Awal Yang Terlewatkan

278 23 8
                                    

Hai haaai, akhirnya sedikit comeback sebelum benar-benar berakhir! Tapi sebelum lanjut, chill dulu gak sih?


Oke lanjoooot wak!🔥


__________________________________

Draco berdiri di puncak menara astronomi, tubuhnya diselimuti bayangan malam yang memanjang. Di tangannya sebuah apel tergenggam, sesekali ia melemparnya ke udara lalu menangkapnya kembali. Yup! Refleks seorang seeker memang selalu tepat.

"Selalu saja apel," suara itu terdengar begitu nyaman di telinga Draco, menembus keheningan seperti bisikan angin di antara dedaunan, ada jejak cemburu dalam nadanya yang membuat Draco berdebar. "kurasa kau lebih sering menghabiskan waktu mu dengannya daripada dengan ku. Haruskah aku cemburu?"

Sebuah senyuman kecil muncul di bibir Draco saat mendengar suara itu, ia menoleh sedikit menangkap sosok seorang gadis dengan rambut liar bergelombangnya yang tertiup angin akhir musim semi, seolah ia adalah bagian malam itu sendiri. Gadis itu berdiri di sebelahnya, Hermione Granger! Seorang gadis dengan segala pesona yang selalu membuat Draco terpesona, dengan pelan Draco menepuk-nepuk ujung kepalanya seolah menenangkan diri dari badai yang seringkali memburu dalam benaknya.

Draco melemparkan apel itu lagi ke udara sebelum mengalihkan pandangannya kembali ke bintang-bintang. "Mungkin aku seharusnya khawatir. Kecemburuanmu terhadap apel semakin terdengar konyol setiap kali kau mengatakannya."

Mata Hermione menyipit saat dia melipat tangannya di dada. "Aku? Konyol? Setidaknya aku tidak duduk di sini dan murung dalam gelap, bermain lempar tangkap dengan sepotong buah seperti seorang anti-hero."

Draco mendesah dengan nada dramatis. "Dan itulah dia- Miss Golden Gryffindor yang terkenal, kali ini kau menang."

Salah satu tangan Draco kini mengenggam erat tangan Hermione yang berada di atas pembatas, mereka berdiri di sana membiarkan keheningan menyelimuti keduanya. Genggaman tangan Draco begitu erat namun lembut, seolah-olah ia tak ingin melepaskannya-takut kalau tangan itu tiba-tiba menghilang.

"Dari mana saja? Kenapa baru datang?" mata Draco tak berpindah dari langit malam.

"Ah iya!" Hermione memukul pembatas, teringat sesuatu. "Tadi aku dengar kalian bakalan ngadain pesta di ruang rekreasi Slytherin, itu beneran?"

Draco mengangguk kecil, tanpa melepaskan senyum tipis dari bibirnya. "Yup."

"Sudah dapat izin dari McGonagall?" Hermione menatapnya dengan pandangan penuh kecurigaan, alisnya terangkat sedikit.

Draco hanya tertawa ringan, terdengar seperti gemuruh pelan dalam malam yang tenang. "Hei, kau pikir nenek tua itu akan memberi izin? Tentu saja tidak. Tapi tenang saja, kami punya rencana. Kami akan mengirim anak-anak lain ke pub Aberforth. Biarkan mereka sibuk di sana."

Hermione mengangkat alisnya, matanya berkilat penuh skeptis. "Aberforth? Kau yakin? Ferret, dia tidak akan suka dengan ide itu."

Draco memutar matanya dengan malas, meski ada kilatan licik di sana. "Itu dia! Itu yang membuatku semakin ingin mengirim mereka kesana. Bisa kau bayangkan, honey? Wajahnya yang penuh Janggut putih tiba-tiba berubah jadi merah."

Tawa Hermione meluncur seperti nada manis di telinga Draco, membuat senyum di wajahnya semakin lebar. Ada sesuatu tentang gadis ini yang selalu berhasil membuatnya merasa lebih ringan-lebih hidup

MINE : DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang