Rumah Di Selatan

215 36 1
                                    


Harry, Draco, Luna, Neville, Ginny, Ron, dan Susan Bones berdiri di depan rumah keluarga Grey, yang terletak di tengah hutan gelap di selatan Inggris. Rumah itu terlihat suram, seakan-akan telah lama tidak dihuni, dengan akar-akar pohon menjalar ke seluruh bangunannya, menciptakan suasana yang mengerikan.

"Tempat ini benar-benar menyeramkan," gumam Ginny, matanya memandang akar-akar yang menjalar di sepanjang dinding rumah.

Draco mendekati pintu depan yang besar, terbuat dari kayu ek tua. "Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus masuk dan mencari tahu apa yang terjadi di sini."

Harry mengangguk setuju. "Mari kita masuk dan tetap waspada. Siapa tahu apa yang menunggu di dalam."

"Alohomora," Susan merapalkan mantra, dan pintu itu terbuka. Begitu mereka masuk, rumah itu tampak berbeda dari yang mereka duga. Ruangan itu rapi, dengan perapian yang masih berasap, menunjukkan bahwa seseorang baru saja berada di sana.

Draco langsung menuju lukisan besar di tengah ruangan. "Jadi, di sinilah lukisan itu," ucap Draco.

Harry yang penasaran mendekat. "Kenapa?"

"Lukisan ini sangat mahal," jawab Draco. "Bahkan keluarga Malfoy yang kaya raya tidak mendapatkannya saat lelang. Hei, kenapa aku menjelaskan pada mu? Jangan terlalu dekat denganku."

Harry meliriknya. "Kenapa?"

Draco memasukkan jarinya ke dalam kantong celana nya. "Kau tak kan paham."

"Lagi pula, Hermione tak akan suka dengan lukisan ini." Harry mengeriling sambil meninggalkannya.

"Benar juga," jawab Draco dalam hati sambil melirik lukisan seorang perempuan yang duduk di bawah tumpukan Muggle dan para mudblood. Setelah itu, ia meninggalkan lukisan itu dan berpencar menyusul yang lainnya.

Barang-barang aneh dan antik tampaknya terkumpul di rumah ini. Satu yang paling aneh adalah kerangka manusia yang tergeletak di atas tempat tidur dan ditutupi kaca di sebuah ruangan yang dimasuki Draco. Dua buah vas dengan bunga mawar merah yang melambangkan cinta tulus di kanan dan satu lagi mawar hitam melambangkan kebencian, perpisahan dan kematian di kiri.

Saat itu, Luna memanggil mereka dari lantai tiga, membuat semua orang setengah berlari. Saat sampai, mereka melihat tangan Luna memerah seperti terbakar.

"Ada apa dengan tanganmu?" seru Neville terkejut.

"Bukan masalah besar, pintu ini diberi mantra dan aku ceroboh. Tapi tak apa, pintunya juga sudah terbuka," jawab Luna sambil tersenyum. "Ada yang lebih mengkhawatirkan. Ayo."

Luna masuk ke ruangan besar itu diikuti yang lainnya. "Lumos," bisik Harry.

Ron menggeleng. "Hei, hei, matikan itu. Biar aku saja," katanya sambil mengeluarkan deluminator-nya, yang mengeluarkan empat bola api kecil yang memencar ke obor di masing-masing sudut ruangan.

Mereka mencari apa yang menarik di sana sampai Luna menunjuk ke arah dinding dengan sebuah lukisan dan meja kecil dengan bantal empuk. Semua mata saling memandang karena di sana ada Tongkat Elder!

"Tongkat Elder? Bagaimana bisa? Aku sudah menguburnya bersama Dumbledore," kata Harry terkejut.

"Itu artinya ada yang menggali makam Dumbledore?" Susan membulatkan mata.

Harry memegang tongkat itu, dan Draco menyadari ada kilatan hijau di sekitar tongkat sebelum ia sempat membuka mulut. Tiba-tiba, Susan yang berada di belakang berteriak dan kejang, lalu pingsan. Hal ini juga terjadi pada Ron, Ginny, dan Harry. Draco dengan cepat memasang mantra pelindung di sekitarnya, Luna, dan Neville, menyelamatkan nyawa mereka.

MINE : DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang