"Aku ingin penjelasan," Hermione tampak bingung.
Seamus adalah yang pertama angkat bicara, suaranya penuh emosi. "Pengkhianat. Selama ini kita bersama pengkhianat."
Hermione dan yang lainnya menatapnya dengan mata terbelalak. Padma mengerutkan kening. "Maksudmu? Di antara kita?"
Parvati menggelengkan kepala dengan tak percaya. "Tidak mungkin."
Neville, yang wajahnya masih menunjukkan bekas-bekas pertempuran terakhir, menjawab dengan nada serius. "Tentu saja mungkin. Menurutmu bagaimana aku bisa terluka?"
Pertanyaan-pertanyaan lain mulai berhamburan dari berbagai arah.
Anthony tampak bingung. "Siapa yang kau maksud, Seamus?"
Ernie mengernyit. "Apakah kau yakin?"
Lavender menggelengkan kepala, merasa tak percaya. "Ini gila."
Michael menambahkan, "Apa bukti yang kau punya?"
Percy, yang sedari tadi diam, akhirnya membuka mulutnya. "Well..."
Namun, sebelum Percy bisa melanjutkan, Hermione memotong dengan tajam, "SHUT UP! " lalu merapal mantra, "Silencio!" membuat bungkam Percy seketika.
Bill yang berada di dekatnya menoleh dan berkata, "Yeah, kau pantas mendapatkannya, Percy. Ini masalah mereka, perhatikan saja dulu."
George menggelengkan kepala. "Jangan membuat keruh."
Tiba-tiba suara Theo yang cukup dalam menyahut, "Draco!" Giginya bergemeretak, membuat yang lain terdiam. Samar-samar terdengar decak dan umpatan dari beberapa orang.
Hermione menggeleng tak percaya. "Tidak, tidak mungkin."
"Apa yang tidak mungkin?" tanya Ron dengan nada sinis. "Kita melawan McGonagall, Kementerian, dan membobol Azkaban. Melihat dia di sana, mengacungkan tongkatnya, membebaskan Lucius Malfoy." Ron menunjukkan tinjunya ke udara, matanya penuh amarah.
"Dia berubah, Ron," ujar Hermione dengan tatapan tak kalah sadis.
"Tapi nyatanya?!" Ron menyalak.
Hermione melihat ke arah Harry yang diam, lalu memohon, "Harry, ini semua tidak benar, kan? Ya kan? Harry!"
Theo mendekat, suaranya penuh kemarahan. "Dia! Dia mengkhianati kita semua. Kau, aku, Blaise, kita semua!"
Dean menunduk, suaranya penuh keputusasaan. "Yang kita lakukan sia-sia, tak ada kemajuan, tak membuahkan hasil. Memercayai yang kita dapat mentah-mentah, dan sekarang Draco si pengkhianat."
Hermione menarik kerah Dean dengan keras, matanya berkilat marah. "Sia-sia? Kau pikir sia-sia? kita menangkap Pelahap Maut!"
Dean mundur sedikit, terkejut oleh reaksi Hermione. "Hermione, aku tidak bilang semuanya sia-sia, tapi..."
Hermione memotong, suaranya bergetar karena emosi. "Kita sudah berusaha keras. Menangkap mereka, mencegah serangan. Semua itu bukan sia-sia!"
Seamus menatapnya tajam. "Maksudmu kami berbohong? Mengarang cerita tentang apa yang kami lihat?"
Hermione mendesis, "Aku tak pernah bilang kalian berbohong! Tapi ada lebih banyak yang kita tidak tahu. Draco tidak mungkin melakukan ini."
Blaise maju, "Dia yang membawa aku dan Theo kepada kalian. Draco tidak mungkin seperti itu."
Theo mengusap wajahnya dengan frustrasi, lalu berteriak, "Sadarlah kalian berdua! Malfoy the bastard is a traitor!"
Hermione menoleh ke arah Harry lagi, matanya memohon pengertian. "Harry!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...