkurang drastis jumlahnya dan penerimaan para prajurit serta pelayan belum kunjung di buka. Jadi, setiap hari rasanya sama saja bagi Runeta.

Mungkin sesekali menjadi berbeda karena ada Leon yang datang untuk mengatainya dan membuat kesal, namun itu tidak mengubah banyak hal baginya. Lagipula selama ini Runeta bicara pada Leon hanya untuk mengetahui apakah hubungan pria itu dengan gadis bangsawan bernama Sua masih berlangsung.

"Melamun sendirian?"

"Leon--" Kalimat Runeta segera tertelan kembali ke dalam tenggorokan saat yang dilihatnya bukanlah Leon, sebenarnya Runeta tidak sedang memikirkan hal aneh-aneh mengenai pria itu tetapi karena menyebut namanya di depan suami sendiri yang mendadak muncul, Runeta jadi terkesan jahat terlebih ekspresinya sejenak tertangkap kecewa.

Ekspresi kecewa yang sebenarnya ditunjukan pada dirinya sendiri yang merasa bersalah begitu keceplosan menyebut nama Leon di hadapan Cassian saat ini.

"Kau terlihat kecewa, Nyonya." Cibir Cassian usai melihat ekspresi yang tercipta di wajah Runeta.

"Kalian mulai tanpa aku?" Galatea menyambar sambil bertepuk tangan lalu membungkuk hormat terhadap Cassian dan Runeta. "Salam hormat kepada anda sekalian, Yang Mulia. Izinkan saya berbicara santai terhadap kalian agar terkesan lebih akrab lagipula kita sedang tidak berada dalam acara resmi."

The Tyrant Betrayed Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang