"Udah sana kamu mandi dulu." Ucap Shani.
Lulu tak ambil pusing, dia berjalan ke arah kamarnya untuk mandi bergantian dengan adiknya.*********
Setelah semuanya sudah siap, mereka bertiga duduk di meja makan. Tak ada yang bersuara, Shani sedari tadi gelisah memikirkan suaminya didepan sana, suaminya sedang tidak enak badan tapi demi melihat anak sulungnya dia rela menahannya"Mamah kenapa si? Dari tadi gelisah banget kayanya." Tanya Marsha, Shani langsung menjadi gugup.
"Engga kok sayang, ayo dilanjut aja makannya." Jawab Shani yang bisa mengendalikan dirinya
"Aku tau ada yang mamah pikirin, kalo itu tentang aku mamah ngomong aja mah. Kalo aku ada salah kasih tau ke aku mah." Ucap Lulu, Shani langsung menggeleng
"Engga sayang, kamu ga salah nak. Justru mamah yang harusnya minta maaf ke kamu." Ucap Shani, Lulu hanya memandang ibunya tersebut. Dia semakin yakin ada yang Shani sembunyikan saat ini.
"Kenapa emangnya mah? Apa mamah kesini sama Zee? Atau sama Christy?" Tanya Lulu, yang hanya mendapat gelengan dari Shani
Pikiran Lulu melayang pada seseorang yang sangat ia hindari, bahkan Lulu tidak akan pernah siap untuk bertemu orang itu. "Papah?" Lirih Lulu, Shani mendadak bungkam
Bungkamnya Shani membuat Lulu paham, jika benar ada gracio disini. Marsha langsung menggenggam tangan Lulu, dia ingin memberi kekuatan pada kakaknya itu.
*Mungkin saatnya gue berdamai dengan semuanya, walaupun gue ga pernah siap.* Batin Lulu
"Papah dimana mah?" Tanya Lulu, namun Shani enggan menjawab, dia takut akan kembali menyakiti anak sulungnya
"Mah, ka Lulu tanya loh itu. Jadi bener mamah dianter sama papah? Terus papah dimana mah?" Tanya Marsha untuk memperjelas, Marsha juga sedikit khawatir tentang hal ini. Dia tidak mau kakak sulungnya ini kembali merasakan rasa sakit dihatinya
"Papah takut untuk masuk nak, papah takut kamu semakin benci dia kalo dia ada dihadapan kamu. Papah milih nunggu didepan pintu nak." Ucap Shani sambil menatap kearah Lulu, Shani menatap dengan sendu. Dia ingin menyampaikan jika semuanya sudah berubah lewat tatapannya
Lulu berangsur bangun dari duduknya, "aku ke depan dulu ya, kalian lanjut makan aja." Ucap Lulu yang tak banyak bicara, dia sedang berperang melawan isi pikirannya sendiri
"Kaka yakin?" Tanya Marsha yang khawatir pada kakaknya itu
"Kamu tenang aja ya, mah Lulu ke depan dulu." Ucap Lulu.
Lulu berjalan kearah pintu utama, *gue harus belajar buat nerima kenyataan. Chika yang pergi dan keluarga Harlan yang harus kembali utuh.* Batin Lulu
Dia semakin dekat dengan pintu utama membuat jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. "Lo kuat lu." lirihnya
Lulu membuka pintu apartemen dan mendapati papahnya yang sedang berdiri sambil menyender ke tembok, gracio yang terusik dengan suara pintu terpaksa membuka mata dan betapa terkejutnya dia mendapati anak sulungnya berdiri didepannya sambil menahan tangis.
"Maaf nak, maafin papah nak." Ucap gracio yang langsung bersimpuh didepan anaknya.
Lulu belum merespon, dia masih sibuk menahan rasa sakit diulu hatinya. Dia sedang berperang dengan isi kepalanya, Lulu kira dia akan kuat ketika berhadapan dengan ayahnya, namun lihat sekarang, Lulu hanya bisa menangis.
"Maaf nak, maaf. Hukum papah nak, pukul papah. Papah salah nak." Lirih gracio sambil menangis, dia sangat menyesal telah melakukan semua perbuatan buruknya pada anak sulungnya. Gracio bukan ayah yang baik untuk anak sulung mereka, gracio adalah ayah terburuk yang pernah ada.