Pagi itu, Draco Malfoy duduk sendirian di kamar asramanya, menatap surat yang baru saja diterima dari ibunya. Wajahnya yang di timpa cahaya matahari yang terbit penuh kekhawatiran. Surat ini membawa lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, dan dia tahu bahwa apa yang tertulis di sana bisa mengubah banyak hal.
Draco tersayang,
Aku telah mencari tahu lebih lanjut tentang para mantan Pelahap Maut yang berada di Azkaban. Sebagian besar dari mereka masih di penjara, tetapi ada beberapa yang kabur. Pihak Kementerian mencurigai bahwa mereka mungkin merencanakan sesuatu. Selain itu, aku mendengar desas-desus tentang keluarga Grey, sebuah keluarga lama yang pernah terlibat dengan Sihir Hitam. Mereka dikenal memiliki koneksi yang kuat dengan beberapa Pelahap Maut di masa lalu. Saat ini, tidak banyak yang tahu keberadaan mereka, tapi sepertinya mereka masih memiliki pengaruh.
Ada juga berita dari manor. Beberapa orang melaporkan melihat aktivitas mencurigakan di luar manor kita. Beruntung, para Auror telah memasang pertahanan di sekitar manor untuk melindungi kita dari ancaman apa pun.
Jaga dirimu baik-baik dan tetap waspada.
Kasih sayang,
Narcissa MalfoyDraco menghela napas panjang setelah membaca surat itu beberapa kali. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai skenario. Para mantan Pelahap Maut yang kabur bisa menjadi ancaman serius. Dan keluarga Grey?
'Kenapa mereka harus muncul sekarang? pikirnya. Apakah mereka merencanakan sesuatu yang besar?'
Draco juga merasa resah tentang laporan aktivitas mencurigakan di sekitar manor. Meskipun dia tahu Auror telah memasang pertahanan, dia tidak bisa sepenuhnya merasa aman. Keluarga Malfoy telah berada di bawah pengawasan ketat sejak akhir perang, dan dia benci perasaan rentan yang datang bersama itu.
'Aku harus memberitahu Harry' pikirnya, sambil menggenggam surat itu erat-erat. Dia mungkin bisa membantu mencari tahu lebih banyak.
Saat Draco beranjak dari tempat duduknya, dia terkejut melihat Axel, murid yang selama ini mencurigakan sedang berbicara dengan seorang murid laki-laki dari Ravenclaw di ujung koridor. Ia mencoba mendekat tanpa menimbulkan kecurigaan, berharap bisa mendengar sesuatu yang berguna. Mengeluarkan tongkatnya, dia berbisik, "Sonorus," berharap bisa mendengar percakapan mereka.
Namun, sebelum suara mereka terdengar jelas, Axel dan anak Ravenclaw itu pergi dengan cepat. Draco bergegas mengikuti, namun jejak mereka segera hilang di tengah-tengah koridor yang gelap.
"Mereka tidak bisa menghilang begitu saja," pikir Draco dengan frustrasi. "Apa yang sebenarnya mereka rencanakan?"
Draco terus mencari di sekitar lorong berharap menemukan petunjuk, namun tak ada hasil. Saat itu, Luna Lovegood muncul di ujung lorong, tampak tenang seperti biasanya.
"Hei, anak Lovegood!" panggil Draco dengan nada angkuh.
Luna berbalik, matanya yang besar memandang Draco dengan ketenangan yang khas. "Ya, Draco?"
"Apa kau melihat dua anak tadi? Axel dan anak Ravenclaw? Mereka baru saja ada di sini," tanya Draco dengan nada memerintah.
Luna menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak melihat mereka. Apa mungkin mereka disembunyikan oleh Wrackspurt atau makhluk lainnya yang suka mengganggu dan menculik anak penyihir."
Draco menepuk jidatnya, merasa frustrasi dengan jawaban Luna yang selalu tidak masuk akal. "Lupakan saja," katanya dengan suara ketus sebelum berbalik dan pergi. Baru beberapa langkah dia berbalik lagi. "Dimana Potter dan lainnya? "
Luna tersenyum, "Aku tidak melihat Harry tapi yang lain sudah pergi ke desa dekat danau. Aku tak ikut karena Nargles sedang berputar di atas kepala ku, Madam Pomfrey bilang istirahat yang cukup akan baik."
"Yaaaa, sekarang pergilah istirahat." Draco berbalik dan berjalan cepat.
'siapa yang bisa ku temui sekarang? Bagaimana bisa mereka pergi bersantai di saat seperti ini?!' Kepala Draco terasa seperti berputar sekarang, entahlah sepertinya Nargles dari kepala Luna sudah terbang dan mengganggunya sekarang.
Dengan langkah cepat, Draco masuk ke kamar asramanya. "Blaise! Theo! Bangun." katanya dengan cepat.
"Ada apa?" gerutu Blaise yang terbangun dari kasurnya.
"Kalian menganggu ku berpikir, pergilah keluar atau semacamnya." Usir Draco sambil menarik mereka berdua keluar.
Theo menahan pintu yang baru saja akan di tutup. "Tapi tentang apa ini?"
"Ada yang mengawasi Manor."
"Kalau begitu kau harus menghubungi Auror," tambah Draco sementara Blaise sudah tertidur sambil menyandar di dinding.
Draco menyingkirkan tangan Theo dari pintu "Memang itu yang akan ku lakukan."
Draco menutup pintu dan duduk di meja nya dengan sebuah pena bulu yang bergerak sendiri, sementara ia mondar mandir sambil terus mengatakan sesuatu.
Kepada Departemen Auror,
Kementrian sihir.Saya Draco Malfoy, ingin menyampaikan bahwa ibuku Narcissa Malfoy baru saja mengirimi pesan karena melihat beberapa orang yang terlihat mengawasi Malfoy Manor. Saya harap kementrian dapat mengirim bantuan tambahan untuk mengawasi Manor.
Salam,
Draco Malfoy"Kalian berdua, bangun!" seru Marcus Flint Jr., dengan nada memerintah. "Jangan tidur di sofa! Kalian mengganggu ketenangan di sini!"
Blaise membuka matanya setengah tertutup, mengerutkan kening. "Apa masalahmu, Marcus? Kami hanya butuh sedikit waktu untuk istirahat."
"Tidur di sofa itu tidak sopan," balas Marcus dengan tegas. "Ini ruang rekreasi, bukan kamar tidur kalian."
Theo, yang sudah duduk, menatap Marcus dengan tajam. "Kami di sini lebih lama darimu, Marcus. Jadi, sebaiknya kau jangan banyak bicara tentang sopan santun."
Suasana segera memanas, dengan Marcus yang tidak mau mundur. "Aku hanya mengingatkan kalian untuk bersikap baik. Ini bukan tempat untuk tidur."
Blaise berdiri, matanya menatap tajam ke arah Marcus. "Dengar, Marcus. Kalau kau punya masalah dengan kami, bicarakan baik-baik. Jangan datang dan mengganggu kami dengan peraturan bodohmu."
Pertengkaran semakin keras, membuat beberapa siswa lain mulai memperhatikan.
Draco yang sedang duduk di kamarnya, terganggu oleh keributan di luar. Dia segera keluar dari kamar asramanya dan menuju ruang rekreasi. Saat tiba, dia melihat Blaise dan Theo berhadapan dengan Marcus, ketiganya terlihat siap untuk bertengkar fisik.
"Berhenti!" teriak Draco, suaranya menggemuruh di seluruh ruangan. "Jangan bertengkar! Berhenti berkelahi! No fucking fighting!"
Mendengar suara Draco, ketiganya segera mengambil langkah mundur, mencoba menenangkan diri. Draco menatap mereka satu per satu dengan tatapan marah.
"Good," kata Draco dengan nada tegas. "Sekarang, kembali tenang dan berhenti bertingkah bodoh."
Namun, Blaise tidak selesai. Dia mendekati Draco dan mencoba menariknya ke sisi mereka. "Draco, ini bukan masalah besar. Marcus hanya mencoba mencari perhatian."
Draco menepis tangan Blaise dengan keras. "Get the fuck away! Jangan lakukan hal bodoh seperti ini lagi, dan jangan libatkan aku."
Setelah Marcus pergi, ruangan menjadi sunyi. Draco menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. "Aku punya hal yang lebih penting untuk dipikirkan daripada pertengkaran konyol kalian. Jadi, tolong, jangan tambah masalah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanficNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...