Draco Malfoy kembali dari Pertempuran Diagon Alley dengan wajah tanpa ekspresi, membawa dua Pelahap Maut yang terluka parah. Travers, dengan kakinya yang terputus, dan Swelyn, yang mengalami pendarahan hebat. Draco berjalan dengan tegap dan dingin, auranya tidak bisa disembunyikan.
Kediaman keluarga Grey dipenuhi oleh bayangan gelap dan aura mengerikan yang menyelimuti setiap sudut ruangan. Di ruang utama, Lady, sosok yang kini berkuasa, duduk di atas kursi tengah ruangan dengan tatapan tajam. Thaddeus, yang selalu ada di sisinya, menatap Draco dengan kebencian.
Draco melemparkan Travers dan Swelyn ke lantai, tanpa belas kasihan. "Dua dari mereka tewas," kata Draco dingin. "Tapi aku berhasil membunuh Dedalus Diggle."
Lady tersenyum samar. "Bagus. Bagaimana dengan misimu yang lain?"
Draco merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah tongkat sihir, menyerahkannya kepada Lucius Malfoy yang berdiri di samping. "Aku menemukan ini untukmu. Intinya sama dengan milikmu dulu, bulu unicorn."
Lucius memandang tongkat itu dengan jijik. "Punya siapa ini?"
Draco menjawab dengan tenang, "Hermione Granger. Tapi sebenarnya, ini milik Auntie Bella. Mereka merampasnya saat mereka kabur dari Malfoy Manor, ingat?"
Lady bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat. "Itu pilihan paling cerdas, Draco."
Thaddeus mendengus, menatap Draco dengan tidak suka. "Kau selalu punya cara untuk membuat segalanya tampak mudah, bukan, Malfoy?"
Draco menatap Thaddeus dengan pandangan meremehkan. "Itu karena aku lebih baik daripada kalian semua."
"Kau selalu punya cara mengakali segalanya, mencoba memasukkan setiap orang ke perangkap mu," Thaddeus mendengus "Malfoy blood."
Draco melirik Thaddeus dengan tatapan dingin. "Berhentilah mencoba bicara dengan ku, karena kau tak pantas melakukannya."
Thaddeus melangkah maju, marah. "Kau benar-benar-"
Sebelum Thaddeus bisa melanjutkan, Draco meninju hidungnya dengan keras, membuat Thaddeus terhuyung mundur. Darah mengalir dari hidung Thaddeus, membuat dia memegang hidungnya dengan kemarahan membara.
Lady mengangkat tangannya, menghentikan konflik lebih lanjut. "Cukup. Draco, kau tahu apa yang harus kau lakukan selanjutnya."
Draco mengangguk dan berbalik, sedikit lelah dan tidak peduli dengan Thaddeus yang terus menentangnya. Beberapa Pelahap Maut lain masuk dan mulai memberikan laporan mereka kepada Lady. Draco minggir dan mendengarkan dengan saksama, meskipun pikirannya mulai melayang.
"Kami berhasil memblokir kementrian," seseorang dengan rambut hitam legam dan bekas mata yang terluka membungkuk.
"Tapi Kingsley tidak di sana My Lady." tambah pria yang lebih muda di sampingnya.
Draco tersenyum, "Tentu dia tak di sana karena aku bertemu dengannya."
"Bisa jelaskan lebih lengkap, Draco?" wanita di depan itu memainkan seekor kalajengking yang tiba-tiba berjalan dari balik lehernya.
"Bukan tanpa alasan dua dari kami tewas, orde phoenix dan laskar dumbledore berada di Diagon Alley. Mereka sudah berhasil memasang perlindungan di Hogwarts dan Hongsmade, ku rasa mereka sudah lebih waspada daripada sebelumnya." Draco melirik ke arah dua Pelahap maut yang menaikkan alis mereka. "Kingsley ada di sana,"
"Ah kalau begitu, kali ini tak akan kalah seru dari sebelumnya." senyum perempuan itu.
Perlahan beberapa Pelahap maut mulai berkumpul, banyak dari mereka mengabarkan berita bagus bagi Lady. Sebuah kilatan hijau akan memenuhi ruangan saat salah satu kabar buruk masuk ke telinganya, saat itulah Draco melihat John Grey pergi diam-diam, dan rasa ingin tahunya membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...