Hermione berdiri di atas Menara Astronomi, menatap pemandangan Hogwarts di musim panas. Angin kering menyapu pipinya, membelai rambutnya yang terurai. Dia menarik napas dalam-dalam, menikmati ketenangan sejenak. Tapi pikirannya tak bisa lepas dari berbagai pertanyaan dan kekhawatiran yang berkecamuk di dalam kepalanya.Seekor burung hantu hinggap di dekatnya, membawanya kembali ke kenyataan. Hermione membuka mata dan mengeluarkan sebuah kertas dari dalam jubahnya. Surat yang telah dia tulis kepada Narcissa Malfoy.
Kepada Narcissa Malfoy,
Saya harap anda dalam keadaan baik, sudah beberapa hari sejak Draco pergi ke manor tapi saya belum menerima balasan dari surat yng saya kirim. Bisakah saya tahu apakah Draco akan kembali dalam waktu cepat?
Tertanda,
Hermione GrangerHermione membaca ulang isi suratnya dengan hati-hati. Ia berharap surat ini dapat memberikan sedikit kejelasan tentang keberadaan dan keadaan Draco. Setelah selesai, dia memberikan surat tersebut kepada burung hantu, yang segera terbang menjauh, membawa pesan itu.
Saat turun dari menara, Hermione berbelok di ujung koridor yang sepi. Ia terkejut saat menangkap sosok Axel yang mencengkeram lengan Annie di dalam ruang kelas mantra yang kosong. Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Hermione segera menyembunyikan diri dan mengucapkan mantra Sonorus, berharap bisa mendengar percakapan mereka.
"Apa yang mereka bicarakan?" Hermione melihat sekelilingnya, "Apa Profesor Filius memasang mantra ini?"
Hermione bergumam sendiri dengan frustrasi saat Axel pergi meninggalkan ruangan. Segera, dia menghampiri Annie yang terlihat terkejut melihatnya.
"Annie, kau baik-baik saja? apa yang Axel lakukan padamu?" tanya Hermione dengan suara lembut tapi tegas.
Annie menggelengkan kepala, air mata menggenang di matanya. "Aku... Aku tak bisa menjawab, Granger."
"Kau tak bisa menjawabnya? Kenapa?" Hermione mencoba bertanya lagi, tapi hasilnya sama. Annie tetap bungkam. "Jika ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan, kau bisa memberitahuku kapanpun, Annie," kata Hermione dengan penuh perhatian.
Saat Hermione berbalik untuk pergi, Annie memanggilnya dengan suara gemetar. "Hermione... Aku takut. Axel sering memarahiku, tapi aku tak mengerti apa yang dia katakan. Yang aku dengar hanyalah desisan dari mulutnya."
Hermione terperanjat. "Parseltongue?" bisiknya penuh kekhawatiran. Ia lalu menatap Annie dengan cemas. "Kembalilah ke asramamu jika tidak ada kelas. Jangan sendirian."
Dengan langkah setengah berlari, Hermione menuju Ruang Kebutuhan. Pikiran tentang Axel dan desisan yang didengarnya membuat hatinya berdebar. Setibanya di Ruang Kebutuhan, dia memanggil nama Harry beberapa kali, menarik perhatian yang lainnya.
"Harry! Harry, aku harus bicara denganmu—"
Namun, sebelum Hermione bisa melanjutkan, Harry menunjukkan sebuah surat dari Kementerian. Wajahnya serius dan penuh ketegangan. "Hermione, Yaxley tewas," katanya dengan suara berat.
Anggota Laskar Dumbledore yang berada di sana satu per satu terkejut mendengar berita tersebut.
"Bagaimana bisa?" tanya Neville dengan nada bingung.
"Kapan itu terjadi?" tanya Lavender dengan mata terbelalak.
"Apa yang menyebabkan kematiannya?" tanya Ernie, terdengar lebih cemas daripada yang lainnya.
"Apakah ada yang mencurigakan tentang kematiannya?" tanya Justin, berusaha mencari petunjuk.
"Apa yang Kementerian lakukan tentang ini?" tanya Blaise yang tiba-tiba muncul, berusaha memahami situasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...