nampuluh

709 123 18
                                    

"Dia siapa?" Tanpa menjawab chika, lulu malah bertanya balik pada chika












*******

"Buka urusan lo, mending sekarang lo pergi dari sini. Gue muak liat lo mulu." Ucap chika, entah sadar atau tidak jika perkataannya sukses menorehkan luka pada hati lulu maupun dirinya. Dia menatap lulu seakan menyesal telah berkata seperti itu. Walaupun sakit tapi lulu tetap bersikap jika dirinya baik baik saja.

"Gue kesini karna kangen sama lo, udah dua hari ini gue ga liat lo. Gue butuh liat lo supaya gue tetap hidup." Ucap lulu dengan sendu, dia tidak berbohong, dia benar benar menggantung dirinya pada chika. Terkesan bodoh memang, namun inilah kebenerannya.

"Ga waras ya dia?" Tanya orang yang ada disebelah cbika, chika menatap tak suka pada orang disebelahnya berbanding terbalik dengan lulu yang hanya tersenyum.

"Iya, gue ga waras. Makannya gue butuh liat chika supaya gue tetep waras." Ucap lulu dengan senyuman. Biarlah dirinya dikatakan gila sekalipun, asal dia bisa bertemu dengan chika, dia tak masalah.

"Sekarang gue udah liat lo dan sekarang gue lega, jadi gue pamit ya. Oh iya, jangan marahin Indira, tadi dia gue kibulin. Sorry ya chik, selalu ganggu hidup lo." Ucap lulu terdengar tulus

*andai gue ga serumit ini, gue ga akan pernah mau nyakitin dia.* batin chika menatap lembut.

Lulu pun beranjak pergi, kedua orang itu menatap dengan lekat sampai lulu benar benar menghilang di balik pintu.

"Jahat banget lo." Ucap sean dengan santai

"Gara gara lo si, lo bikin gue kesel duluan. Jadi lampiasin ke dia kan, udah sana lo pergi. Gue mau sendiri." Ucap chika

"Dih nyalahin lagi, padahal lo dengan sadar ngomong kaya gitu. Bisa bisanya nyalahin orang, ya udah gue balik ya. Siapa tau gue bisa ngobatin luka dihati dia." Ucap sean

"Maksud lo apa!!? Jangan macem macem sama dia, sekali lo sentuh bahkan deketin dia, abis lo ditangan gue." Ucap chika dengan sinis

"Dih, perlu gue ingetin. Lo bukan siapa siapa dia, jual mahal si lo." Ucap sean yang langsung keluar ruangan sebelum dirinya diamuk oleh chika.

Siapa sangka, sean serius dengan ucapannya. Dia melihat lulu sedang duduk di lobby perusahaan, mungkin terdengar lucu ketika sean dengan suka rela menemui saingannya.

"Boleh gue duduk disini?" Tanya sean dengan sopan, lulu yang sudah menatap sean mengangguk seadanya

sean duduk tepat disebalah lulu, bertepatan dengan itu lulu langsung berdiri dan berniat akan pergi. "Tunggu, gue cuman mau ngobrol bentar sama lo." Ucap sean yang langsung memegang lengan lulu, lulu menatap dingin ke arah lengannya, buru buru sean melepaskan tangannya
Lulu kembali duduk disamping sean walaupun agak sedikit menjauh.

"ada apa?" Tanya lulu to the point

"Gue sean." Ucap sean sambil mengulurkan tangannya dan lulu hanya menatap tanpa mau menerimanya. Buru buru sean menarik tangannya kembali.

*ga chika, ga dia sama sama songong.* Batin sean

"Lulu." Ucap lulu

"Gue tau lo, Lulu Azkiya Harlan. Gue sempet nyari tau tentang lo." Ucap sean dengan jujur, lulu menatap penuh selidik

"Jangan mikir macem macem, gue cuman mau tau saingan gue itu siapa. Dan kebetulan gue beberapa kali liat lo berusaha deketin chika." Jelas sean, dia tidak mau lulu salah paham tentangnya.

"Tindakan lo itu ga sopan." Ucap lulu dengan sinis

"Dan gue ga perlu bersaing sama siapapun, gue yakin chika cuman bisa liat ke arah gue." Ucap lulu dengan percaya diri

"Dengan semua penolakan yang lo terima? Lo masih bisa sama kepercayaan diri lo. Hebat juga lo." Ucap sean dengan tersenyum remeh

"Gue ga punya waktu buat ladenin lo." Ucap lulu yang bersiap akan berdiri

"Relain dia buat gue.." Ucap sean mendadak, lulu langsung menatap tajam kearah sean

"Sampai kapanpun gue ga akan pernah lepasin dia, dan gue ga akan pernah tinggal diam kalo sampe ada yang berani ambil dia dari gue." Ucap lulu penuh dengan penekanan

"Tapi lo harus inget ini, mantan lo ga bahagia sama lo. Kalian saling menyakiti, biarin mantan lo hidup dengan bahagia tanpa lo. Keberadaan lo bikin dia terluka." Ucap sean yang sudah ikut berdiri, ada kilatan kemarahan yang sean layangkan.

Lulu hanya bisa diam, dia terusik dengan perkataan sean. Apa benar selama ini kehadirannya membuat orang yang paling dia sayang terluka?

"10 tahun lo ngilang gitu aja, dan sekarang lo muncul ngemis kesempatan ke dia. Lo harus sadar diri, lo yang udah nyia nyiain dia. Dan gue harap lo terima konsekuensinya, dengan dia benci sama lo. Adil kan?" Ucap sean tanpa perduli apakah itu akan menyakiti lawan bicaranya. Tapi yang jelas sean menjadi lega.

"Lo....!!!" Marah lulu sampai sampai dia menarik kerah baju sean, sean cukup terkejut dengan tindakan lulu.

Bisa dilihat lulu sedang menahan emosinya, matanya memerah. Bisa saja dia membanting sean dalam sekejap mengingat dulu dia sabuk hitam. "gue cuman ngomong fakta." Ucap sean, lulu yang tersadar akan tindakannya lantas langsung melepaskan tangannya.

Lulu bungkam, tak ada pembelaan untuk dirinya sendiri, dia seakan membenarkan ucapan dari lawan bicaranya ini. Entah sejak kapan mata lulu sudah mulai berkabut, dia sudah tak tahan dengan pembicaraan ini.

*astaga, mulut gue lebih jahat dari chika.* batin sean yang menyadari dirinya sudah melewati batas.

"Lo bener, gue ga tau diri." Lirih lulu, setelah mengatakan itu lulu segera pergi dari hadapan sean.

"Maaf lu." Gumam sean sambil menatap kepergian lulu

Disinilah lulu berada, taman kota dengan cahaya disore hari memang sangat menenangkan. Dia kembali mengingat perkataan sean yang mampu menggoreskan luka dihatinya.

"Kehadiran gue bikin chika menderita ya." Gumamnya sambil tertawa hambar

Haruskah dia berterima kasih pada sean karna sudah mengatakan hal itu? Mungkin memang kenyataan seperti itu, kehadirannya didalam hidup chika hanya membuat chika menderita.

Tak lama dering ponsel lulu berbunyi, dengan malas dia melihat siapa yang berani menganggu waktu galaunya. Sedikit menyerengitkan dahi ketika nama dokter keenan tertera di layar ponselnya.



"Hallo dokter.." Lulu

"Segera kerumah sakit." Dokter keenan

"Ada apa ya dok?" Lulu

"Nachia.." Dokter keenan

"Saya kesana sekarang." Lulu




Buru buru lulu mematikan sambungan telfonnya dan bergegas pergi menuju rumah sakit. Tak perduli seberantakan apa dirinya, perasaannya tak enak, banyak kemungkinan yang lulu pikirkan, atau bahkan nachia sudah sadarkan diri? Apapun itu, yang terpenting untuk sekarang dia harus sampai dirumah sakit dengan cepat.
































































































































































🤸‍♂️

AKU PANTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang