Rooftop Requiem

140 24 19
                                    

Draco berjalan melewati lorong Malfoy Manor dengan langkah berat. Setiap langkahnya seolah membawa beban tak terlihat yang semakin menekan hatinya. Ketika dia hampir mencapai rooftop, dia mendengar suara-suara dari ruangan yang terbuka di dekatnya.

“Kau sudah mengirimkannya?” suara Lucius terdengar tegang.

Just fucking relax, aku sudah mengaturnya,” jawab Narcissa dengan nada tajam.

Masalahnya ini sangat penting, my love. Mereka kunci kita," lanjut Lucius, suaranya sedikit bergetar.

Draco berhenti sejenak di depan pintu, mendengarkan percakapan orang tuanya. Narcissa, yang berada di dalam ruangan, melihat bayangan tubuh Draco di depan pintu. Dengan cepat, dia berjalan menuju Draco, menarik wajah pucat anaknya dengan lembut.

"Ada apa, sayang?" tanyanya, matanya penuh kekhawatiran.

Namun, tak ada jawaban dari Draco. Narcissa memeluknya erat. "Hey, my boy," katanya pelan.

Draco menyingkirkan tangan Narcissa dari tubuhnya, pandangannya tertuju pada Lucius yang juga menatapnya dari dalam ruangan. "You did this to me! You made me a monster!" teriak Draco dengan suara penuh kebencian.

Lucius mendengus sinis. "Omong kosong apa lagi ini?"

Draco melewati ibunya dan masuk ke dalam ruangan, mendekati Lucius dengan langkah mantap. "Kau tahu betul apa yang aku maksud," katanya kasar.

Lucius menatap mata Draco yang merah, tetap diam meskipun terlihat jelas bahwa dia menahan amarahnya.

"Kau menghancurkan hidupku," lanjut Draco, suaranya penuh dengan rasa sakit. "Apa orang seperti aku pantas merasakan cinta?!"

Lucius menarik wajahnya membuat Draco hanya beberapa inci dari wajah ayahnya. Lucius berusaha tetap tenang. "Cepat bersiap. Sebentar lagi Lady meminta kita datang untuk rapat darurat," katanya dingin.

"Aku tak peduli apapun. Entah itu tentang kau, dia, atau diriku sendiri, aku tak akan datang," jawab Draco dengan tegas, melepaskan tangan ayahnya dari wajahnya sambil menggenggam tangan itu erat.

"Kau ingin bilang kalau kau akan melanggar perintahnya?" tanya Lucius, suaranya bergetar dengan kemarahan yang terpendam.

Draco menatap ayahnya dengan penuh kebencian. "Kalau iya, terus apa yang mau kau lakukan?"

"Bodoh! Kau bisa membuat ibumu tewas!" teriak Lucius.

Narcissa segera menyingkirkan tangan Lucius dari putranya. "Singkirkan tangan kotormu dari putraku!" katanya dengan tegas.

"Dia juga putraku! Tapi anak bodoh ini bisa membuatmu terbunuh, sayang!" balas Lucius dengan marah. "Dan aku tak akan membiarkan siapapun menyentuh mu!"

Narcissa menatap suaminya dengan mata penuh kemarahan. "Aku tak peduli! Aku tak peduli dengan nyawaku. Aku hanya peduli tentang putraku!"

Lucius mengacak rambutnya dengan frustasi, mencoba menenangkan dirinya. Narcissa, dengan suara yang lebih tenang tetapi penuh kekhawatiran, bertanya lagi, "Draco, ada apa sebenarnya?"

Draco berbalik ke arah ibunya, matanya penuh dengan air mata yang belum jatuh. "Aku hanya punya satu dunia yang tersisa, Mum. Tapi gadis gila yang mabuk di bawah itu merenggutnya! Hermione ku mum, dunia ku telah dihancurkan."

Narcissa menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya, melirik ke arah Lucius dengan pandangan penuh harap. "Lucius?"

Lucius menatap putranya dengan tatapan penuh keraguan dan kecemasan. "Draco, ini bukan waktu yang tepat untuk membiarkan emosi menguasai kita. Lady meminta kita untuk datang ke rapat darurat. Kita tidak bisa melawan perintahnya."

MINE : DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang