Hermione mondar-mandir di dekat Menara Astronomi, sesekali melihat ke arah jam tangan yang menunjukkan pukul 00:27. Sementara itu, Luna duduk di tangga, mengamati bintang-bintang yang bertaburan di langit malam.
"Mungkin Wrackspurts sedang mengganggunya. Dia terlihat marah tadi," jawab Luna sambil melamun.
Hermione segera menaiki tangga menuju puncak menara, membuat Luna menoleh. "Kita tidak tunggu si pemarah itu?" Luna menambahkan dengan nada lembut.
Mereka menyusuri tangga spiral yang seakan tak ada habisnya. Langkah mereka melambat seiring waktu, kelelahan mulai terasa di kaki mereka.
"Dibalik bayangan menara tersembunyi kebenaran," ulang Hermione, mengingat pesan dari Narcissa.
"Tapi menara yang mana?" tanya Luna, matanya memandang ke arah empat menara utama Hogwarts setelah mereka sampai di ujung menara. "Bayangan matahari terbit atau tenggelam?" Luna menambahkan dengan nada bingung.
Hermione memutar tubuhnya 360 derajat, berusaha memahami petunjuk tersebut. "Jika matahari terbit dari timur, berarti bayangan akan jatuh ke arah barat. Menara Gryffindor ada di sebelah barat kastil, berarti bayangannya jatuh ke sana."
Luna mencoba melihat arah yang ditunjuk Hermione dan bertanya, "Hutan Terlarang?"
"Ya. Dan kalau matahari terbenam, bayangan akan jatuh ke arah sebaliknya, berarti lapangan utama." Hermione melanjutkan penjelasannya, "Menara Ravenclaw di timur, berarti bayangannya jatuh di lapangan utama saat terbit dan hutan terlarang saat terbenam. Menara Astronomi di utara, bayangannya jatuh di Danau Hitam dan lapangan utama. Menara Jam di selatan, bayangannya jatuh ke lapangan utama dan Danau Hitam."
Luna kembali bertanya, "Lalu? Kita tidak mungkin memeriksa semua tempat itu berdua malam ini."
Hermione duduk, pikirannya terpusat pada teka-teki yang mereka hadapi. 'Kira-kira apa yang Draco pikirkan saat kita memecahkan teka-teki lokasi Pelahap Maut waktu itu? Apa dia memang sudah tahu dari awal? Apakah dia benar-benar hanya ingin mengacaukan laskar?'
Luna menyenggol Hermione, "Hei, apakah Wrackspurts sedang mengganggumu?"
Hermione berpikir lagi, berbisik dalam hati, "Draco selalu membuat kemungkinan yang mustahil, bukan?" Matanya tertuju ke arah koridor yang menghadap ke kebun, tempat terakhir mereka bertemu. "Pikirkan sesuatu yang kemungkinannya kecil."
Luna bingung. "Hah?"
Hermione menggeleng dan kembali terdiam, berpikir keras. "Halaman 5 baris ke-3, halaman 5 baris ke-3, hal..." Ucapannya terputus. "Bagaimana kalau dia bukan hanya menunjukkan sesuatu di buku, bagaimana kalau ini adalah permainan angka? 5 dikurangi 3 hasilnya 2. Sekarang kita juga punya 4 menara. Jika kita ingin hal yang sama seperti yang diinginkan Narcissa."
Luna menjawab, "Berarti kita harus mendapat angka dua yang sama. Artinya dari 4 kita hanya perlu 2 pilihan, kan?"
Hermione tersenyum, "Tepat sekali, Luna. Coba kita lihat. Kita punya empat bayangan yang menimpa lapangan utama dua kali saat matahari terbit dan dua kali saat matahari terbenam. Kita punya dua bayangan hutan terlarang dan dua bayangan Danau Hitam sekarang."
Luna berkata, "Artinya kita melengkapi teka-teki ini. Kita hanya perlu angka dua jadi ku pikir lapangan utama tidak termasuk. Tapi ini terlalu tidak masuk akal sebenarnya."
Hermione mencoba berjalan cepat ke arah tangga sambil melihat jamnya yang menunjukkan angka 00:54. "Mau ber-Apparate saja, Mione? Aku rasa Nargles menyerap banyak energiku. Aku cukup lelah sekarang."
Hermione mengangguk, tak begitu mengerti ucapan Luna, tapi dia juga merasa cukup lelah. Mereka ber-Apparate ke tepi Danau Hitam. Sesampainya di sana, Luna langsung mengarahkan tongkatnya. "Accio petunjuk!" Tak ada apa pun yang terjadi. Tapi ia tak menyerah. "Accio surat Narcissa! Accio apapun itu yang kami butuhkan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...