Buru buru lulu mematikan sambungan telfonnya dan bergegas pergi menuju rumah sakit. Perasaannya tak enak, banyak kemungkinan yang lulu pikirkan, atau nachia sudah sadarkan diri? Apapun itu, yang terpenting untuk sekarang dia harus sampai dirumah sakit dengan cepat.
*******"
Setelah sedikit menghadapi kemacetan jalan, kini lulu sudah sampai di depan ruangan pasien yang sudah lulu anggap sebagai adiknya sendiri.
Dia masuk dengan perlahan, dan pemandangan yang pertama ia lihat adalah tangisan dari kedua orang tua nachia. Lulu menggeleng dengan keras, dia tidak mau percaya begitu saja.
"Kamu yang sabar." Ucap dokter keenan, lulu tak menanggapinya.
Dia justru berjalan dengan langkah berat kearah bangsal, tubuh kecil yang sudah ditutupi oleh kain putih.
"Nachia...." Lirih lulu, dia berusaha menahan tangisannya. Tapi siapa sangka jika tangisan itu lebih keras setelah melihat jasad yang terbujur kaku itu."Bangun dek, kamu udah janji sama kakak kalo kamu akan sembuh." Ucap lulu sambil mengelus pipi nachia.
"Ka.. Ka ayo selamatin dia ka, dia masih kecil ka. Tolong ka." Ucap lulu yang sudah menghampiri dokter keenan sambil memukul dada bidang dokter keenan,
"Tadi kakak bilang kondisi nachia udah stabil, ini pasti bercandakan?!! Ga mungkin nachia nyerah gitu aja kak. Ayo ka, ayo kita lakukan operasi darurat untuk dia. Jangan biarkan dia pergi ka..." Ucap lulu sangat frustasi, ia berharap ini semua adalah mimpi.
Dengan keras lulu menampar dirinya sendiri, "ayo bangun lu, lo harus bangun. Ini semua mimpi buruk lu, lo harus bangun sekarang." Ucap lulu dengan masih menampar pipinya sendiri.
"Lulu, sadar lu. Ini sudah takdir, kamu harus ikhlas." Ucap dokter keenan, lulu meluruh kebawah. Dia sudah tidak punya kekuatan lagi.
Perlahan dokter keenan membantu lulu untuk berdiri, setelah cukup dengan sisa tenaganya lulu mendekat ke arah bangsal. "Sayang, gimana disana? Kamu sudah bahagia dek? Kamu udah ga ngerasain sakit lagi kan? Kakak bangga sama kamu, kamu adek kakak yang hebat." Ucap lulu dengan tegar, dia tidak sekuat itu hanya saja dia tidak ingin melepaskan kepergian nachia dengan keadaan hancur.
Lulu tersenyum kala mengingat janjinya pada gadis kecil itu, lulu berjanji tidak akan menangisi kepergiannya. Lulu berjanji untuk tersenyum.
*aku ga sekuat itu dek, tapi aku akan berusaha mengikhlaskan kamu. Kamu pasti sudah bahagia ya? Kamu udah ga kesakitan lagi kaya kemaren.* batin lulu sambil mengelus tangan nachia
"Tante, nachia udah ga kesakitan lagi. Nachia udah bahagia disana." Ucap lulu yang langsung memeluk ibu nachia
"Iya sayang, anak ibu sudah tidak kesakitan lagi. Dia sudah bahagia, kita semua harus ikhlas." Ucap Ibu nachia. Mereka saling menguatkan satu sama lain, mereka berharap nachia sudah bahagia disana.
Malam ini, untuk pertama kalinya lulu menyentuh alkohol. Dia sudah tidak tahan dengan berisik dikepalanya, dia ingin tenang untuk malam ini. Dengan runtutan kejadian di hari ini membuat batinnya lelah.
Dia tidak kembali ke rumah keluarga Harlan, dia memilih bermalam di apartemennya sendiri.
Entah sudah berapa gelas lulu habisnya, yang jelas malam ini lulu ingin sedikit ketenangan untuk hatinya