Setelah kematian Dedalus Diggle, semua anggota Laskar Dumbledore berkumpul di Ruang Kebutuhan namun tak seceria biasanya.
Neville dan Luna duduk di pojok ruangan. Ia menggenggam tangan Luna lembut, mencoba memberikan kenyamanan setelah semua yang terjadi. "Kau tahu Lun, aku percaya dengan apa yang kita lakukan. Aku percaya padamu."
Luna menatapnya dengan senyuman tipis. "Aku tahu, aku juga percaya padamu. Tapi menurut ku kelak kita harus memelihara Puffskein raksasa, mereka sangat baik untuk memijat punggung." Luna melanjutkan "Kau tahu Neville, kadang aku berpikir bahwa tanaman bisa berbicara. Mungkin suatu hari mereka akan memberitahuku semua rahasia mereka." Neville tersenyum kecil mendengar itu.
"Baiklah jadi kau tak menginginkan pangeran kan, Queen?" senyum Theo ke arah Pansy, mereka lebih berada di tengah ruangan.
"Tentu saja tidak, aku bisa melakukan apapun untuk apa pangeran? Ini hidupku, dan aku tak akan membiarkan siapapun memerintah hidup ku." senyum Pansy arah matanya tak bisa teralihkan dari Hermione yang menatap jendela. "Kalau pun dibutuhkan aku hanya akan mencari Raja. Seorang Raja hanya di takdirkan bersama seorang Ratu."
Blaise melayang kan telapak tangannya ke punggung Theo, "Heeei! Kau ini mau saja manggil orang tengik ini Queen."
Seamus dan Dean juga berbicara dengan bisikan. "Kau tahu, Dean, kadang aku berpikir, bagaimana kalau kita menciptakan sebuah mantra yang bisa membuat orang tertawa terus menerus?" kata Seamus sambil tertawa.
"Ya, tapi kau harus hati-hati, Seamus. Kalau terlalu banyak tertawa, bisa-bisa kau jatuh dari sapu terbang," balas Dean, membuat mereka berdua tertawa pelan.
Ernie dan Alicia berbicara serius di sudut lain, "Alicia, aku tak ingin kehilangan lagi. Dedalus... Itu terlalu banyak." kata Ernie dengan serak.
Alicia mengangguk, matanya berkaca-kaca "Kita harus terus berjuang untuk menghormati mereka yang telah pergi, Ernie. Itu satu-satunya cara yang bisa kita lakukan."
Lavender dan Ron saling berdampingan, berbicara dengan bisikan pelan. "Aku takut Won-won." bisik Lavender.
Ron mencoba merangkulnya "Aku juga Lav, Tapi kita harus kuat. Bersama kita bisa melawan mereka, ingat kita pernah melewati perang yang lebih besar dari ini." katanya dengan lembut.
Jadi bagaimana menurut kalian?" Kingsley melepaskan topinya di atas meja. "Kita tidak bisa terus berkabung, kita harus bersiap."
Seamus berdiri, "Tentu kita akan melakukannya, semua ini baru terlihat nyata bagi kalian kan? Sudah ku bilang langkah yang lambat akan membuat lebih banyak orang yang tewas."
"Jadi? Kalian mau putuskan sesuatu? Sebelum itu bisa aku bertanya?" Blaise berdiri dengan tangan mengepal. "Kau menyerang Draco karena dia meminta mu kan Harry? Apa kau masih akan memanggilnya musuh? Apa kau masih tetap pada rencana awal?"
Harry mengangguk, "Kau memang benar, dan ini membuat ku gila."
Harry melihat ke seluruh anggota Laskar Dumbledore dan berkata, "Kita harus menyusun rencana yang matang. Kita akan menempatkan beberapa anggota Orde Phoenix, terutama Fleur, Molly, dan Hestia, untuk tetap berada di Hogwarts bersama Auror. Beberapa Auror lainnya akan ditempatkan di Hogsmeade dan Diagon Alley. Kingsley dan Arthur akan berada di Malfoy Manor sebelum penyerangan bersama Ernie, Alicia, dan Terry. Justin, Hannah, Susan, Padma, Seamus, dan Michael akan bersama Hermione. Sementara Ron, Lavender, Ginny, Neville, Parvati, Luna, dan Anthony akan bersama aku."
Molly mencoba tidak setuju dengan rencana ini, "Harry, ini terlalu berbahaya untuk anak-anak."
Harry menanggapi, "Aku tahu, Molly. Tapi kita tidak punya pilihan lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
Fiksi PenggemarNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...