Bayangan Terakhir

113 22 9
                                    

"Avada Kedavra!" Teriakan kutukan mematikan itu menggema di udara, membawa kilatan hijau terang yang memecah kegelapan Hutan Terlarang. Kutukan itu melesat dari tongkat Lady Alectra, dan Harry Potter dengan refleks yang luar biasa berguling menghindar, membiarkan kilatan itu menghantam sebuah pohon besar di belakangnya, menjatuhkannya dengan suara menggelegar.

Hutan Terlarang, yang biasanya sunyi dan menakutkan, kini menjadi medan perang yang penuh dengan kilauan mantra dan jeritan pertempuran. Ranting-ranting pepohonan yang menjulang tinggi bergoyang, menggigil seakan menahan nafas, menyaksikan duel antara dua kekuatan besar. Kabut tebal menyelimuti permukaan tanah, membuat pergerakan semakin sulit terlihat, dan aroma kelembapan serta tanah basah memenuhi udara. Suara ledakan dan mantra beradu menciptakan simfoni kehancuran di tengah rerimbunan hutan yang seharusnya abadi.

Lady Alectra melayang di udara, diselimuti asap hitam yang meliuk-liuk di sekelilingnya seperti ular, seakan menjadi perwujudan dari keabadian gelap yang dia percayai. "Kau tidak bisa menang, Harry Potter!" teriaknya, suaranya dingin dan penuh kebencian. "Kami abadi! Kau hanya manusia yang akan lelah dan kalah!"

Harry tidak menjawab, ia hanya memperbaiki pegangan pada tongkatnya dan menatap Lady dengan penuh determinasi. Mereka berdua saling mengitari satu sama lain, seperti predator yang menunggu momen yang tepat untuk menyerang. "Expelliarmus!" seru Harry, berharap bisa melucuti tongkat Lady, tetapi Lady hanya tertawa sinis dan menangkis serangannya dengan mudah.

Di atas, Ginny memimpin sekelompok penyihir muda yang gagah berani, menggiring para Pelahap Maut yang terbang dengan sapu di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Mantra-mantra beterbangan, melewati mereka dengan cepat, "Reducto!" Yeah mantra andalan Ginny kini menghantam batang pohon hingga patah, menciptakan bahaya tambahan bagi mereka yang bertarung di bawah. Ginny terbang dengan kecepatan yang memukau, meliuk-liuk di antara pepohonan dengan lincah, memimpin para penyihir muda dengan keberanian luar biasa.

Tanpa peringatan, Ginny tiba-tiba menukik ke atas dengan kecepatan yang mengejutkan, membuat para Pelahap Maut di belakangnya terpaksa mendongak, mencoba mengikuti jejaknya. Namun, sebelum mereka sempat memutar sapu mereka, sekelompok dari mereka menabrak sesuatu yang lengket dan tak terlihat—jaring-jaring tipis namun kuat dari Aragog yang terbentang di antara pepohonan. Jaring itu hampir transparan, menyamarkan dirinya dengan sempurna dalam kegelapan, dan membuat para Pelahap Maut yang malang terperangkap di dalamnya, berjuang dengan putus asa untuk membebaskan diri.

Di medan lain, Ron dan Lavender sedang dikepung oleh lingkaran besar Pelahap Maut. Ron berdiri tegak di depan Lavender, melemparkan berbagai mantra untuk menahan serangan yang datang dari segala arah. "Protego Maxima!" seru Ron, menciptakan perisai besar untuk menangkis kutukan mematikan yang datang.

Lavender di belakangnya, fokus menciptakan perlindungan yang lebih kuat, mengumpulkan seluruh kekuatannya. Perlahan, perlindungan itu mulai membentuk setengah bulatan, mengurung mereka berdua di dalamnya, terlindungi dari kepungan musuh. "Luar biasa," kata Ron dengan senyum lelah. "Kau yang hebat," balas Lavender.

Sementara itu, Luna dan Neville terlibat dalam pertempuran sengit melawan para inferi yang terus berdatangan. "Incendio! Confringo!" Luna dengan tenang memainkan apinya, membuat inferi-inferi itu menggeliat dan terbakar, beberapa dari mereka masih mencoba menyerang meskipun tubuh mereka dilalap api. Neville, dengan Pedang Gryffindor di tangannya, berjalan santai ke depan Luna, menebas tubuh-tubuh yang terbakar itu dengan satu ayunan kuat, membuat mereka kini mencium tanah.

"Wow, Dumbledore bilang hanya Gryffindor sejati yang bisa menarik Pedang Godric Gryffindor dari topi," kata Luna sambil tersenyum penuh kekaguman pada Neville.

Neville berbalik, menghapus jelaga hitam yang menempel di pipi Luna dengan lembut. "Kalau begitu, akulah Gryffindor sejati," katanya dengan senyum penuh kemenangan, dan mata mereka bertemu dalam keheningan yang penuh makna.

MINE : DRAMIONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang