Kenangan Yang Tertinggal

174 31 0
                                    

Harry menerima surat dari Kementerian Sihir beberapa hari sebelum karya wisata. Surat itu meminta kehadirannya untuk membahas keamanan Hogwarts dan aktivitas mencurigakan yang baru-baru ini terdeteksi. Dengan berat hati, Harry meninggalkan teman-temannya untuk pergi ke Kementerian.

Di hari karya wisata, Hogwarts penuh dengan keceriaan. Murid-murid mengenakan pakaian terbaik mereka dan siap untuk menikmati perayaan dunia sihir yang diadakan di desa tepi danau. Ron, Hermione, Ginny, dan Lavender berjalan beriringan, menikmati suasana yang berbeda dari rutinitas sehari-hari mereka.

"Sungguh menyenangkan bisa keluar dan bersantai sedikit," kata Ron, mengunyah es krim yang baru saja dibelinya.

Ginny tertawa. "Betul, sudah lama kita tidak memiliki waktu seperti ini."

Lavender mengangguk setuju. "Ya, ini adalah kesempatan yang sempurna untuk melupakan sejenak semua urusan di Hogwarts."

Hermione mengangguk setuju, tetapi pikirannya terlalu stres untuk benar-benar menikmati karya wisata ini. Saat mereka melewati jalan yang tidak jauh dari toko Weasley Wizard Wheezes, Hermione memperhatikan bahwa toko itu tampak sepi.

Ron memperhatikan pandangan Hermione ke arah toko. "Sepertinya George tidak di toko. Dari sini terlihat sepi."

Hermione melihat kesempatan untuk menyelinap pergi dari rombongan. "Kalian pergi saja, aku perlu melakukan sesuatu sebentar," katanya.

"Baiklah," kata Ginny. "Jangan terlalu lama, Hermione."

Hermione menyelinap pergi, berjalan cepat menuju toko George. Saat dia masuk, dia melihat George sedang mengatur barang-barang di rak. Meskipun toko sepi, alunan musik dari radio tetap mengalun menciptakan suasana hangat dan menyenangkan.

George tersenyum lebar saat melihat Hermione masuk. "Hermione! Apa yang membawamu kemari?"

"Aku hanya ingin melihat-lihat," jawabHermione dengan mata berbinar. "Dan mungkin mengobrol sedikit."

George tertawa kecil. "Tentu saja, kau selalu diterima di sini. Bagaimana karya wisatanya?"

"Aaah aku rasa aku tidak ingin pergi," kata Hermione, melihat sekeliling toko. "Toko ini juga semakin menakjubkan. Kau melakukan pekerjaan yang luar biasa."

George mengangguk, tersenyum kecil. "Terima kasih, Hermione. Aku berusaha keras untuk menjaga warisan ini tetap hidup."

Hermione menghela napas, merasa lega bisa berbicara dengan seseorang yang tidak terlibat langsung dalam kekacauan di Hogwarts. "George, aku merasa Hogwarts semakin tidak aman. Ada begitu banyak yang harus kita hadapi... Rasanya semua beban dunia ada di pundak kami."

George menatap Hermione dengan penuh perhatian. "Kau sudah melakukan yang terbaik, Hermione. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Hogwarts memang selalu penuh dengan kejutan dan tantangan, tapi kalian semua sudah menghadapinya dengan sangat baik."

Hermione tersenyum lemah. "Terima kasih, George. Aku tahu kau benar. Hanya saja, kadang-kadang rasanya sangat berat."

George berdiri, mencoba mencairkan suasana. "Nah, daripada kita terlalu serius, bagaimana kalau aku menunjukkan beberapa trik baru yang kami miliki di toko ini?"

Hermione tersenyum, merasa lega atas upaya George untuk membuatnya merasa lebih baik. "Tentu, aku ingin sekali melihatnya."

George mengambil sebuah kotak kecildari rak. "Lihat ini, kami menyebutnya 'Puking Pastilles versi 2.0'. Sekarang dengan efek yang lebih spektakuler dan aman tentunya." Dia melemparkan pastil itu ke udara, dan dengan sekejap pastil itu berubah menjadi serangkaian kembang api mini yang berwarna-warni.

"Wow, itu luar biasa!" seru Hermione, terpesona.

George melanjutkan dengan menunjukkan berbagai mainan baru, seperti 'Extendable Ears Deluxe' yang memiliki jangkauan lebih jauh dan suara yang lebih jernih, serta 'Canary Cream Surprise' yang membuat orang yang memakannya berubah menjadi kanari selama beberapa detik.

"Satu lagi," kata George sambil mengeluarkan sebuah benda kecil yang menyerupai bola kecil berwarna perak. "Ini adalah Trick Bomb'. Saat dilemparkan, bola ini akan melepaskan serangkaian ilusi visual yang menakjubkan."

Hermione memperhatikan dengan penuh minat saat George melemparkan bola itu. Bola tersebut meledak dalam kilatan cahaya, menciptakan gambar-gambar tiga dimensi yang menari-nari di udara."Fred sangat menyukai yang ini," kata George tanpa sadar. Dia tiba-tiba terdiam, menyadari apa yang baru saja dikatakannya.

Hermione mendekati George, menyentuh lengannya dengan lembut. "Aku tahu dia pasti bangga dengan apa yang kamu lakukan, George."

George mengangguk pelan, tersenyum pahit. "Ya, aku harap begitu."

Mereka berdua diam sejenak, teringat akan Fred dan betapa banyak yang telah berubah sejak kepergiannya. Namun, Hermione tidak ingin membiarkan kesedihan menguasai suasana.

"George," kata Hermione lembut, "meskipun ulang tahunmu masih cukup lama, bagaimana kalau kita merayakannya sedikit lebih awal?"

George tampak bingung. "Apa maksud mu?"

Hermione mengulurkan tangannya, tersenyum penuh harap. "Mari kita berdansa. Yeah tradisi para muggle untuk berdansa di hari ulang tahun, Anggap saja ini latihan."

George tertawa kecil, tetapi ada kehangatan dalam tawanya. "Hermione, kau benar-benar tahu bagaimana membuat orang merasa lebih baik. Baiklah, ayo kita berdansa."

Mereka berdansa dengan iringan musik dari radio, bergerak pelan namun penuh perasaan di lantai toko. Meskipun mereka berdua tenggelam dalam kenangan, ada rasa kebersamaan yang menguatkan mereka. George merasakan kehadiran Fred dalam setiap langkah dan senyum Hermione berikan.

Saat tarian mereka berakhir, George menarik Hermione dalam pelukan singkat. "Terima kasih, Hermione. Ini benar-benar berarti bagiku."

Hermione tersenyum, matanya bersinar dengan kehangatan. "Kau tidak perlu berterima kasih, George. Kau selalu punya teman di sini."

Ketika malam semakin larut, Hermione tahu sudah waktunya untuk kembali ke Hogwarts.

George melihat kekhawatiran di wajahnya dan menawarkan solusi. "Aku bisa mengantarmu kembali dengan sapu terbang, akan lebih cepat."

Hermione menggelengkan kepala. "Terima kasih, George, tapi jaraknya tidak jauh lagi. Lagipula, aku tidak suka mengendarai sapu. Aku takut ketinggian."

George tersenyum, lalu berkata, "Baiklah, kalau begitu kita berjalan bersama saja. Siapa tahu aku bisa mengalihkan perhatianmu dengan beberapa cerita lucu."

Mereka mulai berjalan kembali ke Hogwarts, mengobrol sepanjang jalan. George menceritakan berbagai lelucon dan cerita lucu yang membuat Hermione tertawa. Percakapan mereka membantu mengurangi ketegangan yang dirasakannya.

Ketika mereka semakin dekat dengan Hogwarts, suara yang familiar memanggil. "Hermione!"

Hermione dan George berhenti dan melihat Draco Malfoy berjalan mendekat dengan ekspresi marah. "Dari mana saja kau? Kenapa tidak ada saat karya wisata dan kenapa baru kembali saat sudah gelap?"

George tersenyum lebar, mencoba mencairkan suasana. "Tenang saja, Malfoy. Aku hanya meminjam Hermione sebentar untuk membantu di toko. Tidak ada yang perlu  dikhawatirkan."

Draco menatap George dengan tajam, tetapi George hanya tertawa kecil. "Kalian berdua terlihat seperti pasangan yang sedang bertengkar. Jangan terlalu keras padanya, Malfoy. Dia butuh sedikit hiburan setelah semua ini."

Draco mendengus, sementara George memberi Hermione pelukan singkat sebelum berbalik untuk pergi. "Jaga dirimu, Hermione. Sampai jumpa lagi."

Hermione tersenyum, merasa lebih baik setelah percakapan dan tawa dengan George. Saat George pergi, dia melihat Draco masih menatapnya dengan ekspresi campuran antara marah dan khawatir.

"Apa?!" tanya Hermione dengan nada yang cukup tinggi.

"Aku dapat kabar penting dari ibu ku."

Kini mata mereka kembali bertemu di bawah langit malam Hogwarts yang penuh misteri.

MINE : DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang