Hermione duduk di meja Ruang Kebutuhan, menaruh kepalanya di atas permukaan kayu yang dingin. Matanya perlahan tertutup, rasa lelah menyelimutinya. Di antara kantuk yang mulai datang, ia merasakan tepukan lembut dikepalanha, mengingatkannya pada tangan Draco yang pernah menyentuh kepalanya di kelas Ramuan.
"Hermione, kau baik-baik saja? Mengantuk?" suara yang tak asing membangunkannya. Anthony berdiri di sampingnya, menepuk bahunya.
Hermione menggeleng pelan dan mencoba tersenyum. "Aku baik," jawabnya singkat, meskipun bayangan Draco masih melintas di benaknya. "Hanya lelah."
Ia melihat sekeliling ruangan. Beberapa siswa membawa bantal, bersiap untuk malam yang panjang dan memutuskan untuk berdiskusi sambil tidur di Ruang Kebutuhan. Nigel dan Michael sibuk mengarahkan tongkat mereka, menciptakan pola-pola di udara. Dengan suara 'pop!', beberapa tumpuk selimut muncul, disambut sorak-sorai kecil dan tawa ringan.
Hermione berdiri, berjalan perlahan sambil mengingat kata-kata yang diucapkan Draco hari itu saat ia hilang. 'Semuanya akan baik-baik saja.' Kalimat itu terus berputar di kepalanya, membuatnya menarik napas dalam-dalam.
Di sudut ruangan, Seamus memperhatikan Luna yang duduk dengan sepatu yang masih terpasang. "Hei, kau tidak melepas sepatumu, Luna?" tanyanya penasaran, bibirnya tersenyum lebar.
Luna tersenyum ceria dan menggeleng. "Sepatuku sering hilang saat aku bangun. Mungkin karena Nargles," jawabnya, matanya berbinar.
Neville, yang baru saja mengambil selimut tambahan, mendekati Luna dan menyodorkan salah satunya. "Mungkin benar," katanya sambil tersenyum lembut. "Tapi setidaknya kau takkan kedinginan malam ini."
Parvati, yang berada di ujung ruangan, melihat ke arah Hermione dan bertanya, "Bolehkah meredupkan cahayanya?"
Pertanyaan itu membuat Hermione kembali melihat teman-temannya. Ruangan itu sekarang terbagi dua, antara pria dan wanita. Ia menggerakkan tongkatnya dan mengucapkan mantra untuk meredupkan cahaya. "Lumos Minima," katanya dengan suara pelan namun jelas.
Cahaya di ruangan itu meredup, menciptakan suasana yang lebih tenang dan nyaman. Hermione melihat sekeliling, merasakan kehangatan dan kebersamaan yang mengisi ruangan itu. Meskipun kenangan masa lalu masih menghantuinya, ia merasa lebih tenang berada di antara teman-temannya. Ruang Kebutuhan memang selalu tahu apa yang mereka butuhkan.
Ron kemudian mendekat, ekspresi serius di wajahnya. "Something wrong?"
Hermione menarik napas, matanya berkabut. "Menurutmu, apa gunanya mereka?" Matanya melirik bunga dan kaleng yang membeku kehijauan di atas meja yang cukup jauh darinya.
Luna menjawab dengan tenang, "Mungkin sebuah Hermetis Nexus. Kau tahu itu sangat berguna."
Justin mengerutkan dahi, rasa ingin tahu jelas di wajahnya. "Apa itu?"
Terry berkata, "Tak pernah dengar? Ayolah."
Luna melanjutkan dengan nada ceria, "Itu benda yang bisa memudahkanmu berteleportasi. Kau tahu, tanpa sihir seperti Portkey, hanya saja lebih luar biasa. Tak akan ada yang bisa melacakmu."
"Kementerian?" tanya Ginny yang sudah menutupi diri dengan selimut.
"Tentu saja tidak, ini dibuat dengan sihir tapi di gunakan tanpa sihir. Paham?" Anthony berdiri.
Harry bangun dari bawah selimutnya, ekspresi tegang di wajahnya. "Jadi, kita tak akan tahu apapun mengenai siapa yang menggunakan benda aneh ini?"
"Harry, itu mitologi," jawab Padma dengan nada skeptis. "Tak ada yang pernah tahu kebenarannya."
Harry membalas dengan sedikit senyum, "Horcrux juga begitu. Kita tak tahu tentang Horcrux sampai kita membuktikannya."
Theodore Nott, yang muncul bersama Blaise, berkata dengan tenang, "Kalau begitu kita pikirkan kemungkinan terburuk itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...