Hermione terbaring di atas kasurnya, perasaan lelah dan pusing masih terasa berat di kepalanya. Bayangan tirai yang melambai perlahan oleh angin malam menambah suasana tenang yang melingkupi kamarnya di asrama Gryffindor.
Pintu kamarnya berderit pelan saat Ginny masuk, matanya berbinar dengan semangat. "Hermione, ayo turun ke ruang rekreasi. Yang lain sedang bermain kartu Uno yang kau bawa! kau harus lihat," ajak Ginny.
Namun Hermione hanya menggeleng lemah, "Aku masih lelah, Ginny. Kepala ini rasanya berputar-putar," ucapnya seraya menekan pelipisnya yang berdenyut.
Ginny melangkah mendekat, duduk di tepi kasur. "Apa kau sakit? Mungkin kita harus ke Madam Pomfrey."
Hermione tersenyum tipis, "Tidak, aku baik-baik saja. Hanya kelelahan. Setelah semua kejadian ini, justru aku sangat ingin mengunjungi Hagrid dan minum teh bersamanya. Sudah cukup lama sejak terakhir kali kita ke pondoknya."
Ginny memandang keluar jendela yang mulai gelap. "Entahlah, Hermione. Ini sudah malam, mungkin sebaiknya besok saja."
Hermione menatap langit yang berwarna biru gelap di luar jendela, "Hagrid pasti tak keberatan. Dia menganggap kita seperti keluarganya."
Ginny akhirnya bangkit berdiri, tersenyum hangat. "Baiklah, kalau begitu. Aku akan turun sekarang, ingin melihat siapa yang menang kali ini."
Hermione mengangguk, "Selamat bersenang-senang, Gin."
Ginny melangkah keluar, meninggalkan Hermione yang kemudian menutup matanya kembali. Suasana tenang tiba-tiba terganggu oleh suara ketukan pelan di jendela. Dengan mata setengah terbuka, Hermione melihat bayangan seseorang di luar. Ketukan itu semakin kuat, hingga akhirnya Hermione bangkit dan berjalan ke jendela. Di sana, dengan rambut perak yang berkilauan di bawah cahaya bulan, Draco Malfoy menunggangi sapu terbang.
Hermione membuka jendela, angin malam segera masuk dan menyibakkan rambutnya. "Apa yang kau lakukan di sini, Draco?"
Draco tersenyum tipis, tatapannya lembut namun mendesak, "Ayo, Hermione. Naiklah. Aku ingin menunjukkan sesuatu."
Hermione menggeleng kuat, wajahnya tampak was-was. "Aku takut, Draco. Aku benci terbang."
Draco mengulurkan tangan, "Ayolah, ada aku di sini. Kau tidak akan jatuh."
Namun, Hermione tetap menggeleng, rasa takutnya tak mampu ditutupi. Melihat keteguhannya, Draco akhirnya turun dari sapu terbang, melangkah ke balkon kamar asrama Hermione. Dengan langkah pasti, ia meraih tangan Hermione, "Kalau begitu, kita pergi dengan cara lain."
Sebelum Hermione bisa protes, Draco menariknya dalam pelukan dan dalam sekejap, dengan suara 'pop' yang khas, mereka melakukan Side-Along Apparation, meninggalkan keheningan asrama Gryffindor. Saat mereka muncul kembali, Hermione mendapati dirinya berdiri di halaman luas Malfoy Manor. Rumah besar itu tampak megah di bawah sinar bulan, dengan arsitektur yang anggun namun mengingatkan Hermione pada kenangan pahit dengan Bellatrix Lestrange. Wajahnya yang pucat makin pasi, rasa takut jelas terlihat di matanya.
Draco tidak berkata banyak, hanya menarik tangan Hermione dan mulai berjalan melewati batas pelindung yang dipasang oleh para Auror. Hermione mengikuti dengan gemetar, perasaan tidak nyaman semakin kuat setiap langkah yang diambilnya.
Saat mereka memasuki pintu utama manor, mereka disambut oleh pemandangan Narcissa Malfoy yang sedang mengelap vas-vas bunga antik. Ketika Narcissa melihat Draco, wajahnya bersinar dengan kebahagiaan yang jarang terlihat. Ia merentangkan tangannya, menyambut putranya dengan hangat.
"Draco, sayang! Senang sekali kau kembali," kata Narcissa dengan nada penuh kasih sayang.
Narcissa, dengan sikap tenangnya, juga tersenyum pada Hermione, namun senyum itu tidak dibalas. Hermione merasa sangat tidak nyaman, kenangan kelam masa lalu menghantuinya. Ia berdiri canggung, tangannya gemetar sedikit di samping tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...